Cerita Dewasa Super pendekar Seribu Diri 2


Cerita Dewasa Super Pendekar Seribu Diri Tamat
Baca JUga
======
Pengalaman berkata dan sudah menjadi kenyataan bahwa olah kanuragan lawannya meski masih muda namun memang lihay maka dia tidak berani melawan secara kekerasan lagi, dia undur dua langkah sembari memutar badan. Sebelah tangan menepuk balik sementara tangan yang lain didorong miring keatas balas menggempur kearah Aram. namun dengan mengandalkan kegesitannya dengan mudah Aram
193
menghindar dan balas menyerang Gandapura kembali diserbu oleh bayangan telapak tangan- "Blang" dengan telak batok kepalanya kena tamparan keras, seketika kepala pusing mata berkunang-kunang. Memanfaatkan itu Aram segera susuli serangan dengan sebuah jurus yang luar biasa dahsyat, jurus itu adalah sebuah jurus yang kali pertamanya ia bertarung dengan gandapura yakni Raungan Petir murka langit. Pendekar Golongan putih yang bersembunyi mencaci, mereka beranggapan menyerang orang yang sudah tak berdaya bukanlah perbuatan ksatria, lalu mengintip orang yang bertarung apakah juga merupakan sikap ksatria? Seandainya yang bertarung dengan Gandapura adalah pendekar golongan putih, mungkin ia ada harapan hidup, tapi sayang, sungguh disayangkan ....Aram Widiawan bukanlah seorang dari golongan putih, saat tersadar dari pusingnya Gandapura terkejut ketika sebuah pukulan berada sejari didadanya, menjeritpun tak lagi sempat, apalagi harus menghindar. ―DUAAARRRRRR.........‖ ―JELEGAARRRRRR..........‖ WUUUSSSSTTT...BLAAARRRR...............!!! Bumi dan langit kini disibukan lagi dengan sebuah ledakan ajian dan tenaga sakti yang bergabung..... Debu bagaikan selimut bumi... Pohon-Pohon bagaikan anai-anai yang bertebaran.. Burung kini enggan berkicau.. Langit masih juga kelabu... berlomba dengan jeritan jeritan petir... Ketika semua kembali normal, debu-debu telah jatuh kebumi, petir berhenti meraung raung dan kegelapan mulai menghilang,
194
diatas kubangan selebar lima tombak berdiri seorang pemuda tampan berbaju biru dengan rambut kuncir kuda mematung memandang angkasa. didepannya seonggok tulang tengkorak berserakan. Dua tiga cairan bening jatuh kepipinya, ― Ayah, Ibu ananda telah menghabisi satu pembunuh kalian‖ dengan tersendat ia menggumam
―Kakaaaaaang‖ Seorang wanita berteriak melengking. Dengan terseok-seok wanita itu melangkah mendekat kedalam kubangan dan segera meratapi kakak seperguruannya yang telah menjadi seonggok tulang karena hempasan jurus Raungan Petir murka langit. ―Kau harus membayarnya dengan nyawamu‖ Hiaaaaatttt dengan kalap wanita itu menerjang meski tubuhnya masih sempoyongan sebab masih terluka parah karena hempasan angin akibat hempasan dua tenaga sakti. Dingin-dingin saja Aram menyambuti terjangan Cintamani, ia hanya menepiskan ujung lengan bajunya ―Wusss‖ Seberkas sinar keperakan melesat kearah dada Cintamani. Cintamani terkejut, ia ingin menghindar tapi apa dayanya, serangan itu datang begitu cepat, tak sempat ia memejamkan matanya serangan itu sudah menimpa dadanya ―Dukkk...Aaaaakkkhhh‖ jerit lengking terdengar dari Cintamani, ia terpental menumbuk dinding tanah yang telah berkubang. ―Saat ini, Aku tak akan membunuhmu tapi, aku akan menyampaikan tantangan kepada gurumu. ingatlah jurus yang aku gunakan bernama Ajian Birahi kematian.‖ Pucat wajah Cintamani, sebagai golongan hitam ia tahu apa itu Ajian Birahi kematian, ilmu itu adalah sebuah ilmu dari golongan
195
hitam yang beberapa tahun telah menghilang dari peredaran dunia persilatan. Barang siapa yang terkena ilmu itu, maka birahinya akan memuncak sepuluh kali lipat tapi, jika ia melampiaskan birahinya itu maka ia akan mati dengan keluar darah dari tiga belas lubang. (mata, hidung, telinga, puting susu, mulut, pusar, kemaluan, anus dan pori-pori). Cintamani heran bagaimana orang dari golongan putih, menguasai ilmu itu, tak tahan ia bertanya. ―Bukankah engkau adalah dari Golongan Putih, bagaimana engkau menguasai ilmu itu?‖ ―Salah, Aku bukanlah dari golongan putih‖ ―Hah...! Jadi engkau dari Golongan Hitam?‖ ―Juga bukan..!‖ ―Ap....Apa kau ketua dari salah satu perguruan golongan merdeka.‖ ―Bukan, mereka hanya temanku.. pergilah sebelum aku berubah pikiran dan menguliti tubuhmu.‖ ―Tap...Tapi...‖ ―Aku Paham, saat pertemuan di Lembah kematian aku akan menyembuhkanmu. Gembira Cintamani mendengar itu, dengan menahan sakit ia berdiri dan dengan terbirit birit Cintamani melarikan diri kearah selatan. Aram menghela nafas panjang, ―Jika kau masih hidup‖ ujarnya pelan setelah Cintamani tak lagi terlihat. lalu dengan sekali enjot ia sudah berada disamping Thian Liong dan Thian Hong li, ―Mari kita pergi, nampaknya disini sudah kedatangan tamu tamu.‖ Dengan menggunakan ilmu peringan tubuh mereka menyambar buntalan yang mereka siapkan, dan menghilang diantara rumah
196
rumah penduduk. Didepan sebuah penginapan dua pemuda dan satu pemudi melangkah masuk dengan santai. ―Ada yang bisa saya bantu tuan tuan‖ Sapa seorang pelayan. ―Adakah kamar yang mirip sebuah pondok mungil?‖ ―Ada...Ada, Apakah yang ada tamannya atau tidak?‖ ―Saya memesan keduanya paman‖ ―Mari,, mari saya antarkan‖ Ketiganya memasuki penginapan itu, dan melangkah ketaman, lalu melewati sebuah rumpun bunga, bambu, gundukan batu dan beberapa kolam, tanpa sadar Thian Liong dan Thian Hong li mengikuti langkah langkah Aram, hingga mereka sampai disebuah pondok mungil. Dengan tenang Aram masuk kedalam dan mengajak kedua temannya kedalam. mereka bercakap cakap asyik hingga mereka mendengar langkah kaki. ―Satu....Dua..tiga...Empat...‖ Thian Hong li menghitung. ―Dua Gadis muda, dan Dua pemuda‖ Ralat Aram. ^^^^^(one)^^^^^ "Cucuku..., Melati" sebuah suara serak terdengar bergetar. Seolah merasa berat dengan apa yang diutarakannya itu. "Hari ini, genap sudah empat tahun kau tinggal bersama kami. Dan semua kepandaian kami telah diturunkan kepadamu, hingga tidak ada lagi yang dapat kami turunkan padamu! Rasanya sudah waktunya eng-kau turun ke dunia ramai untuk membasmi kejahatan yang akhir-akhir ini merajalela! dan mencari musuh-musuh Orang Tuamu" 'Tapi, Kakek.... Ini..., ini," gadis yang dipanggil melati tak mampu menerus-kan ucapannya. la terharu sekali dengan kebaikan dan kasih sayang yang dilimpahkan Kakek dan nenek angkatnya
197
sekaligus gurunya selama ini. "Sudahlah, Cucuku! Esok sebelum matahari terbit, kau sudah harus berangkat!" Ujar Ki Dewa pedang tegas. Melati membisu Rasanya memang berat untuk mening-galkan orang tua itu sendirian di sini. Tapi mengingat bahwa kejahatan telah merajalela, bahkan mungkin juga ada anak yang senasib dengan dirinya akibat pembantaian dengan intrik yang sama halnya dengan yang terjadi pada dirinya. maka gadis itu harus melaksanakan tugas yang diberikan gurunya itu. "Nah! Sekarang, Kakek dan Nenek akan bersemadi dan tidak ingin diganggu lagi!" Ujar Nyi Sateja sambil melangkah meninggalkan Melati yang duduk termangu itu. Beberapa saat kemudian, Melati tersadar dan segera berlari. Dikejar guru-gurunya itu, dan langsung bersimpuh di hadapan kakek dan Nenek itu. "Kek...,Nek..." ucapnya serak, sambil memeluk kedua kaki Nyi Sateja. Setelah mengusap-usap kepala Melati, Nyi Sateja dan Ki Dewa pedang ber-gegas meninggalkan tempat mondok yang biasa mereka gunakan saat menggodok melati. Mereka tidak ingin menunjukkan kesedihannya yang malah akan memberat-kan langkah muridnya nanti.
Mentari pagi bersinar malu malu dibalik himpitan dua bukit, burung–burung berlomba mencari makanan, siulan merdu dari mulut mereka bersahut sahutan mengiringi seorang gadis dengan pakaian kelabu dan caping lebar dikepalanya. Ia berjalan dengan tenang menyusuri jalan setapak yang entah menuju kearah mana. tapi, gadis itu tetap langkahkan kakinya sambil menenteng pedangnya, Dari gerak-gerik si gadis, orang
198
berpengalaman dapat menduga kalau gadis itu bukan seorang wanita sembarangan. Gadis itu berjalan tidaklah sendirian, didepan dan dibelakangnya mengekor puluhan orang-orang yang mungkin juga berasal dari Rimba hijau menilik dari penampilan mereka. "Eyang, boleh Saya bertanya?" sapa si gadis pada seorang kakek-kakek yang juga berjalan dengan santai. lelaki paruh baya itu mengenakan pakaian serba putih dengan hiasan bulu burung jalak di ikat kepalanya, tak salah lagi dialah salah seorang datuk silat dari golongan putih yakni kyai jalak atau biasa dipanggil Pendekar Burung Jalak Kakek -kakek itu menoleh dan memperhatikan gadis yang menanya, dengan seksama. "Silahkan.." "Rombongan apa ini? apakah ada sesuatu yang luar biasa sehingga paman dan orang-orang ini mengadakan perjalanan bersama.?" Kakek itu tersenyum sesaat, tapi wajahnya kembali agak mendung. "Kalau melihat dari gerak-gerikmu, aku yakin kau ini termasuk orang persilatan." "Memang benar!" "Jadi, mengapa kau tidak tahu apa artinya rombongan besar-besaran ini? apalagi dirimu ikut dalam iring-iringan bersama kami!" "Saya memang tidak tahu Eyang.. saya hanya menurutkan langkah kaki ini saja, apalagi saya sama sekali tidak mengenal daerah ini, saya pikir bahwa inilah satu satu jalan menuju desa terdekat " sahut gadis itu Jujur. "Sebenarnya apa yang terjadi Eyang?" tambahnya
199
Kakek itu menghela nafas panjang. diperhatikannya wajah gadis bercaping tadi, Gadis itu mengerti, segera ia lepas capingnya dan munculah seraut wajah yang cantik khas Desa Parahyangan. Setelah melihat bahwa gadis itu berkata jujur kakek itu berkata. "Hm.. baiklah, tak ada salahnya kuceritakan padamu. menurutmu perkumpulan manakah saat ini yang paling berpengaruh?‖ Sikakek balik bertanya. ―Apakah Panji Telapak Perak?‖ dengan hati hati gadis itu berkata. ―Benar....Engkau benar sekali.. Anak manis..‖ ―Apakah kalian mencari kematian?‖ terbelalak mata gadis itu... ―Tak ada pilihan bagi kami anak manis, jika kami menolak hadir nyawa keluarga kami, bakal melayang.‖ ―Intinya, semua orang takut...?‖ ―Jika hanya aku, nyawa yang hanya selembar ini melayang toh tidak jadi masalah... ketahuilah sebenarnya rombongan kami ini, bukan dari satu perguruan atau perkumpu¬lan yang sama. Hanya saja, karena kami datang dengan tujuan yang sama, maka dalam perjalanan kami bergabung." ―Bergabung untuk apa?‖ ―Berjuang menyelamatkan keluarga yang ditawan.‖ menjawab kakek itu... Gadis itu mengangguk angguk mengerti,... ―Manusia memang berbeda beda sipat, ada yang memandang kematian seolah pergi kerumah, ada juga yang menganggap kematian seolah pergi ke neraka.‖ ―Maksud eyang, apakah ada diantara iring iringan yang hendak bergabung dengan mereka?‖ ―Kau memang pintar anak manis,...bolehkah aku bertanya,
200
kemanakah sebenarnya tujuanmu anak manis?‖ ―Saya tak memiliki tujuan tertentu eyang, seperti yang tadi saya katakan...saya pergi kemanapun mengikuti langkah kaki ini, mengenai rencana mungkin ada,‖ ―Kalau begitu, apakah rencanamu??‘‘ ―Saya, ingin bertemu dengan sahabat saya eyang‖ ―kalau begitu, ikutlah denganku barangkali disana engkau menemukannya, bagaimanapun juga semua orang persilatan telah diundang kesana.‖ ―Baiklah...Siapakah Namamu Eyang?‖ ―Aku biasa dipanggil Kyai jalak oleh teman-teman persilatan, haha....aku lupa menanyakan siapakah namamu anak manis?‘‘ ―Melati...‖ ***** Lembah Kematian, sebuah lembah mati yang dikelilingi tebing-tebing tinggi nan terjal..... Tempat itu terletak disebuah hutan rimba yang jarang dimasuki manusia., ditempat itu, tidaklah ada pohon lain kecuali, sebuah pohon mati sebesar tiga pelukan orang dewasa. sekelilingnya hanya rumput setinggi mata kaki. Tempat yang jarang terinjak manusia itu kini bagaikan sebuah lapangan tempat berkumpulnya manusia, sekitar satu setengah jutaan manusia bertebaran disekeliling sebuah panggung besar disamping sebuah gua, sekeliling itu dijaga oleh beberapa ratus jiwa yang sepertinya prajurit dari Panji Telapak perak. Dengan angkernya, mereka berdiri menenteng berbagai macam senjata. wajah mereka tertutup dengan sebuah topeng berwarna perak. dengan pakaian yang sama yakni. HITAM. ―Kita sampai‖ suara seorang kakek-kakek kepada orang yang berada disampingnya.
201
―Hemm.....nampaknya bakal ada pembantaian besar-besaran Eyang,‖ jawab seorang gadis. wajah gadis itu tak nampak sebab ditutupi sebuah caping lebar. namun dilihat dari lekukan tubuhnya yang menggoda setiap insan lelaki, sepertinya gadis itu berwajah jelita. ―haha..... kau memang seorang gadis pintar, diberi tahu satu, kau tahu tiga..........‖ ―Akh, Eyang....‖Tersipu Gadis itu.... ―Mari, kita kesana...‖ Dengan beriringan keduanya melangkah ketengah lapangan dan menuju kebarak disebelah selatan., kedatangan mereka ternyata menjadi sebuah pusat perhatian, ―Selamat datang Kyai Jalak ‖ sapa seorang pendekar bercambang lebat. ―Bagaimana kabarmu Cambang beringin‖ Jawab seorang kakek yang ternyata adalah Pendekar burung Jalak. ―Siapakah Pendekar wanita yang bersamamu Kyai‖ Seorang pemuda tampan dengan jubah kelabu bertanya. didunia persilatan ia terkenal sebagai Pendekar Pedang Surya sedangkan nama aslinya adalah Waranggana. ―Namanya Melati, julukannya aku tak tahu....‖ Kyai jalak menjawab. Tak lama berselang Kyai Jalak terlibat obrolan ringan dengan berbagai orang pendekar. karena memang selain terkenal akan ilmu silatnya, ki Jalak juga terkenal akan keramahannya., sebenarnya Ki Jalak bukanlah orang asli tanah jawadwipa, melainkan dari sebuah pulau lain yang bernama pulau DEWATA. Tak lama setelah rombongan Kijalak datang, munculah
202
beberapa rombongan lain yang nampaknya akan menghadiri acara itu.....
Dilain tempat, disebuah istana didalam gua dilembah kematian tampaklah suatu pemandangan yang begitu mendebarkan dada juga membakar birahi dan membuat orang mengkirik karena ngeri. Mengapakah demikian? Disebuah Ranjang yang mewah duduk bersandarlah seorang Lelaki paruh baya yang bertelanjang bulat, ia bersandar didada seorang gadis berusia kira kira sembilan belas tahun yang juga tanpa selembar benangpun. Disamping kanan dan kirinya duduk beberapa gadis yang telanjang bulat, usia mereka sebaya. Mereka sibuk melayani lelaki paruh baya itu sambil tertawa jalang. Ada yang memainkan puting dada, Ada juga yang asyik menggosok gosok bukit kembarnya di paha atau betis ada yang menari sambil duduk diatas pangkal paha, ada yang sibuk menyuapi makan, juga ada perempuan yang sibuk menggosok gosok dadanya ditelapak kaki lelaki paruh baya itu. Lelaki setengah baya itu berwajah cakap tanpa guratan guratan tua, hanya jenggotnya saja beberapa ada yang sudah memutih. Rambutnya berwarna Putih Keperakan diikat dengan kain putih yang menjuntai sampai punggungnya. diperutnya terdapat garis yang melingkar kemudian ke dada kanan dan kirinya lalu kearah tangannya yang memutih keperakan. Disudut lain terdengar jeritan jeritan ngeri, jeritan kesakitan, ada juga jeritan ketakutan. Mengapakah? Ternyata disana sedang ada penyiksaan terhadap beberapa manusia. Dari yang paling ringan sampai yang paling berat atau kematian. Yang paling ringan ternyata adalah dirajam dengan cambuk besi yang
203
membara. Beberapa manusia sedang digantung diudara dalam keadaan polos, beberapa manusia yang merintih rintih bahkan menjerit ketika beberapa anggota tubuhnya dicacah ataupun dicincang hidup-hidup. Kaisar Iblis memang orang yang kejam... menikmati jeritan-jeritan kematian adalah salah satu kesukaannya.... lalu, bagaimana dengan gadis gadis itu?.... Pada awalnya merekapun sama halnya ketakutan bahkan mungkin akan terkencing-kencing dicelana melihat kejadian itu, apalagi bila ia melihat kaum sejenisnya yang disiksa dengan memasukan pedang/gada ke kemaluannya. Seperti kata pepatah, Bisa karena Biasa, begitulah yang terjadi mereka, karena terlalu sering disuguhi kejadian seperti itu, lambat laun hatinya terbina, maka dari itu, akhirnya mereka menganggap kekejian yang tak berperikemanusiaan itu adalah suatu pertunjukan yang monoton. Entah salah apakah mereka, hingga mereka mengalami hal yang mengerikan seperti itu. Sedang asyik-asyiknya bersenang-senang dengan para dayangnya, lelaki setengah baya itu dikejutkan dengan kemunculan seorang kepercayaannya. ―Hamba menjumpai Yang Mulia Kaisar Iblis..‖ Seorang Pemuda yang memakai pakaian serba putih keperakan mensoja. ―Ada apakah Adiraja sehingga engkau sendiri yang harus menghadap.‖ Lelaki paruh baya yang dipanggil kaisar iblis menjawab. ―Datuk delapan penjuru telah hadir....‖ Kaisar Iblis mengerutkan kening, ―Bukankah itu salah satu siasat kita....‖.... ―Memang,.....Tapi,‖ Adiraja ragu-ragu.
204
―Teruskan....!‖ ―Saat ini si sinting dari Timur Ki Asmaradanu tak nampak batang hidungnya, bahkan Pasukan Telik Sandi tak dapat menemukan dia, ketika Sisinting dari Timur bertemu dengan seorang pemuda berjubah coklat dengan Perhiasan Kulit Rubah mereka kehilangan jejak disebuah bangunan kuno, tampaknya telah muncul seorang tokoh baru selain, yang aku ketahui.‖ ―Hemm......, Pemudah berbaju coklat.....‖ Desis Kaisar Iblis. ―Braaaakkkkk.....‖ Sebuah meja hancur berkeping keping dilanda kemarahannya. perempuan-perempuan yang tadi bersenang-senang kini ketakutan, dengan sigap mereka membereskan patahan meja dan pergi keluar ruangan. ―Bagaimana dengan Ketua Perguruan Golongan Merdeka yang telah berani terang-terangan memusuhi kita. hemmm... tadi kau bilang, beberapa pendekar muda dengan jubah coklat, siapakah mereka? ‖ ―Entahlah, yang pertama bernama Angkara, ciri cirinya ia memakai peralatan dari Kulit Kijang, ia selalu bersama temannya dari negri asing, yang kedua seorang yang bernama Huru hara ciri-cirinya ia memakai peralatan dari kulit srigala dengan temannya yang bernama Kerbau manggala, juga berpenampilan sama, hanya peralatannya terbuat dari kulit kerbau. yang ketiga dua orang perempuan memakai ciri-ciri dari kulit domba, lalu yang keempat bernama Amuk Samudra,ciri-cirinya ia memakai peralatan dari kulit kulit buaya, selama ini dia mengacaukan lautan, bajak laut diporak porandakan, mungkin hanya ia yang bekerja dilautan. yang kelima ia bernama Murka semesta, ia memakai peralatan dari kulit Ular, bahkan kabarnya, Sipengabar Langit juga berpakaian sama, namun ia memakai peralatan dari kulit harimau, lalu sekarang muncul lagi orang yang memakai
205
peralata dari kulit Rase..... Mengenai Sepuluh Peruruan itu, hamba telah membuat suatu kejutan bagi mereka.....‖ ―Hemmm,,,,, ceritakan rencanamu....‖ ―Hamba menjadikan pihak mereka sebagai kambing hitam dengan pihak kerajaan, hamba yakin..........‖ Begitulah, mereka berbincang-bincang mengenai siasat yang dijalankan orang kepercayaan dari Kaisar Iblis....
Suara teriakan, bisikan, dan lainnya terdengar memekikan telinga siapapun yang mendengarnya, bila anda melihat dan mendengar satu juta jiwa berteriak apakah yang terjadi?....... Kejadian Hari ini, adalah kejadian paling menggemparkan dalam dunia persilatan, bukan hanya dari tanah jawadwipa saja yang menghadiri kejadian ini, bahkan dari negri lainnya seperti Swarnadwipa, Malaya (Malaysia dan Singapura), Gujarat, Mesir, Tionggoan, Jepun dan beberapa negri lainnya. Mereka berkumpul dan bergumul menjadi satu berdasarkan golongannya, Dibarak Selatan adalah tempat golongan Putih, Dibarak Utara adalah tempat para Golongan Hitam. dan ditengah tengah itu berkelompok dari Golongan Merdeka. Diantara semua Golongan, Barak kaum golongan merdeka adalah yang paling sedikit... lalu golongan hitam dan yang paling besar adalah kaum dari Golongan Putih. memang pada masa itu adalah masa kejayaan dari golongan Putih, jika seandainya tidak ada kehebohan yang ditimbulkan Panji Telapak Perak, barangkali Golongan hitam tak ada yang berani memunculkan wajahnya. ―Selamat Siang saudara-saudaraku.........., terimakasih telah menghadiri acara peresmian perkumpulan kami, kami Ucapkan Selamat Datang di Lembah kematian Tempat berdirinya
206
perguruan Paling besar dijagat raya.....‖ Gemuruh para hadirin sekalian mendengar ucapan yang begitu Jumawa dan Takabur....tiba-tiba... ―Ting...Tang...Teng.....Tong............‖ ―..Jrek...Jeng...Dung...Dung........‖ Suara Tabuhan Musik melantun tinggi dan merdu dari dalam bilik gua. Sontak saja semua orang terdiam, suasana yang tadi bising kini berubah menjadi kuburan...hanya Suara musik yang semakin santer terdengar, iring iringan itu begitu indah, dengan diawali dengan kedatangan sekelompok gadis-gadis yang polos tanpa selembar benangpun yang menari... Orang dari Golongan Hitam dan Merdeka terbelalak kegirangan, bagaimanapun mereka adalah orang yang sama sekali tidak mengindahkan peraturan. sementara orang golongan putih segera memalingkan wajah karena malu... hanya beberapa orang dari golongan muda saja yang asyik Setelah Gadis-gadis itu, muncul kemudian disusuli dengan kedatangan berbagai macam lelaki dengan baju hitam dan sarung tangan perak. diikuti dengan sebuah Tandu yang terbuat dari Emas, sementara dibelakang tandu itu Dayang dan Prajurit pilih tanding dari perkumpulan Panji Telapak perak berjalan mengiringi tandu yang terbuat dari emas itu..... Iring iringan itu berhenti, Salah seorang Gadis cantik keluar dari tandu tanpa sehelai benangpun, ia kemudian memasukan tangannya kedalam tandu dan menuntun seorang lelaki paruh baya. Semua Orang yang hadir menahan nafas, ingin menyaksikan seperti apakah gerangan sosok yang telah menggemparkan seluruh dunia persilatan bahkan negara negara didunia lainpun ikut terkena dampaknya,....
207
Kekejaman dan kesadisan mereka sangatlah luar biasa, mereka menghasut beberapa anggota perguruan-perguruan didunia untuk menghancurkan perguruannya. Mereka yang datang dari negri lain adalah mereka yang datang untuk membawa murid murtad dari perguruan masing-masing, dan datang untuk menyatakan bergabung. Lelaki setengah baya itu berwajah cakap tanpa guratan guratan tua, hanya jenggotnya saja beberapa ada yang sudah memutih. Rambutnya berwarna Putih Keperakan diikat dengan kain putih yang menjuntai sampai punggungnya. Pakaiannya serba perak dengan jubah perak. Ia berjalan gagah menuju singgasananya, setelah duduk, musik berhenti, semua pengawalnya segera membuat barisan pelindung. Setelah dihitung Anggota Murid Perkumpulan Panji Perak ternyata telah mencapai sekitar lima atau tujuh ribuan, entah darimana saja pasukannya itu. Semua Hadirin terkesiap tak menyangka jika anggota Perkumpulan Panji Telapak Perak begitu besar jumlah anggotanya sampai-sampai melampaui jumlah anggota tiga atau empat perguruan besar ditanah Jawadwipa, Adalah Pantas jika Perkumpulan Panji Telapak Perak Mengaku partai paling besar didunia. jika memang dilihat dari kwantitasnya. entahlah apabila itu dilihat dari kwalitasnya, hadirin sekalian belum melihat. Tiba-tiba hadirin bergemuruh seruan kaget, tercengang atau pun desahan terdengar bersahut-sahutan. Melihat itu Anggota Panji Telapak Perak segera berpaling kearah pusat perhatian, mereka pun mendesah terkejut mengapakah demikian?
208
Dari Arah Timur melayanglah diudara beberapa sosok bayangan berwarna warni membentuk formasi sisik ikan. Tepz....Semuanya mendarat ringan dibumi, tampaknya mereka adalah Tamu terakhir dalam pertemuan itu. Yang menjadi kepala barisan ternyata adalah Seorang Pemuda belia dengan jubah coklat yang sudah menggemparkan dunia persilatan. hanya saja, hadirin sekalian banyak diantaranya belum pernah melihat orang yang memakai peralatan Kulit Rubah.... Hanya orang ‗tertentu‘saja yang mengetahuinya termasuk Melati dengan ketajaman matanya ia bisa melihat ‗kawan lamanya yang telah mengisi hatinya itu‘ ia bahagia sekaligus kecewa, mengapa sosok yang ia rindu-rindukan itu harus berjalan menuju barak kaum golongan merdeka. Ki Jalak termasuk orang yang sudah berpengalaman dalam mengecap asam dan garam mengerti apa yang dirasakan melati. ―Itukah kawanmu itu?‖ tanyanya lirih, namun tak cukup lirih karena ada orang lain yang mendengar. diam-diam dia merasa cemburu.... siapakah itu? tentu anda sekalian masih ingat dengan sosok pemuda tampan dengan jubah kelabu. perkenalan singkatnya dengan melati telah menumbuhkan rasa nyaman dan bahagia, dialah orang yang bernama Waranggana. Waranggana bukan orang bodoh ia paham bahwa dirinya telah mencintai gadis cantik yang satu itu. ―Benar Eyang...‖ ―Engkau masih harus bersyukur anakku, setidaknya ia masih dapat membedakan yang salah dan benar. mungkin suatu saat ia akan masuk kedalam golongan putih., bagaimanapun harus disyukuri ia tidak masuk kedalam golongan hitam‖ bijak ucapan
209
ki Jalak. Dilain pihak yang membuat orang-orang bertanya adalah bagaimana mungkin si sinting dari Timur Ki Asmaradanu ikut dalam barisan itu. Padahal mereka Tahu, Ki Asmaradanu bukanlah tipe orang yang suka bergaul dengan oranglain, adapun orang yang bergaul dengannya keesokan harinya pasti akan menjadi gila. mengenai kemampuannya, tak usah diragukan lagi. jika ia menjadi seorang dedengkot silat delapan penjuru mustahil ia hanya kaum keroco. Dengan santai tanpa menghiraukan Tuan Rumah mereka berjalan menuju barak yang berada ditengah.... tak menunggu waktu lama mereka sudah tiba dibarak... luar biasa, .... mereka semua berjalan dengan santai.. tapi jarak dua kilo lebih bisa dengan mudah mereka capai. Sesampainya disana, mereka menyebar lalu menyiapkan sebuah kursi untuk Pemuda berjubah coklat dengan peralatan dari kulit rubah. Tentu saja, ulah mereka itu mendapat perhatian penuh dari jutaan pasang mata. Bagaimana seorang remaja diperlakukan begitu terhormat. Mereka tahu kemampuan-kemampuan dari masing-masing orang itu. sembilan dari sepuluh mereka merasa jerih bila berhadapan bagi mereka. tapi saat ini, mereka melayani seorang remaja yang begitu masih belia, bukankah itu menjadi sebuah pertanyaan. ―Melati, tampaknya temanmu itu telah menjadi orang yang besar..‖ Ki Jalak berkata memecah keheranan hadirin. ―Maksud eyang? ―Kau tahu siapa orang yang melayani temanmu itu?‖ Melati menggeleng...bagaimanapun ia baru saja keluar
210
perguruan, masalah dunia persilatan ia masih buta sama sekali. ―Emch, Kau kenal pemuda itu rupanya Anak manis...‖ Suara merdu yang mendayu-dayu menghentikan obrolan Ki Jalak dan Melati. Keduanya berpaling dilihatnya dua sosok perempuan cantik yang pertama berambut terurai sepanjang punggung. Matanya memandang tajam, usianya sudah paruh baya namun masih memiliki keindahan yang menarik, Perempuan itu mengenakan jubah tanpa lengan warna merah. Dadanya ditutup dengan selembar kain warna hijau muda. Namun masih tampak kencang dan menantang. dilihat dari ciri cirinya jelaslah ia salah satu datuk ilmu silat yang dikenal dengan julukan ‗Dewi Pemanah Asmara‘ yang bernama asli Nyi Permata Dewi. Sedangkan perempuan yang kedua memiliki seraut wajah yang agung. usianya lebih tua dari Nyi Permata dewi kira kira sudah mencapai enam-puluh tahunan. perempuan itu mengenakan baju warna hijau dan celananya juga warna hijau. Ikat pinggangnya dibalut kain beludru warna Hijau pula. Nampaknya warna hijau adalah warna kesukaan perempuan itu. Di pinggang Perempuan itu terselip sebilah pedang bersarung hitam dengan gagang ukiran bentuk kepala Naga. dilihat dari ciri-cirinya dialah sosok yang bernama Nyai Dewi Renjani atau biasa dipanggil Bidadari Penakluk Naga.
―Haha... Kalian berdua perempuan-perempuan cantik dari kalangan tua, sepertinya juga tertarik dengan Pemuda itu‖ Kijalak jenaka menggoda Nyi Renjani dan Nyi Permata Dewi. ―Tua bangka awet muda, sepertinya maut masih menyayangimu..!‖ Nyi Permata Dewi berseloroh... ―Apa Dia Kekasihmu Anak manis?‖ Nyi Renjani menggoda
211
Melati. Melati memerah, ia tertunduk malu. Pada waktu itu memanglah ada hukum mengartikan bahwa diam itu berarti mengakui atau setuju. Dibelakang mereka juga terdegar beberapa percakapan, percakapan mereka ternyata mengenai orang-orang yang menjadi tamu terakhir itu. bahasa mereka sangatlah beragam karena memang Kaum rimba hijau yang berkumpul saat itu, gabungan dari beberapa negri. ―Siapakah Pemuda Aneh itu kakang?‖ Seorang kakek-kakek berbaju putih dengan selendang hijau tersampir dipundaknya. dialah Kyai Ahmed Sofyan bin malik , seorang penduduk tanah jawa keturunan bangsa Arab. ―Entahlah Adi, tampaknya ia adalah pimpinan dari pemuda-pemudi berjubah coklat yang aneh itu.‖ seorang kakek-kakek berselendang putih dipundaknya menjawab pertanyaan adiknya...... sementara Kakek ini biasa dipanggil dengan Kyai Abdul Sofyan Bin Malik, kakak dari Kyai Ahmed Sofyan. ―Apakah mungkin bila pemuda berusia tak lebih dari delapan belas tahun mampu mengendalikan sekawanan pemuda-pemudi yang begitu luar biasa. ?― Seorang pendekar lain menyela. Pendekar itu memakai celana pangsi sebatas mata-kaki, sementara bagian atasnya polos, alias telanjang dada. dipinggangnya sebuah trisula pendek menggantung gagah. dialah si Trisula Bugil. seorang pendekar golongan putih dari negri Malaya. ―Aku juga tak mengerti, tapi tak ada yang mustahil didunia ini,...‖ Jawab Kyai Abdul Sofyan Bin Malik tenang... ―akh, kalau tak salah dia adalah Pendekar seribu diri.....‖ Ucap salah satu dari Pendekar didalam kerumunan.
212
―Akh, Jangan ngaco kamu, bukankah Pendekar Seribu Diri Identik dengan baju Biru dan Kuncir kudanya?‖ ―Mungkin ia bosan dengan tampilan lama...‖ ―Wa....wes....wosh.......‖ Mereka bercakap-cakap dengan sekali-kali di timpali beberapa pendekar disekelilinginya, sehingga dibarak kaum golongan putih ribut degan desas-desus tak kunjung juntrungannya bak Suara tawon yang sedang pindah rumah. meski mereka bisik-bisik dengan lirih tapi bila dilakukan oleh beberapa ribu orang jelaslah itu merupakan suatu hal yang mustahil bila dibandingkan dengan keadaan seperti dikuburan. Hal serupa terjadi dibarak golongan Hitam. mereka berbisik-bisik riuh rendah bersahut-sahutan, Seorang kakek-kakek bermata cekung, dengan tulang pipi dan tulang rahang saling bertonjolan. Jubah Ungunya tak dikancingkan. dilehernya menggantung kepala tengkorak sebesar kepala bayi menambahkan keseramannya. juga besi yang melintang dilehernya lengkap dengan seutas rantai yang membelit kesebagian tubuhnya. Dialah Ki Sapta yang dikenal sebagai Iblis Pembunuh Raga. menurut kabar yang beredar dia adalah seorang tahanan kerajaan kresnapaksa, Namun waktu berada didalam penjara ia bertemu dengan seorang sakti, sehingga ia dapat keluar dari penjara dengan membantai seluruh Pasukan keamanan Tahanan dalam Penjara. dia hanya menyisakan onggokan-onggokan daging yang berserakan sebagai bukti kekejamannya. maka dari sejak itu ia dipangggil dengan Iblis Pembunuh Raga. ―Cisss.....Itukah Sosok Ketua dari sepuluh perguruan merdeka? sungguh memalukan, mereka malah membungkuk-bungkuk dihadapan bocah bau kencur itu, Sungguh tak nyana orang-
213
orang yang berani menentang Panji Telapak Perak hanyalah kumpulan bocah-bocah bau kencur‖ Dengus Iblis Pembunuh Raga kepada kakek-kakek yang sedang melotot menyaksikan Gadis-gadis cantik dari Rombongan Terakhir. Kakek itu berwajah Kurus kering kerontang bagaikan jerangkong, tubuhnya lebih mirip kerangka daripada seorang manusia, diujung jari-jarinya mencuat kuku-kuku runcing warna kehitam-hitaman. dilihat dari ciri-ciri kukunya dialah Ki seta atau Iblis pemakan jantung. ―Emch......daripada melihat bocah yang belum kelar nyusu lebih baik kau lihat perempuan-perempuannya saja, kau lihat tubuh-tubuhnya yang aduhai itu, hahaa apalagi jantungnya sluuurrrppphh‖ Iblis Pemakan jantung ngiler, tetesan air ludahnya bercucuran membasahi baju rombengnya. Dilain pihak ada dua orang sosok manusia yang memandang Tamu terakhir dengan kebencian. pula terdengar mereka bercakap-cakap. ―Guru, itulah Pemuda yang telah membunuh kakang Gandapura, dan melukaiku dengan Ajian Birahi Kematian‖ Seorang wanita berwajah pucat kepada seorang lelaki paruh baya yang berwajah sangar dihiasi kumis yang melintang, dengan ciri khasnya yaitu rambut berwarna merah yang tak lain si Iblis langit selatan adanya. ―Gerrr......‖ Ia menggeram. orang yang berada didekatnya memperhatikan iblis Langit Selatan dengan heran... Lalu, bagaimana dengan Golongan Merdeka? ya, tentu saja mereka gembira, bagi mereka menjadi pusat perhatian dalam tatapan kagum dan segan adalah hal yang langka. adalah suatu keajaiban bila mereka masih hidup jika memiliki ilmu yang pas-pasan.
214
sebab Golongan hitam dan putih memusuhi mereka....lalu Dimanakah mereka bisa berpijak? padahal jumlah mereka tidaklah seperempat dari tiap golongan putih maupun hitam. Mereka segera memasang gaya sok jagoan, ada yang tertawa terbahak bahak.... juga ada yang sok acuh... kini hebohlah seluruh barak.. baik dari golongan putih, merdeka hitam juga beberapa prajurit PANJI Telapak perak pada berbisik-bisik. Tapi, ada satu hal yang perlu diperhitungkan yakni semua hadirin, bahkan beberapa petinggi dari Panji Telapak perak baru pertama kalinya melihat sosok-sosok dari para penggetar langit dan bumi persilatan khususnya bumi pertiwi tanah Jawa. Mau tak mau mereka mengkaji ulang pikiran-pikiran mereka yang menyatakan bahwa dalang dari mereka adalah kaum tua. Para pemuda maupun pemudi melotot menyaksikan kehadiran Tamu terakhir dengan Tajam. suara Suitan, Rayuan, sindiran, ajakan maupun yang lainnya bersahut-sahutan memecah kegaduhan yang ada. ditambah jeritan-jeritan histeris gadis-gadis muda, bagaimanapun Ksatria Satwa Khususnya adalah sosok-sosok pemuda pemudi yang memiliki kelebihan dalam fisik. Wanita mana yang tak histeris bila menyaksikan Si Ular bermata seribu? apalagi sekarang harus menyaksikan beberapa pemuda tampan yang berpenampilan sama? Gilakah dunia? apakah memang didunia ini harus tercipta orang yang dapat menggegerkan Dunia hanya bermodalkan tampang? mau tak mau hari ini harus terjadi juga. ―Oh keindahan kau datang memberi sejuta kenangan meninggalkan segala Penderitaan‖
215
―Khiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..........‖ Jeritan melengking menembus langit seakan ingin mengoyak-ngoyak bumi dari arah panggung. ternyata yang berteriak adalah pembawa Acara yang tadi mempersilahkan hadirin. Semua hadirin terkejut, dari jumlah manusia hampir mencapai dua juta itu serempak duduk bersila dan mengerahkan tenaga dalam , hanya beberapa orang saja yang tak terpengaruh dengan teriakan itu, termasuk rombongan dari Tamu terakhir yakni Aram widiawan dan Kawan-kawan. ―Tampaknya mereka tak lagi dapat bersabar,....‖ Berkata Seorang wanita muda dengan tahi lalat didagunya, diantara semuanya mungkin dialah yang paling seronok pakaiannya. bagaimana tidak? dengan percaya dirinya Ia memakai jubah tanpa pakaian lagi didalamnya, jubah kancing kesatu dan keduanya tidak dikancingkan, sehingga tonjolan didadanya mengintip malu malu. jubahnya lumayan panjang hingga menutupi lututnya, tapi gilanya jubahnya itu terdapat belahan sampai lima jari dari pangkal paha. dia bernama kenanga ketua dari partai kupu-kupu malam. ―Haha..... mungkin kau benar sayang..‖ jawab seorang pemuda tampan berbaju merah darah dengan kipas ditangannya, dia bernama Eka Purnama, ketua dari partai Naga Darah Biru‖ Ucapan mereka terputus karena tiba tiba mereka mendengar logat gaya bicara yang mereka kenal. ―Selamat Tinggal, Semoga Arwahmu dialam baka bahagia menjadi darah Pertama dilembah kematian ini‖ Terdengar Gumaman dari bibir Seorang pemuda yang sedari tadi memejamkan mata. dilehernya tersampir bulu rubah yang masih utuh, sekilas bulu rubah itu seakan rubah asli yang sedang melilit dilehernya.
216
Bulu rubah itu, ia dapatkan dari Anak buahnya yang bernama Rival ketua dari Partai Harimau Niaga. Sehari sebelum memulai berangkat ke Lembah Kematian. Teman-temannya yang sedari tadi diam terheran-heran apakah yang ia maksudkan, namun kebingungan mereka tak lama karena mereka dibuat mengerti juga. ―Aaaakkkhhhhh‖ Jeritan melengking menyayat dari barak Golongan hitam. semua Orang terkejut, ketika berpaling mereka melihat pemandangan yang paling mengerikan. bagaimana tidak? Sesosok tubuh mungkin perempuan jika dilihat dari lekukan tubuhnya sedang bermandi darah dari tiga belas lubangnya. (mata, hidung, telinga, puting susu, mulut, pusar, kemaluan, anus dan pori-pori)tubuhnya mengeluarkan darah bagaikan air mancur, sebagian orang meski menyingkir tapi masih ada yang terkena percikan darah itu. Sungguh kematian yang menggenaskan. hebatnya sosok perempuan itu, meski kesakitan atau merenggang nyawa tapi tak setitikpun berpindah atau berubah dari posisinya. Siapakah sosok perempuan itu? tentu anda sekalian masih ingat dengan Sosok perempuan yang bernama Cintamani bukan? Kala itu, Cintamani sedang bisik-bisik dengan Iblis Langit Selatan. Namun mendadak cintamani berdiri terbawa reaksi dari aliran darahnya. yang terheran-heran tentu adalah Iblis Langit sendiri. Ketika ia berdiri itu, darah tiba-tiba menggumpal ditenggorokannya, Cintamani Gugup cepat ia salurkan tenaga dalamnya, kali ini ia benar-benar mati kutu, Sebab tenaga dalamnya bagaikan melemparkan batu ditengah samudra. HILANG.....
217
Tak berselang begitu lama, darah tiba tiba mengucur deras seperti pancuran dari ketinggian, seluruh Pori-Pori kulitnya mengeluarkan darah, juga lobang lobang lainnya tak ketinggalan. Melihat kematian Murid yang tinggal satu-satunya itu, Iblis Langit Selatan gusar bukan kepalang, Apalagi kematian muridnya itu berada didepan matanya sendiri tanpa ia sedikitpun dapat menolong. segera ia menjejakan kaki ditanah dengan ringannya ia melambung tujuh delapan tombak diudara, setelah menginjak tanah seperti Angin saja ia melesat menuju barak golongan merdeka. Set.... Iblis Langit Selatan, melesat menuju tempat duduk Seorang pemuda Berjubah coklat dengan peralatan kulit rubah, tidaklah susah mencarinya karena ia memiliki ciri-ciri khas yang sangat mencolok. Namun niat itu, harus ia urungkan sebab seseorang telah menghadang didepannya. ketika ia perhatikan ternyata seorang kakek tua dengan dandanan super aneh, bajunya terdiri dari dua warna, kanan terbuat dari kain sutra berwarna biru, sementara yang kiri terbuat dari karung goni berwarna coklat. Celananya juga terdiri dari dua jenis, kiri pendek dan kanan panjang. . . didunia ini tak ada seorangpun yang memiliki ciri demikian selain si sinting dari Timur Ki Asmaradanu. ―Ayah angkat... biarkan Tuan Rumah yang mengurusnya, bagaimanapun mereka takan membiarkan dia berulah semaunya sendiri didalam acara mereka sendiri.‖. Pemuda itu mencegah, jika hanya berbicara untuk didengar sisinting dari timur saja, mungkin Kaisar Iblis akan membiarkan mereka bertarung kemudian memetik keuntungannya. Tapi, saat ini lain meski suaranya seperti dikeluarkan dengan
218
perlahan namun suaranya begitu menggaung-gaung ditelinga orang, meski jaraknya ratusan bahkan ribuan tombak. yang mau tak mau harus membuat kaisar iblis bertindak mencegah. Dengan diawali geraman laksana singa kelaparan, Kaisar Iblis membentak. ―Berhenti...!‖ Suaranya laksana guntur disiang bolong, burung burung terbang ketakutan. Para hadirin dipaksa kembali harus menahan sakit telinganya dengan mengerahkan segenap tenaganya. Iblis langit selatan tertegun, dengan mata yang nyalang seakan ingin menelan sosok pemuda yang sedang asyik bersantai tanpa mempedulikan suasana disekitarnya Ia berputar arah kembali ketempat dimana ia duduk semula. ―hhahaha.....Siasat yang bagus rubah cilik‖ Ki Asmaradanu tertawa terbahak bahak. ―Hanya siasat kecil Ayah‖ Aram tersenyum pada Ki Asmaradanu. Bagaimanakah ceritanya sehingga Kiasmaradanu menjadi Ayah Angkat dari Aram? Ak ulah Sang Pangeran Dilahirkan Oleh bumi Akulah Sang Pangeran Dibesarkan Oleh langit, Panas dan dingin akan menjadi satu
Suara Tembang tak jelas judul maupun nadanya berkumandang disebuah atap bangunan kuno, mengusik tiga orang pemuda berjubah coklat yang berjalan disamping bangunan itu.
219
―Orang Gila mana yang menyayi tak jelas juntrungan ini, masa panas dan dingin menjadi satu, jadi hangat dong.....‖ Gerutu Seorang pemuda berjubah coklat dengan peralatan kulit beruang kepada teman yang berada disampingnya. ―haha...kau bodoh Jempana bukan kah itu sudah jelas Orang Gila dari bangunan kuno, jelas-jelas suara nyanyiannya dari sana‖ Pemuda berjubah coklat dengan peralatan kulit buaya berseloroh, pemuda itu tak lain adalah Amuk samudra si Ksatria Buaya. Tapi tidak dengan orang yang satunya lagi ia merenung, Pemuda itu berjubah coklat dengan peralatan Rubah sebagai ciri khasnya. ia menghela nafas dalam-dalam lalu ikut bersenandung. ―Sungguh mengerikan apabila telah menjadi satu‖ ―satu adalah sumber‖ ―sumber adalah kekuatan‖ ―kekuatan adalah kosong‖ ―kosong adalah diam‖ ―lalala....Akulah Sang Pangeran.....‖ Begitulah tembang itu saling bersahut-sahutan. ketika ucapan terakhir selesai diucapkan Wushhh.... suatu sosok bayangan menghadang didepan mereka., hampir saja Amuk Samudra dan Jempana tertawa terpingkal-pingkal melihat dandanan orang itu. Ternyata yang datang adalah seorang kakek tua dengan dandanan super aneh, bajunya terdiri dari dua warna, kanan terbuat dari kain sutra berwarna biru, sementara yang kiri terbuat dari karung goni berwarna coklat. Celananya juga terdiri dari dua jenis, kiri pendek dan kanan panjang. . .
220
―Siapa gerangan engkau adanya kakek?‖ Pemuda berjubah coklat menjura penuh penghormatan. Sikakek tertegun, ia terharu baru kali pertamanya ada orang yang menghormatinya sedemikian rupa. ―Siapa kau Anak muda?‖ Sikakek balas bertanya. Pemuda itu sama sekali tak tersinggung dengan kelakuan sikakek yang balik menanya, ia malah tersenyum... senyum yang indah bak bunga yang sedang mekar... begitu mengikat malah mungkin lebih indah dari senyuman wanita, terbukti dengan terpesonanya ketiga lelaki yang kebetulan memandangnya. Semua hening diam,... tak berselang begitu lama Kakek Aneh itu tersadar, cepat ia mengerahkan segenap tenaga dalamnya.. namun naas, tak setitikpun tenaga dalamnya mampu menahan gairah untuk ikut tersenyum dari pemuda itu. Ia penasaran, dikerahkannya lagi tenaga dalam yang ia miliki sampai tubuhnya gemetaran. . keringat berketel-ketel membasahi dahinya. Pemuda itu berhenti tersenyum, ia menunduk, menunduk sangat dalam, tik.... butiran air mata membasahi permukaan bumi. Entah bagaimana caranya, ketiga orang yang masih terbuai degan senyuman itu, tiba-tiba menangis,... bukan hanya menangis keluar air mata, tapi... menangis tersedu-sedu, mereka tak mengerti mereka menangis karena apa, yang jelas dari lubuk hati terdalamnya tiba-tiba menyeruak kesedihan yang begitu mendalam. Pemuda itu sadar, ia membuat orang yang berada disekelilingnya ikut menangis gara-gara ulahnya. ia angkat wajahnya. tangannya bergerak perlahan membasut air mata yang ada dipelupuk matanya.
221
―Saya Aram Widiawan Kek...!‖ Jawabnya sembari tersenyum penuh persahabatan.. bahkan lebih dari itu... mungkin itu adalah senyum kekeluargaan. senyum yang hanya dimiliki oleh seorang anak kepada ayahnya. ―Darimana kau tahu tembang itu, anak muda‖ Sikakek bertanya setelah berhenti dari tangisnya. Aram tertegun, ia ingat kematian orang tuanya yang menggenaskan,.... kehidupannya yang harus terlunta-lunta dipermainkan nasib. Aram tak menangis, karena jika menangis itu hanya akan membuat ketiga orang itu akan ikut menangis jua. Ia tersenyum getir, tapi ia kecele... gara-gara ia tersenyum getir, ketiga orang itu bagaikan dilemparkan kejurang derita, penderitaan yang selama ini tertuang dalam penderitaan Aram, ikut tertumpah ruah kedalam hati mereka. tapi, itu tak lama... Sebab tiba tiba mucul semangat yang menggelora.. semangat yang mampu mengangkat gunung sekalipun. semangat mereka bagaikan bara yang menggolak, bagaikan lahar yang menggelegak seakan ingin meraih angkasa. ―Mendiang orang tuaku Kek....‖ jawab Aram dengan semangat api. ia sadar, tenggelam terus dalam kesedihan takan membantunya bangkit. ia tahu.. hidup itu seperti PEMERKOSAAN. suka gak suka, mau gak mau, siap gak siap harus tetap DINIKMATI. Kakek itu termangu-mangu ―Kau ternyata sependeritaan denganku Anak muda..... sebaiknya kita duduk mencari tempat untuk bercakap-cakap‖ kakek itu berbalik meninggalkan tiga anak muda yang sedang dilanda perasaan masing-masing. ―Kalian berdua, carilah makanan untuk sarapan siang..‖ Aram memerintah dua anak muda yang mematung dilanda gelora
222
semangat. Tanpa menunggu keduanya menjawab, Aram segera beranjak mengikuti Kakek-kakek yang pergi menuju Arah bangunan kuno. ―Duduklah.......‖ Kakek itu mempersilahkan Pemuda berjubah coklat yang membuat hatinya lain dari yang lain. sampai-sampai kegilaannya juga ikut berhenti. Aram segera menuju tempat yang disediakan oleh sikakek, tanpa basa-basilagi ia duduk ditempat yang berdebu itu., ―Namaku Asmaradanu...tap‖ ―Saya sudah tahu, itu bukan nama asli kakek....‖ Aram menyela. yang membuat si Kakek melengak. ―Saya juga tahu, kakek bukanlah berdarah manusia biasa., Setidaknya kakek berdarah Seorang Pangeran...‖ Keduanya diam... tak ada kata, tak ada gerakan, kakek itu memperhatikan wajah Aram yang tenang bagaikan lautan..., dalam hatinya ia berfikir, ‖bocah ini benar-benar tindak lakunya selalu berubah-rubah... , sebentar gembira, sebentar murung, sebentar sedih, sebentar tenang..., sungguh aneh, pengetahuan dan kecerdikannya sungguh luar biasa, aku rasa dia hanya menggabungkan informasi dari tembang yang kunyanyikan dan saat aku memperkenalkan diri dengan ragu, luar biasa...sungguh luar biasa...‖. Langkah kaki terdengar beriringan mengusik kebisuan diantara dua sosok manusia yang duduk berhadapan. ―Ketua, kami datang....‖ dua sosok bayangan berjubah coklat tiba dihadapan kedua orang yang saling membisu. Tanpa banyak cakap segera mereka membuat api sementara yang satunya menusuk Rusa yang cukup besar yang telah dikuliti.
223
Empat sosok manusia berdiam diri menghadapi api yang menjilat jilat seonggok daging rusa yang cukup besar. ―Fyuhhh......‖ Helaan nafas berat terdengar dari Kakek yang mengaku bernama Ki Asmaradanu. Sebenarnya dalam dunia persilatan siapakah yang tak mengenal Ki Asmaradanu... Ialah Sisinting dari Timur, seorang datuk dari wilayah timur. ―Nama Asliku Raden Angkasa Puja Batara,‖ sikakek membuka percakapan. Aram diam saja dan menatap wajah sikakek dengan penuh penghormatan. Sementara, Amuk Samudra dan Jempana tersenyum geli, bagaimana seseorang yang berpenampilan gila gembel begitu bergelar seorang Raden. apa bukan membual besar, pikir mereka.... ―Aku dilahirkan oleh bumi, dan dibesarkan langit...., pada masa muda aku hidup terombang-ambing oleh harta dan pangkat..., waktu itu aku bergelar Pangeran Pengemis... aku memiliki seorang istri secantik bidadari, dan aku hidup dengannya dengan rukun dan bahagia..., ilmu silatku sangatlah tinggi.. dengan dibekali kecerdikan yang tiada batas... Pada suatu hari, aku berjumpa dengan seorang manusia dengan kecerdikan laksana rubah.... Dialah Sirubah Seribu Wajah... Ketika kami bertemu, entah mengapa kami saling tertarik satu sama lain... kami akhirnya bertarung kecerdikan dan diakhiri dengan persahabatan. beberapa bulan kami bergaul, akhirnya kami sepakat untuk membuat sebuah ilmu silat yang kemudian disimpan dalam sebuah ilmu sastra.‖ Kakek itu diam, ia mengenang masa mudanya, masa ia berjaya dengan segala kelebihannya. ―lalu bagaimana tanggapan kaum persilatan...‖ Aram bertanya
224
menghentikan lamunan Sikakek. ―Banjir darah‖ Aram adalah seorang yang diberitahu satu tahu tiga, empat bahkan lebih. hanya berdasarkan kata kunci ‗Banjir Darah‘ ia paham dengan apa yang terjadi. lain halnya dengan dua orang yang lain..... hanya satu yang mereka Pahami.. Kakek itu GILA atau, tidak waras... mengenai ketuanya sedari dulu mereka mengerti, bahwa ketuanya emang sedikit kurang normal. ―Lalu bagaimana mengenai akhir kisahnya?‖ ―Mereka Mengamuk...... sampai-sampai mengorbankan Sirubah seribu Wajah sebagai kambing hitam dari kisah berdarah itu,...‖ ―Maksud kakek, kitab yang mereka dapatkan isinya adalah sebuah kemustahilan.‖ ―Benar...., memanglah benar,‖ ―Lalu bagaimana kondisi akhir kakek sekeluarga dan Ki Pandu Permana.‖ Wajah Ki Asmaradanu pucat, tertegun bagaimana mungkin anak semuda Aram dapat mengetahui nama asli dari Sirubah Seribu Wajah. jangankan Anak seusia dia, Orang yang berusia enam atau tujuh puluh tahunan juga jangan harap mengetahui namanya. Memanglah pada masa mudanya Sirubah Seribu wajah tidaklah ada yang mengetahui namanya selain orang yang paling dekat dengannya. ―Darimana kau tahu nama lengkap dari sahabatku itu?‖ dengan gemetar Ki Asmaradanu menunjuk dahi Aram.... Aram tak menjawab. Ia malah berdiri Lalu menyembah.. ―Ananda menghaturkan sembah untuk Ayah Angkat...‖ Jangankan Ki Asmaradanu yang terperanjat Amuk Samudra dan Jempana juga terjengkang akibat merasa kaget. ―Pana,
225
Sepertinya sifat gila ketua sedang kumat,...‖ bisik Amuk Samudra kepada Jempana yang masih shock. ―Apa Maksudmu Anak muda...‖ disela-sela kekagetannya Ki Asmaradanu bertanya. ―...............‖ Aram diam membisu. ― Alis ki Jempana mengangkat.. dilihatnya pemuda itu masih dalam keadaan bersujud... cepat ia beranjak dan membangunkan pemuda itu. Setelah bangun Aram segera menjawab. ―Mendiang Guru berpesan dalam sebuah kitabnya yang terakhir yaitu kitab AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH. . . . menjelaskan bahwa bagi siapapun yang menjadi muridnya hendaklah memanggil ayah kepada salah seorang sahabatnya yang ikut menyelesaikan kitab penyatuan. dan kini aku telah menemukannya‖ Aram menjelaskan. ―Mendiang.....Apa dia telah wafat?‖ Ki Asmaradanu memegang dada Aram. Aram mengangguk dan menjelaskan tentang kondisi dalam jurang., Kakek itu menangis memeluk dada Aram, ia menangis menggerung-gerung seperti bocah yang tak disusui ibunya. Aram biarkan Kakek itu menangis, ia paham.... menghentikan pun bukanlah sesuatu yang bagus.... ia malah bersenandung seperti seorang anak kecil
Menangis bukanlah hal yang memalukan bukan hanya wanita yang bisa menangis lelakipun mampu lelakipun bukanlah seutas baja
226
biarkan tangis meledak biarkan ia membawa kesedihanmu Tangis bukanlah Sifat pengecut Menangislah sebelum engkau ditangisi
Setelah berhenti, kakek itu tersenyum.... mereka bercakap-cakap riang hingga malam menyapa bumi. ...................................... Pembawa Acara yang melihat hadirin tenang, tiba-tiba ia mulai angkat bicara. ‖Para Pendekar sekalian, tetamu dan saudara-saudari sekalian yang terhormat, Atas nama perkumpulan Panji Telapak Perak kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran saudara-saudari sekalian pada malam peresmian berdirinya perkumpulan Panji Telapak Perak, Perkumpulan yang akan merajai dunia persilatan.‖ Berbagai tanggapan dalam hati para tokoh yang memenuhi lapangan. Ada yang diam merasa geram dengan kecongkakan Perkumpulan Panji Telapak Perak. Ada pula yang tersenyum sinis dalam hati dan menganggap hal itu hanya suatu gertakan kosong untuk memamerkan kekuatan Perkumpulan Panji Telapak Perak. ‖Para Pendekar dan tetamu sekalian, Kaisar Iblis, Kaisar dari Perkumpulan Panji Telapak Perak dan Kaisar kita semua telah menurunkan titah bahwa nanti pada tengah malam dikala bulan purnama berada di tengah langit, akan diadakan sembahyangan suci untuk meresmikan berdirinya Perkumpulan Panji Telapak Perak‖. Berhenti sejenak pengara itu berseru pula. ‖Berdirinya Perkumpulan Panji Telapak Perak akan merupakan
227
berkah bagi kaum persilatan khususnya dan umat manuasia umumnya.. Perkumpulan Panji Telapak Perak tak mempunyai tujuan lain kecuali akan mempersatukan kaum persilatan yang sepanjang abad tak pernah mengeyam ketenangan dan kebahagiaan. Di bawah panji Perkumpulan Panji Telapak Perak, dunia persilatan akan membuka lembaran sejarah baru. Semua kaum persiltan tanpa membedakan aliran, daerah, perguruan dan tujuan, akan dilebur dalam satu wadah ‖ Kembali pembawa Acara itu berhenti sejenak untuk mencari tahu sampai dimanakah tanggapan para hadirin atas pidatonya itu. Memanglah terdengar suara berisik dari para hadirin. Suara itu terdengar gaduh, sehingga sukar didengar jelas maksud dari ucapan itu.. Kebanyakan suara itu bernada geram dan bersungut-sungut penasaran. Setelah membiarkan suara itu bergemuruh beberapa waktu, pembawa acara itupun berseru keras. ―harap tenang,.... !‖ Seperti disihir saja, hadirin kembali tenang... dilain pihak Kaisar Iblis yang sedari muncul tak pernah lepas memandang seorang pemuda berjubah coklat yang dilehernya tersampir Kulit rubah entah berapa kali wajahnya harus berubah.... Ia heran, bagaimana mungkin seorang manusia apalagi seorang pemuda belia macam dia harus memilki mimik wajah yang begitu luar biasa.. hakikatnya memang pemuda itu sejak duduk dibaraknya sampai sekarang belum pernah merubah parasnya... begitu tenang bak lautan yang dalam. ―Pemuda itu sepertinya memang memiliki pegangan yang kuat.. benar-benar lawan yang patut diperhitungkan.‖ pikir Kaisar iblis dalam hati.
228
―Shuuiitsss..... suara suitan bergema disebuah lembah yang panas dibakar birahi. menghentikan tarian dan nafsu yang bergolak dalam tubuh hadirin. Seruan kaget, tertegun, marah tangisan dan sebagainya bersahut-sahutan dimana-mana. Kaum golongan putih benar-benar marah, terutama para gadis dan pemuda yang kehilangan keperawanan juga keperjakaan. mereka menjerit histeris sambil merapikan baju-baju yang berserakan tak karuan. para gadis bukan janda juga bukan tidaklah terlalu memperhatikan kejadian barusan, mereka segera memakai pakaiannya dan pindah tempat. Para Golongan Hitam tidaklah ambil pusing, kejadian barusan malah mereka jadikan sebagai ajang salam perkenalan, lagipula kejadian itu tidaklah merugikan mereka. ―Bangsaat....‖ hiaattt‖ terkutuk tigapuluh orang pemuda dan pemudi menerjang sisi panggung dimana kaisar iblis berada. namun, naas bagi mereka, ―AAKkkkkkkkkhhh...........‖ ribuan anak panah melesat dari langit merajah mereka. Dalam hitungan seratus, tubuh mereka telah berubah menjadi hitam lalu mencair, nyata sekali panah-panah itu mengandung racun ganas. Setelah Para penari telanjang turun kembali ke tempatnya. Luyu manggala segera bertanya. ―Ketua...ini..‖ ―Itu adalah tarian iblis perangsang berahi..., mengapa kalian tak terkena efeknya tak lain karena aku menggunakan Ajian Suci tentram‖ Aram menjawab tegas memotong pertanyaan Luyu Manggala seakan mengetahui apa yang akan ditanyakan Luyu Manggala atau biasa dipanggil Kerbau Manggala itu. Ki Asmaradanu tersenyum, kekagumannya terhadap kecerdikan
229
dan kepekaan perasaan anaknya kini bertambah satu tingkat. Aram berpaling, dilihatnya empat orang insan manusia dalam keadaan seperti ini malah sibuk bertatapan mesra, yang pertama adalah Angkara dengan seoang Gadis jepang yang bernama Yumi. dan yang kedua adalah Ryusuke dengan Gadis dari tanah Antah berantah yakni Jelita Indria adanya, dilihat dari tatapan matanya Aram tahu bahwa mereka sedang mengingat apa yang terjadi diantara mereka. Benarkah demikian? kita bahas dulu apa yang sedang terjadi diantara Angkara dengan Yumi. Pada saat Para gadis itu menari, seperti halnya diceritkan dari awal Angkara begitu antusias menyambut tarian itu. namun ia harus menghentikan ulahnya karena ia melihat seorang gadis yang melotot marah kepadanya. mereka saling bertatapan tiba-tiba wajah Yumi memerah, Angkara tertegun bingung... setelah berpikir sebentar ia akhirnya mengerti, ia ingat kejadian pertama kalinya mereka bertemu. Waktu itu, ketika mereka habis makan siang setelah pertarungan dengan para yoninshu Yumi beranjak meninggalkan Angkara, Ryusuke dan Jelita Indria bertiga. Angkara dan Ryusuke berpandangan setelah diam sesaat Angkara segera menyusul Yumi. Dengan mengandalkan kecepatan gerak Selaksa Rubah menjadi bayangan Angkara dapat menyandak yumi yang sedang berjalan sambil melamun. ―Kau mau kemana Yumi...‖ Angkara menegur yumi yang sedari tadi masih belum merasa diikuti. ―Ekh...akghhh...Anu...‖ Yumi salah tingkah. ―Boleh kutemani...‖ Angkara menawarkan diri. yumi melenggong tak menyangka, setelah berpikir akhirnya.
230
―Boleh....‖ jawabnya kikuk. Sambil bercakap-cakap keduanya berjalan mengikuti garis rerumputan yang tersibak membentuk sebuah jalan setapak. hingga mereka berhenti di sebuah air terjun setinggi dua puluh tombak. Gemerisik air mendendang bak musik yang mendawai asmara, airnya jernih bak cermin dari swargaloka. tebing-tebing tinggi mengelilingi tempat itu, dihiasi dengan akar-akar beringin yang merambat.burung-burung berkicau riuh rendah bernyayi-nyanyi riang. ―Humzz..... Indah sekali tempat ini Kanda.‖ Yumi berkata reflek. Kanda panggilan sederhana namun memiliki makna yang begitu indah ditelinga hati maupun batin. mendesir indah perasaan Angkara. ―Tapi tak seindah dirimu dinda...‖ jawab Angkara Gombal. Wanita memang makhluk yang terkadang berpikiran bodoh, meski ia tahu bahwa itu adalah gombal belaka, namun ia malah senang digombalin...begitu juga dengan yumi. hatinya menggelora menuntut sesuatu yang akan mengisi relung-relung jiwanya. ―Air ini begitu jernih...‖ ―Namun tak sejernih matamu...‖ ―dengarlah, kanda... nyanyian burung itu begitu merdu..‖ ―Masih kalah dengan suara merdumu Dinda yumi..‖ ―lihat akar yang menjalar itu, kanda...., begitu indah menghiasi tebing itu...‖ ―Masih belum sadarkah engkau dinda, bahwa jalur akar cintamu telah menjalar didalam relung jiwaku menghiasi hati ini‖ Angkara menyentuh dadanya. ―Aishiteru...Angkara‖
231
―Apa? Ala Siraru? dengan berlagak konyol Angkara menjawab tak mengerti. ―Hihi....Apaan tuh Ala Siraru?... Aishiteru artinya aku mencintaimu kanda...‖ merah muka Yumi. ―Oh alapuyuh tu....‖ ―Apaan tuh Alapuyuh tu kanda?‖ Yumi mengerutkan kening.... ―haha...aku mencintaimu juga dindaku..‖ dengan tertawa kemenangan Angkara menjawab. ―Bahasa daerah mana itu kanda?‖ ‗Hehe... ketika aku sedang berada dikedai aku menndengar orang yang berambut keemasan menyatakan cinyanya.. nah, dia mengatakan Alapuyuh....dan perempuannya menjawab Alapuyuh tu..‖ ―Khihihih.... ― dengan cekkikikan Yumi tertawa. ―Mengapa kau tertawa dinda?‘‘ ―Kau yang salah tanggap Kanda, yang mereka katakan itu I love You, dan I love You To...bukan Alapuyuh dan Alapuyuh tu hihi....‖ ‗Ohhh....‖ Angkara kikuk....
Gemericik Air terjun membasahi Wajah Dua Insan yang sedang asyik memadu cinta... mereka berpandangan dengan saling berpegangan tangan, perlahan entah siapakah yang memulai bibir mereka bertemu dipertengahan jarak, keduanya saling diam membisu, keduanya menahan nafas dalam-dalam, keduanya membuka bibir, kini keduanya saling jilat dalam sebuah kuluman..., bergulat mencari kenikmatan dari setiap sentuhan. ―Sudahlah kanda, aku gerah mau mandi...‖ Yumi melepaskan kuluman bibir Angkara dan menjawab dengan nafas tersenggal-senggal.
232
Tanpa menunggu jawaban dari Angkara, Yumi segera melepaskan pakaian sekaligus dalamannya. tubuh mulus putih khas Asia kini terpampang didepan Angkara. meski hanya dari belakang, angkara sudah merasa jantungnya copot. Yumi turun keair yang jernih dan berbalik.... ―kau mau mandi bareng kanda..‖ Yumi mengajak. Angkara semakin melongo, meski tubuh yumi terendam air, tapi masih jelas terpampang sebab airnya begitu jernih.. mendengar yumi mengajak mandi bersama. Seperti kambing congek Angkara berjalan hendak turun keair namun ia membatalkannya sebab yumi mencegah. ―Tunggu, kau mau mandi denngan berpakaian seperti itu kanda, ― dengan gemas yumi mencegah. Angkara bagaikan tersadarkan segera ia melepaskan pakaiannya dengan hati-hati. ―Akhh‖ Begitu melihat Tombak penembus rimba milik Angkara tak tahan lagi Yumi berseru kaget, "Woouw, Besar sekali tombak milikmu kanda!" Angkara Tersenyum, ia berjongkok didepan Yumi. tanpa malu-malu yumi yang sudah dibakar birahi segera mengambil tombak itu. dan menciuminya seperti gula. Kenikmatan yang luar biasa membuat Angkara mendesis lirih, badannya ikut gemetar keras. selang berapa lama Angkara mencabut tongkat itu, tetesan cairan bening ikut mengucur dari ujung tombaknya itu. ―Kau sudah pernah melakukan ini sebelumnya Dinda?‖ Angkara bertanya sambil turun keair dan memeluk tubuh Yumi. yumi tak menjawab, ia hanya menggeleng lemah sambil mendesis.... karena ia merasakan pantatnya ada yang meremas.... Cupp.... Angkara menciumi tubuh yumi, dimulai dari kening, pipi,
233
mulut leher dan turun kebawah hingga mencapai bukit berpuncak kemerahan,.... meski baru kali pertamanya Angkara maupun yumi melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan suami istri itu... namun nafsu telah menuntunnya, dengan mengandalkan naluri mereka bergerak secara alamiah. Angkara bukanlah orang dari golongan Putih, ia tak mempedulikan bahwa hal yang dilakukan ini merupakan hal yang tabu bagi golongan putih. sementara Yumi, dinegaranya hal seperti ini bukanlah hal-hal yang sangat tabu, ia belum pernah melakukan hal seperti ini juga karaena dia belumlah pernah berpacaran saja. ―Shhtt...Akh...Akh...‖ Desahan memburu dari dua insan yang sedang bergumul itu selaras dengan suara gemericiknya air terjun. Tangan Angkara tidaklah diam, tangan itu sibuk belai ini belai itu.. membuat Yumi semaki menggelinjang-gelinjang. ―Srettt....Aakkkkkkhhh‖ lenguhan panjang terdengar dari mulut seorang perempuan cantik berwajah oriental yang sedang berada dalam pelukan angkara, sepertinya ia sudah mencapai npuncak pertamanya. ―Kau,....kurang ajar kanda...tanganmu begitu nakal‖ Dengan genit dibuat-buat Yumi menggoda Angkara. Angkara malah menjawab yang tak ada huibungan sama sekali dengan pertanyaan yumi. ―tahanlah dinda,‖ Yumi tertegun tak mengerti, ia merenung dan akhirnya mengangguk.. sepertinya ia tahu apa yang diinginkan kekasih dambaan hatinya itu. ―Srettt ‖Akhhh Pelan kanda..‖ setitik air mata menjatuhi pipi yumi. wajahnya meringis sepertinya ia kesakitan. selang beberapa
234
saat sepertinya rasa sakit itu telah menghilang terbukti dengan wajahnya yang berubah rilek. ―emhh...Akh..akhh...‖ Angkara merasakan tombaknya dijepit dua bilah jurang yang tak berpangkal segera mengggoyangkan badannya berulang kali, semakin lama tusukannya makin tajam dan kuat, sebentar ia menusuk sebentar mencabutnya lagi, kemudian menusuk sambil memuntir, sebentar kemudian dia menekan sambil menggesek.... beberapa gebrakan kemudian yumi sudah mendesis sambil merintih,mukanya merah padam karena rangsangan birahi. "Oooh ... aaaah ... aduh ... aaaah ... Kanda Angkara..‖ Peluh telah membasahi seluruh tubuh Yumi, tapi badannya masih bergoyang terus tiada hentinya. mereka bertempur semakin seru, hingga pada suatu saat.... ―Emcchhh...Akkhhhh‖ keduanya berteriak melengking lalu keduanya terkulai lemah bersandar pada batu. Cairan putih kemerah-merahan sudah meleleh keluar dari sebuah jurang didalam hutan rimba milik yumi, ―Terimakasih dinda....‖ Angkara Mencium kening Yumi yang dibalas dengan kecupan mesra. Keduanya lalu membersihkan diri, mereka naik kedaratan dan mengulangnya lagi mengulangnya lagi sampai lima kali bertarung, pada pertarungan terakhir keduanya telah terbiasa, keduanya telah mampu saling memahami apa yang diinginkan masing-masing. Angkara segera berbaring di batu sungai yang lumayan lebar sambil menyelonjorkan sepasang kakinya. Yumi menarik napas panjang, tubuhnya segera ditekan ke bawah.
235
"Sreetttt!", hutan rimbanya mampu melenyapka tombak hitam yang berdiri kekar Kontan saja Angkara menjerit, "pelan, sayang!" Saking nikmatnya dia mulai gemetar keras. Yumi tak mempedulikan ocehan Angkara, segera iamenaik dan menurunkan tubuhnya secara berirama, bukit sekalnya menggelepar, gelepar didepan angkara yang sedang telentang, yumi tak mempedulikan itu.. ia semakin semangat meraih puncaknya, ia tak mempeduliakn tubuhnya yang sudah letih lelah..tak kuat menahan rangsangan Angkara segera memegang bukit kembar yumi yang menggelantung menggelepar, gelepar. ia meremasnya dengan keras. Yumi memekik kesakitan, tapi ia tak mencegah, juga tidak menghentikan pendakiannya ia terus berjalan semakin atas-semakin atas sampai akhirnya ia tak dapat lagi menahan gelombang dahsyat yang menerpanya ia menjerit keras..‖Akkkhhhhhh‖ ..... Seperti dicopoti tulang-tulangnya Yumi dan angkara berbaring berpelukan, setelah mengatur pernafasan segera keduanya berbenah dan kembali ketempat dimana tadi mereka makan dengan senyuman keindahan dibibir. Begitulah yang berada dalam pikiran Angkara dan Yumi yang saling bertatapan mesra. lalu bagaimana dengan Ryusuke dan Jelita Indria? Ternyata merekapun sedang membayangkan hal yang sama, mereka teringat dengan kejadian yang berkesan dalam hati mereka dengan bersamaan waktu dengan Yumi dan Angkara. Setelah ditinggal Angkara dan Yumi, Ryusuke dan Jelita Indria bertatapan, keduanya tersenyum penuh makna, pertemuan mereka yang singkat itu ternyata telah mengusik naga yang
236
sedang tidur dalam jiwa mereka. Bagaikan kekasih yang sudah tak bertemu selama setahun saja keduanya segera berpelukan erat, sangat erat... sampai Ryusuke merasakan dua buah senjata kenyal didalam dadanya. wajah ryusuke memerah, gara-gara kejadian itu, bagaikan dialiri dengan tenaga dalam saja tombak yang tadi lemas kini telah siap berperang. Jelita Indria tersenyum, ia juga dapat merasakan sebuah senjata yang sudah siap bertarung kini sedang menodongnya. keduanya bertatapan saling mengerti kebutuhan masing-masing, mereka segera mendekatkan wajah dan terjadilah pertarungan yang jarang disaksikan orang, terutama anak-anak yang belum dewasa. Tanpa mereka sadari, pakaian mereka satu persatu telah berserakan ditanah., kemudian sambil bertarung, mereka berjalan beriringan menuju sebuah pohon paling besar ditempat itu. nafas mereka mulai terengah-engah sebagai tanda bahwa energi mereka sedang dikura
Ryusuke dan Jelita Indria tak kuasa menahan lagi, mereka berdua mulai saling berpelukan semakin erat, tubuh mereka bagaikan ular yang meliuk-liuk saling menempel satu sama lainnya, bagian bawah badannya saling ditempelkan, saling bergesek .... "Kanda.....!" Jelita indria merintih lirih. matanya sayu mengharapkan sesuatu Sembari mendesis dia mulai merentangkan sepasang pahanya. Ryusuke segera berjongkok dan mulai menjelajahi hutan rimba milik jelita indria,
237
mula-mula menjelajahi sekelilingnya kemudian ia mulai menerobos kedalam jurang itu itu dan Terakhir dia mulai memainkan tonjolan yang ada di bagian tengah, berulang kali. Ryusuke bangkit dan mulai membidik buruannya dengan tombaknya, Crassshhh Aakkkkkhhhh suara terobeknya kulit sasaran juga jeritan bahwa buruannya telah terkena sasaran. Dengan perlahan Ryusuke, mencabutnya lalu mendorong untuk memasukannya lagi, begitu berulang-ulang Entah berapa lama mereka bertarung, peluh sudah bercucuran dari tubuh mereka, nafas mereka sudah bergemuruh seakan sudah tak kuasa lagi untuk bernafas. Akkkkhhhhh...keduanya menjerit menunjukan pertempuran telah mencapai puncaknya, pertempuran sudah usai, keduanya terbaring lemah.... karena takut kedatangan kedua orang rekannya segera mereka berbenah, merapikan diri, sambil bercakap-cakap mesra keduanya saling remas ‗sesuatu‘ untuk mengisi keasyikan dengan sekali kali diselingi ciuman mesra. Benarlah saja, tak begitu lama kemudian mereka melihat dua sosok bayangan berpegangan tangan menuju kearah mereka, setelah berlenggak lenggok sebentar mereka segera ikut bergabung, mengobrol tentang apa yang harus dan akan mereka lakukan nanti, Akhirnya mereka berkeputusan untuk membantu Angkara dalam membasmi Keangkara murkaan setelah bercakap-cakap sebentar mengenai ketua Angkara. mereka segera pergi untuk saling berkenalan dan melihat sosok ketua yang sebenarnya. Kelima orang yang sedang saling pandang tersadarkan ketika mereka mendengar jeritan melengking, segera mereka berpaling terlihatlah tigapuluh lebih Pemuda-maupun pemudi sedang meregang nyawa terkena hujanan panah. mereka juga
238
menyaksikan ketika mereka berubah menjadi cairan. Suara kereng tiba-tiba terdengar menggema. ―Nah itulah hukuman bagi para pembangkang, siapa lagi yang akan maju?‖ ternyata yang berteriak adalah Pengacara Pembukaan Perkumpulan Panji Telapak Perak. Para pemuda yang tadinya akan bersiap-siap menyerang, kini kembali kebarak dengan ketakutan. ―Nah, saudaraku sekalian jikalau tak ada yang berani maju lagi. sekarang saatnya yang kalian tunggu-tunggu,‖ teriak pengacara setelah para hadirin kembali tenang, meski diwajah mereka tampak memerah menahan kedongkolan ‖pada acara yang kedua ini akan diadakan adu kepandaian bagi para hadirin, adu kepandaian ini adalah untuk untuk saling mengenal masing-masing dari kalian. juga kalian diperolehkan untuk menantang Anggota dari perkumpulan kami.‖ Teriakan semangat, kebahagiaan dan lain lain terdengar dari para hadirin., wajah yang tadi merah menahan marah kini mulai kendor kembali, mereka pikir jika mereka tak dapat membunuh kaisar iblis setidaknya, mereka dapat melampiaskan kemarahan mereka terhadap anak buahanya. ―mungkin inilah saatnya bagi kita untuk menjadi terkenal Asoka...‖ bisik seorang lelaki tinggi kekar, kulitnya hitam seperti arang juga hanya memakai celana cawat saja untuk menutupi bagian paling pentingnya. ―hahaha....benar Aji, jika kita dapat mengalahkan mereka maka, seluruh jagat akan mengenal kita... hahahaha‖ jawab temannya yang juga berpenampilan sama, hanya saja yang satu ini dihidungnya memakai perhiasan semacam tanduk dari gading babi. ―Harap tenang,.... kami sudah yakin, kalian bakal
239
menyukainya.... baiklah kami akan menuturkaan peraturannya. shuuiiitt‖ Sipembawa acara bersuit nyaring seperti layaknya pekikan naga., lima sosok manusia muncul dari dalam tanah, mereka berteriak dengan nyaring. sepertinya pekikan itu adalah kode untuk memanggil Sosok-sosok itu. ―Pertama, peserta diperizinkan untuk menantang lawannya, dan lawan tersebut tidak boleh menolak, barang siapa menolak, maka akan dieksekusi ditempat.‖ ― Kedua, Peserta diizinkan untuk membunuh lawannya.‖ ―Ketiga, Peserta tidak diizinkan bermain keroyokan.‖ ―Keempat, korban mati dilarang penasaran, salahkan sendiri yang tidak becus‖ ―Kelima, dilarang meninggalkan tempat ini.‖ Penonton bergemuruh, sorak menyorak, menjadi satu suara cacian dan geraman menjadi satu. ―Gooonggggggg......!‖ Suara gong dibunyikan menandakan pertempuran telah dimulai. ―wussshhhhh.........‖ Seorang lelaki berusia empatpuluh tahun lompat ke tengah-tengah panggung, ia memakai baju yang terbuat dari kulit harimau dia mencabut dan memutar sepasang pedang pendeknya yang sejak tadi bertengger dipinggangnya. "Aku Adicitta dari Hutan Larangan, aku menantang Jalasi si Pendekar edan dari tanah nusa kembangan. Hayo Jalasi naik kamu, jangan sembunyi di balik baju ibumu. Hayo keluar, hadapi aku!" Terdengar tertawa keras dari barak Golongan Hitam. Sesosok bayangan berkelebat Kearah Panggung lalu melompat tinggi melambung dan hinggap di hadapan Adicitta , "Adicitta kau cari mati! Dulu kau kulepas mengingat bahwa kita
240
dulu adalah saudara seperguruan. namun sepertinya kau tak sudi untuk hidup lagi." Tanpa basa-basi Jalasi menyerbu Adicitta dengan sebuah jurus tangan kosong yang menderu-deru. Keduanya bertarung rapat. Adicitta bersenjatakan pedang pendek. sedangkan Jalasi menghadapinya dengan Tangan kosong. benar-benar pertarungan yang tidak seimbang, namun kenyataannya dengan mudah Jalasi menghindari serangan dari Adicitta, bahkan Jalasi dengan beraninya menahan pedang pendek itu dengan tangan kosong. Sorak-sorai penonton menyemarakan pertarungan itu, membuat kedua orang yang sedang bertarung semakin sengit. Pertarungan imbang, meski keduanya mengeluarkan segenap kemampuannya. Sampai jurus keeratus Adicitta di atas angin. Jalasi keteter, ia kewalahan menghadapi serangan dari Adicitta, sehebat-hebatnya dia, mana mungkin jika ia harus menahan pedang dengan lehernya. kecuali jika ia memang telah bosan hidup. ―Srett.... Crasshh‖ Pundak Jalasi berdarah kena sabet pedang pendek dari Adicitta., Jalasi naik darah. Dengan kalap ia kembali menyerang Adicitta.
BEBERAPA JURUS berikut Adicitta kewalahan menahan serangan dari Jalasi yang kalap. ―Dukkkk.....‖ ulu hati Adicitta terkena sebuah pukulan telak. dengan menahan sakit ia segera melakukan tangkisan karena ia melihat sebuah tendangan maut mengarah kepalanya, dengan menyilangkan kedua lengan diatas kepala Adicitta menahan tendangan maut dari Jalasi. ―Duukkkk‖ dua buah lengan dan betis beradu, dengan girang
241
Jalasi hendak menyusuli sebuah pukulan telak, tapi ia harus kembali membatalkan serangannya kecuali jika ia rela kehilangan kaki kanannya. Ternyata Adicitta memutar pedang pendeknya dengan jari dengan cepat di tarik seperti halnya sebuah gunting. ―Crasshhh...aakkhh.‖ kembali Jalasi memekik kesakitan, paha kirinya robek, meski ia menghindar dengan mengangkat kaki kanannya dan menjejakan kaki kiri meloncat mundur, tapi sepertinya gerakan itu sudah berada dalam dugaan Adicitta, dengan memutarkan tubuh 360o searah jarum jam lalu membungkuk dan dengan sebat menyabetkan pedang pendeknya, keadaan Jalasi kritis. Gerakannya tidak leluasa, Mendadak Jalasi bergerak limbung seperti orang mabuk. ―Jruubbbb....Buk‖ ―AAAkkkkk......hhhhrrgggg‖ Dengan mengandalkan sisa tenaganya, Jalasi bergerak cepat, ia menghajar dada kiri Adicitta, Adicitta memekik kesakitan, ia tak menyangka jika Jalasi bergerak senekat itu. dipihak lain Jalasipun tidaklah meraih keuntungan tubuhnya disate pedang pendek Adicitta. mereka memekik bersamaan. ―Bruuukkk....‖ setelah berkelonjotan sebentar keduanya telah mangkat kealam kelanggengan. Dua orang pendekar yang telah malang melintang dijagat kini harus kehilangan nyawanya begitu saja disebuah panggung dengan disaksikan para pendekar dari kolong langit. Dengan sigap dua orang manusia berpakaian hitam dengan topeng perak mengangkat mayat itu, dan membawanya kebalik gua. entah dikemanakan mayat itu tak seorangpun yang tahu kecuali Para Anggota Panji Telapak Perak. Mendadak para hadirin terpekik, mengapa? Seorang Pemuda berbaju putih dengan rambut dikuncir kuda,
242
matanya sipit dengan gagah berdiri ditengah Panggung. tak seorangpun yang mengetahui bagaimana pemuda itu bergerak, tahu-tahu para hadirin menyaksikan seorang pemuda berdiri dipanggung. kecuali satu. orang itu tersenyum penuh makna, entah apa yang ada dipikirannya, tak ada seorangpun yang mengerti. Pemuda yang berdiri ditengah panggung tak lain dan tak bukan Thian Liong adanya, ternyata ketika ia duduk di barak ia memperhatikan seorang manusia bertopeng yang sudah lama ia cari-cari. ialah Pengkhianat Thian Liong Pay adanya. Setelah pertarungan berakhir segera ia, mengerahkan ilmu terbarunya yang telah ditemukan oleh adiknya Thian Hong li, dengan memindahkan sukmanya kearah tengah panggung yang kemudian raganya ikut berpindah mengikuti sukmanya itu, benar-benar suatu kepandaian yang luar biasa. Meski belum sempurna, tapi ternyata ilmu itu telah memberkian suatu kemajuan yang benar luar-biasa bagi Thian Liong. Diam-diam ada sepasang mata yang khawatir dengan kejadian itu, yakni Thian Hong li adanya, dengan was-was ia melirik kekasih hatinya, ia hendak bicara namun tak jadi ketika ia melihat senyuman itu. senyuman yang ia pahami dengan mengenalnya selama bertahun-tahun. ―Maafkanlah saya kisanak sekalian, saya hanya ingin menantang seorang pengkhianat dari perguruan kami. bukanlah untuk unjuk kepandaian‖ Ucap Thian Liong merendah. Para pendekar golongan putih, tersenyum mendengar kata-kata yang begitu sopan itu, mereka tak menyangka jika dalam barak golongan merdeka terdapat seorang manusia dengan sikap golongan putih. Padahal sebenarnya mereka tak tahu siapakah pemuda itu,
243
perlu diketahui bahwa Partay Thian Liong Pay merupakan salah satu perguruan dari golongan putih. ―orang she Hoa, aku menantangmu,......!‖ Thian Liong menunjuk manusia bertopeng dengan sarung tangan perak. Lelaki itu bergetar, ia melirik Kaisar Iblis, setelah melihat anggukan kepala segera ia meloncat ketengah panggung. ―Orang she Thian, kau memang keterlaluan, aku bahkan sudah terasingkan dari tanahku, kau masih juga belum memberiku kebebasan.!‖ ―Mana mungkin aku membebaskan penghianat perguruan lalu melakukan kejahatan dengan kepandaiannya itu, aku tak keberatan mengampunimu jika kau mengembalikan ilmu itu‖ Lelaki itu menggeram, mengembalikan ilmunya berarti memunahkan ilmu silatnya, padahal orang persilatan memandang ilmu silat lebih berharga daripada nyawa mereka. tak tahan lagi ia menerjang tangannya terkepal kuat, ―Aku akan beradu jiwa denganmu Keparat‖ tangan yang terkepal itu menyiarkan bau hangit terbakar, Thian Liong dengan tenangnya menyambuti serangan itu, dengan memajukan kaki kanannya lalu diikuti dengan gerakan putar pada kaki kiri dengan diiringi tamparan tangan kanan, sementara tangan kirinya persis berada didepan dada. ―daakkk.......‖ dua buah tangan dengan dialiri tenaga dalam tinggi beradu. tidak berhenti disitu saja, Thian Liong segera susuli serangan dengan menarik kedepan dada pada tangan kanan dengan diikuti pukulan tangan kiri nyang tadi berada didepan dada. Bukk.... Orang She Hoa itu mundur terhuyung-huyung. ia terkejut, ternyata bukan hanya dirinya saja yang mengalami kemajuan, ia juga baru kali ini melihat tangkisan sekaligus serangan yang
244
dilakukan Thian Liong barusan. sebab di dalam perguruan Thian Liong Pay tidak ada jurus seperti itu. ―Jurus apa itu?‖ tak sanggup lagi ia menahan penasarannya. ia bertannya keheranan. ―Lambaian dewa wisnu‖ jawab Thian Liong tenang. memanfaatkan kelengahan Thian Liong yang sedang berbicara, Orang She Hoa itu segera menyerang ia meloncat dan mengangkat kaki kiri melakukan suatu angkatan berputar, mengikuti perputaran kaki kanannya yang berputar terlebih dahulu kekanan menurut arah jarum jam . tangan kiri ditekuk rapat dan tangan lainnya mengibas ―ciaaaattt.....‖ teriaknya lantang. Melihat serangan, thian Liong tidaklah gugup, sebagai sesama murid dari Thian Liong pay ia mengetahui arah mana serangan dari juruus itu. Segera ia menjatuhkan diri untuk menghindari seranngan sekaligus memasukan serangan balik dengan tendangan belakang pada kaki kanan. ―praaakk...‖ topeng orang she hoa itu hancur berantakan, wajahnya yang putih dengan jenggot dan kumis tipis diatas bibirnya. kini terpampang jelas, ia berdiri termangu-mangu. Jika para Pendekar muda tidaklah terlalu memandang serangan balasan itu karena memang jurus itu tidaklah ada keistimewaan apa-apa. berbeda dengan para golongan tua yang terpekik kaget. ―Tendangan Dewa Siwa‖ seru Iblis Pemakan Jantung refleks.
Ki Jalak, membelalak besar ia benar-benar terkejut. ―ya ampun, jurus Empat Dewa telah kembali‖ ucapnya kepada
245
dua rekannya yang juga masih belum tersadar dari keterkejutannya. ―Eyang, Apakah itu jurus empat dewa?‖ Melati bertanya. ―Kau suka mendengar ceritaku Melati?‖ ―Ya, Eyang...!‖ ―Pada seratus tahun yang lalu, seperti halnya sekarang terjadi kekacaun dalam dunia persilatan, manusia saling membunuh satu sama lain, pemerkosaan dimana-mana, pada zaman itu, adalah suatu keajaiban apabila seorang gadis memiliki darah perawan. bahkan ironisnya lagi anak perempuan yang berusia tujuh tahunpun tak luput dari pemerkosaan. tak ada tempat hidup untuk para wanita, tak ada seorangpun lelaki yang melindungi mereka. para lelaki terlalu sibuk dengan menjaga dirinya sendiri dari penjagalan yang mengerikan.‖ ―Hiyyyhhh....‖Melati bergidik ngeri. ―Kau ingin mendengar kelanjutannya?‖ ―Ya, Eyang...‖ melati mengangguk. ―Dalam kekacauan itu, munculah seorang pemuda yang cakap luar biasa, tak ada seorangpun yang mengetahui ia berasal dari mana, namanyapun tak ada yang mengetahui sampai sekarang. namun, pada waktu itu ia dikenal dengan Pangeran Empat Dewa., kesaktiannya benar-benar luar biasa, jurus-jurusnya hanya terdiri dari empat jurus saja, itu diketahui oleh semua orang persilatan karena ketika bertarung pemuda itu selalu menggunakan empat jurus itu-itu saja.‖ ―Lalu..!‖ ―Jurus pertama bernama Lambaian dewa wisnu., yang kedua Tendangan Dewa Siwa, yang ketiga Telapak Dewa Indra, dan yang terakhir bernama Hembusan nafas Dewa Brahma.‖ Kijalak menuturkan jurus-jurus dari empat dewa.
246
―Setelahnya apa yang terjadi Eyang?‖ ―Pemuda itu menumpas keangkara murkaan, para gadis yang hamil akibat menjadi korban pemerkosaan melahirkan anaknya dengan selamat.. para lelaki yang ketakutan mulai tenang dan mencari para wanita untuk mereka nikahi. sehingga para gadis itu dapat melanjutkan kehidupannya seperti sedia kala., semua orang persilatan sangat berterimakasih kepada pemuda itu, namun ternyata pemuda itu telah menghilang dari dunia ramai meninggalkan sejuta kenangan dari para Kaum persilatan.‖ ―Benar-benar hebat....‖ celetuk melati,. Kembali kepertarungan................. Setelah sadar dari ketertegunannya Orang She hoa yang bernama lengkap Hoa San Eng itu segera membuat kuda-kuda yang selama ini belum pernah dilihat oleh Thian Liong, Tangan kanan Hoa San Eng terkepal dipinggang, sementara tangan kirinya berada persis didepan wajah, ―Srettt... Sinar perak keemasan berpendar dikepalan tangan Hoa San Eng, ia tak bergerak dalam diam, sepertinya ia sedang memusatkan tenaga dalamnya. hawa panas menyeruak disekitar arena Pertarungan. Tanpa dikomando, Thian Liong segera mengangkat tangannya seperti menyembah, tangan itu bergetar ringan namun tak ada efek yang ditimbulkan disekitarnya. Dalam waktu bersamaan keduanya menyentakan tangan secara berbareng, ―Telapak Perak memburu maklaikat‖ ―Telapak Dewa Indra.‖ sinar perak keemasan tiba-tiba meledak dipertengahan jarak, ―Duaaaarrrrrrr...., jelegar...wuurrhhhsssttt‖ bagaikan menabrak dinding tebal saja, sinar itu menebar kemana-mana
247
menghanguskan apa saja yang diterpanya. kilat menyambar-nyambar, dengan disertai angin topan mendadak. ―kraaakkkk....‖ suara kayu patah, sepertinya Panggung megah itu tak dapat menahan beban tenaga sakti yang beradu itu. Tampaklah, Thian Liong terperosok kedalam panggung sebatas lutut, sementara Hoa Sian Eng terkapar muntah darah, Tanpa mempedulikan keadaanya Hoa San Eng bangkit dan menerjang dengan sisa kekuatan yang ada, ―Naga Api Murka, hiaaatttt‖ ―Wurrrhhhsshhh.....Gumpalan Api sebesar gulungan kasur menerpa Thian Liong, Thian Liong mengerti, jika ia menghindar dengan loncat kesamping atau keatas maka ia akan mengalami kerugian yang lebih parah., tanpa pikir panjang segera ia membenamkan tubuhnya kedalam panggung. Wusshhh....Api itu lewat dan membakar rerumputan hijau disamping panggung. Setelah api lewat Thian Liong segera bangkit dan membuka jurus terakhir dari jurus empat dewa. yakni Hembusan nafas Dewa Brahma,. Fyusshhhh...Angin tanpa bentuk menerjang Hoa San Eng yang mempersiapkan jurus Naga Api Murka, tanpa ayal lagi, api yang keluar itu segera tertelan bahkan menelan nyawa Hoa San Eng,. Brukk... Sosok mayat hangus menggeletak. tanpa nyawa. Thian Liong menghela nafas, ia menatap langit dan berucap. ―Akhirnya, tugas perguruan telah selesai.‖ Srettt.....bayangan Thian Liong mulai mengabur dari pandangan ternyata ia mulai menggunakan ilmu yang terdapat dalam kitab Sri Ajnyana. Para hadirin terkejut, mereka kagum bukan main, datang bagai angin pergi bagai kabut mungkin itulah istilah yang tepat untuk
248
kedatangan dan kepergian Thian liong. Tengah semua orang dilanda keterkejutannya, mendadak seorang lelaki tengah baya naik keatas panggung dan menantang menantang Si pemabuk dari selatan. Lelaki paruh baya itu dalam dunia persilatan dikenal dengan Pendekar rencong ia berasal dari tanah Rencong. memanglah sejak dahulu Sipemabuk dari selatan dan Pendekar rencong telah terlibat permusuhan yang tak mungkin bisa diselesaikan dengan baik. sehingga kesempatan yang baik ini mereka gunakan sebaik-baiknya. Sipemabuk dari selatan bersenjatakan Guci dari tanah liat yang kemana-mana ia selalu bawa,. sedangkan Pendekar Rencong bersenjatakan rencong. Pertarungan mereka berlangsung imbang dan ketat, karena memang Sipemabuk dari selatan belum mau turun tangan. Setelah bertarung puluhan jurus, akhirnya Sipemabuk dari selatan jengkel juga melihat kenakalan pendekar rencong segera ia menggeloyor jatuh, Pendekar rencong girang segera ia menyabetkan rencongnya secara Vertikal, namun serangan itu ternyata adalah suatu kesalahan terbesar dalam hidupnya, ―Brukkk....‖ Pendekar rencong tewas dengan kepala berlumuran darah, ternyata sewaktu Sipemabuk dari selatan menggeloyor ia mencelatkan gucinya keatas, sewaktu Pendekar Rencong hendak menyabetkan rencongnya, Guci yang ia lempar segera dikendalikan dengan tenaga dalamnya ―Bukkk‖ Prakk... kepala Pendekar Rencong hancur beantakan. tanpa mempedulikan lawannya yang telah tewas Sipemabuk dari selatan segera menuak gucinya, glek glek.... setelah puas ia berteriak-teriak. ―Aku menantang bocah yang berselampirkan kulit rubah itu.
249
teriaknya lantang‖ setelah itu ia meneguk tuak dari gucinya namun lawan yang ia tantang belum juga menampakan diri. dengan jengkel ia berkaok-kaok "Mana Bocah itu? Kenapa tidak berani keluar, apa dia sudah tak punya kehormatan lagi? sebaiknya potong saja anunya biar ia berdandan seperti perempuan." Aram menghela nafas panjang. ia mendengar Orang-orang yang mendengar ucapan Sipemabuk dari selatan tertawa keras. Riuh tawa dan ejekan itu membuat Aram melakukan keputusan yang apa boleh buat. Tapi, Aram adalah sosok manusia yang diberkahi dengan kecerdasan yang luar biasa, dalam keadaan yang serba panas itu, ia malah melakukan suatu tingkah yang begitu membuat orang tak habis pikir dan gemas luar biasa. ya, jika kedatangannya disertai dengan ilmu peringan tubuh yang luar biasa, namun kini ia malah berjalan santai layaknya seorang manusia biasa., ia dengan terseok-seok menuju panggung, jika yang lain hanya memerlukan waktu lima hitungan untuk sampai kepanggung. maka dia memerlukan seratus hitungan untuk menuju setengah jarak dari yang sebenarnya. tentu saja, semua orang dibuat gemas dengan tingkahnya itu, dengan jengkel Sipemabuk dari selatan mencak-mencak. ―kutu kurap, kudis buduk setan jalang setan burik anjing kurap anjing panu, kau membuat ku jantungan lebih cepatlah maju kemari, aku sudah kebelet...! cacian sumpah serapah dan sebagainya terlontar dari mulut Sipemabuk dari selatan.
Seratus hitungan kemudian Aram sampai ditepi panggung, dengan susah payah layaknya seorang bocah memanjat pohon ia naik keatas panggung. Kaisar Iblis menahan nafas, Iblis Langit
250
Selatan menggeram, Datuk datuk lainnya memejamkan mata. orang persilatan semuanya dibuat gemas luar biasa. ―hihi...bocah yang luar biasa, kecerdasannya benar-benar membunuh perasaan orang‖ Nyi Dewi Renjani tertawa. ―Apa maksud Nyai? bukankah ia malah membuat orang-orang gemas?‖ Melati bertanya. ―haha..... kau salah melati, jika tadi, ia sibuat gemas dengan ucapan Sipemabuk dari selatan, juga tertawaan dari Kaum persilatan. tapi sekarang ia yang membuat kaum persilatan dan Sipemabuk dari selatan yang dibuat gemas, bukankah itu sama halnya dengan mata dibalas mata?‖ Kijalak menyela. ―Fyuhhh.....Setan Cilik itu benar benar,‖Melati bersungut-sungut. ―Ada Apa nyai? Ki Jalak menyadari sedari tadi ia melihat Nyi Permata Dewi termangu mangu seperti orang kesurupan. ―Anak itu, ketika menatap matanya aku seakan melihat mata Anakku, sekaligus muridku.... Widia Seta.‖ desah Nyi Permata Dewi. ―Akh..... Tenaga Sakti Mata Darah.....‖ Pekik Nyi Permata Dewi.... ―Ilmu apa itu Nyai?‖ Nyi Dewi Renjani bertanya. ―Ilmu yang diciptakan berdasarkan hawa dalam darah dan dikumpulkan dalam mata, ilmu itu diciptakan dari gubahan Kitab Selaksa Jalan darah, peninggalan mendiang tabib sakti pengelana bumi. dan Tenaga Sakti Racun Darah Dewa peninggalan Pendekar Malaikat Darah. maka barang siapa yang mempelajarinya matanya akan berubah menjadi merah darah. dan.....‖ ―Dan apa?‖ ―Dan didunia ini yang mempelajarinya hanya Widia Seta seorang‖
251
―lalu mengapa nyai mengetahui?‖ ―Anakku membocorkan cara mempelajarinya kepadaku..., aku pernah mempelajarinya namun aku buang karena.......karena ilmu itu mengandung efek ganda, satu meningkatkan batas kemampuan mata dan otak hingga mencapai puncaknya...., ‖ ―dan yang kedua?‖ ―Orang yang mempelajarinya akan mengalami kebatasan Normal‖ ―maksud nyai Gila?‖ ―ya, namun dalam arti yang lain‖ ―Aku masih belum mengerti‖ ―Gila karena ia memiliki kecerdasan diluar kewajaran, maka orang normal akan mengatakannya gila.‖ ―.....................‖ Nyi Dewi Renjani mengerutkan kening ia masih belum mampu mencerna maksud dari Nyi Permata Dewi. ―Oh.... Aram Widiawan kau sudah besar sekarang‖ mata Nyi Permata Dewi mengeluarkan air mata, ia Menangis. ―Nyai rupanya mengetahui nama Sahabatku itu ya?‖ melati polos. ―Dia Cucuku...anak dari murid tunggalku‖ Ki Jalak, Nyi Dewi Renjani, Melati dan beberapa pendekar yang berada dekat dengan mereka terpekik kaget. suara kaget bergema di barak golongan putih, sebentar saja berita itu telah menyebar kemana-mana. Kembali kearah panggung............... Dengan sayu Aram memandang wajah Sipemabuk dari selatan. ternyata wajahnya cukuplah cakap Ketika ia tertawa tampak giginya yang jarang termakan usia. Rambutnya jarang tetapi panjang bergerai sampai pundak sehingga tampak lucu.
252
Sipemabuk dari selatan itu tertawa keras. "hahaha.....inikah sosok pemuda yang begitu menggemparkan dunia persilatan? aku tersanjung bisa berhadapan denganmu, Sipemabuk menjura seraya meneguk Tuak doi gucinya, glek...geek......" Aram juga tertawa keras. Lebih keras dari tawa Sipemabuk dari selatan. Tertawa khas yang begitu bercampur aduk, dalam suara itu terkandung sebuah penderitaan yangb begitu luar biasa, suka, duka, cinta segalanya menjadi satu, dikerahkan dengan tenaga sakti mata darah, dilambari dengan ilmu suara geledek tingkat paling tinggi. Jika hanya itu, mungkin masih mendingan, Aram juga menambahkan sebuah ilmu sebagai ciri khasnya sebagai Pendekar seribu diri, ilmu itu bernama Aura Kematian yang akan membuat semua orang mengikuti semua perasaan yang dikeluarkannya. Suara tawa itu mengalun dan bergelombang, panjang dan mendirikan bulu roma yang mendengarnya Itu memang suara tawa aneh yang pertama kali didengar para hadirin. Sipemabuk dari selatan berhenti Tertawa. Ia mendelong menatap Aram, gucinya sudah diturunkan, air matanya bercucuran, tangan kirinya mendekap ulu hatinya yang merasa sakit, seolah ia sendiri yang mengalami penderitaan itu . Ia kagum bukan main mendengar pameran tawa yang begitu menakjubkan sekaligus membuat dirinya tak mampu menahan tangisan. Bahkan hampir semua orang di situ menangis tersedu-sedu, ―gila benar-benar gila anak itu.‖ Kijalak bersungut-sungut ditengah kucuran air matanya, ia tak menyangka bahwa seorang datuk sepertinya tak tahan menerima suara tawa yang begitu
253
menyedihkan itu. ia melirik orang orang disekitarnya, semua menangis tersedu-sedu, ramailah lembah itu dengan suara tangisan. Sepuluh ketua perguruan merdeka dan Gerombolan kawan-kawan Aram yang begitu menyanjung Aram setinggi langit jangan ditanya lagi, mereka segera bersujud dan menangis tersedu-sedu. Jangankan para anak buah Kaisar Iblis yang berilmu lebih rendah, kaisar Iblis sekalipun tak urung mengucurkan mata. Iblis Langit menangis sedih ia ingat kedua muridnya yang telah mati, ia ingat betapa setianya kedua muridnya itu. Iblis Pembunuh Raga juga menangis, ia ingat orang tua yang memberinya kesaktian didalam penjara, ia ingart sewaktu dirinya dipecuti dalam penjara. Setelah tawa berhenti ia tersadar, ia malu bukan main, tapi ketika melihat rekannya Iblis Pemakan jantung juga tidak jauh dengannya ia sedikit lega. ia tak habis pikir bagaimana seorang pemuda belia macam itu memiliki tenaga dalam yang begitu luar biasa. Hampir tak masuk akal ada seorang pemuda yang memiliki tenaga dalam setinggi itu. Sipemabuk dari selatan menatap wajah anak muda di depannya Ia melihat sinar mata yang tenang, berwarna merah menyala-nyala namun sangat dalam seakan mata itu mengandung suatu kepedihan yang dalam.. Tiba-tiba ia sadar, anak muda ini memiliki kepandaian yang sulit diukur tingginya. sekarang ia paham, bahwa gerombolan pemuda pendatang baru dalam dunia persilatan itu bukanlah isapan jempol belaka. Jika anak buahnya saja dapat mengaduk-aduk dunia persilatan,
254
berani menentang kekuatan Panji Telapak Perak bagaimana dengan kemampuan ketuanya?. Ada rasa segan menyeruak dalam sanubarinya, ia merasa gentar. tapi, Sipemabuk dari selatan bukanlah jago kacangan cepat ia mengusir dan mengubur perasaan segan itu. "Sepertinya aku harus langsung menggunakan jurus pamungkasku, kecuali aku ingin mampus !" Berpikir demikian, ia segera memasang kuda-kuda, tangan kirinya ditelikung kebelakang sementara tangan kanannya diangkat keatas kepala dengan guci menghadap mulutnya. itulah pembukaan dari jurus MABUK TIADA AKHIR jurus khas dari Sipemabuk dari selatan "Hayo keluarkan senjatamu, bocah Tampan, agar aku tak lagi sungkan bertarung denganmu.!" Aram tersenyum, ―Haruskah aku menggunakan pedang?‘‘ pikirnya dalam hati. ―Jika aku tak mengeluarkan senjata, jelas ia akan merasa tersinggung dan terhina, aku tahu lelaki macam seperti ini, jika dia bilang hitam tak peduli sejuta orang mengatakn merah juga tak bakalan ambil pusing..‖ ditengah ia menimbang-nimbang tiba-tiba Sipemabuk dari Selatan berkata lagi, "bocah, apa kau menunggu belut berbulu hah?‖ ucapan itu cukup keras sehingga didengar semua orang. Tentu saja orang-orang yang hadir di situ tertawa, ucapan Sipemabuk dari Selatan itu agak janggal, dimanapun adanya belut itu tak ada yang berbulu, meski sudah berumur ribuan tahun jua.
255
Aram tersenyum geli. Ia tahu Sipemabuk dari Selatan sedang berusaha memancing dia agar segera mengeluarkan senjata. Dengan mengangkat tangannya kelangit seakan menggengam suatu gagang pedang aram menurunkan tangannya, benar saja perlahan-lahan dari udara yang digenggambya muncul suatu gagang pedang dan terus ke batang pedang sampai kemata pedang. Pedang itu adalah pedang yang paling jarang dilihat oleh semua orang persilatan, pedang bermata sembilan..... hanya sebagian saja orang yang mengenal pedang itu, ialah pedang ekor Rubah adanya. Melihat lawan sudah mengeluarkan senjata, tanpa banyak kata lagi segera Sipemabuk dari Selatan menggeloyorseperti orang mabuk lalu Langsung menyerang Aram ke bagian tubuh yang mematikan. Dalam beberapa gebrakan awal, Aram dapat mengukur kehebatan lawan. kemampuan Sipemabuk dari Selatan benar-benar hebat bukan alang kepalang, mungkin seimbang dengan dirinya. Dua puluh jurus berlalu, Guci tanah liat Sipemabuk dari Selatan tak bisa mendesak Aram. Bahkan dilihat lebih teliti, sedikit demi sedikit Aram mulai menguasai pertarungan.
Tapi, Sipemabuk dari Selatan tidak mengalami kesulitan, dengan sebat ia menggeloyor kekiri, dengan menjadikan kaki kiri sebagai poros untuk memutar tubuh, Sipemabuk dari Selatan
256
segera berada dibelakang tubuh lawan dan memukulnya dengan telapak kiri, ―Plaaakk....‖ Aram terhuyung kedepan, Sipemabuk dari Selatan tak memberikan kesempatan kepada lawan untuk mengukuhkan kuda-kuda. kini Aram dalam kesulitan. Ini pertarungan paling berbahaya dan menyenangkan seumur hidupnya sesudah ia keluar dari jurang. Ketika bertarung dengan murid Iblis Langit selatan atau dikenal dengan Sitangan Telengas Gandapura maupun ketika bertarung dengan yang lainnnya pertarungan tidaklah sehebat ini.. Tetapi sekarang ini ia harus bertarung dengan mengerahkan segenap kemampuannya. Dan lawan yang dihadapi meski sudah tua usia namun ilmu silat dan daya tahan tubuhnya sangat kuat. Tiba-tiba Sipemabuk dari Selatan menarik diri, melompat mundur agak jauh ke belakang. semua yang hadir merasa heran. Tidak biasanya seorang yang sudah unggul melepaskan lawan begitu saja mengapa? ―Ilmu pedang apa itu?‖ Sipemabuk dari Selatan bertanya sambil melihat bajunya yang sobek dari perut sampai kedada.
Kini pahamlah para hadirin, mengapa Sipemabuk dari Selatan melompat mundur. ―Jurus Pedang Satu Garis‖ Aram menjawab. Sipemabuk dari Selatan manggut-mangut kembali ia menerjang
257
Aram. kali ini ia menyerbu dengan jurus Guci Arak tumpah ruah jurus keenam dari jurus Mabuk Tiada Akhir.. Hawa panas keluar dari Guci Sipemabuk dari Selatan. Aram kembali menurunkan pedangnya menuding bumi, Sipemabuk dari Selatan kebingungan namun dengan Nekad ia meneruskan serangan, tampaknya pelipis Aram sebentar lagi akan Jebol terkena hajaran Guci, dalam detik terakhir itu Aram kembali menyabetkan Pedangnya Kelangit Sipemabuk dari Selatan terkejut, ia tak menyangka jurus sesederhana itu tak dapat ia jebol, ia mundur dengan menggelinding ke belakang. Orang-orang terkejut melihat Sipemabuk dari Selatan begitu terdesak. hanya dengan tebasan lurus keatas, bukankah itu hanya menggelikan penonton saja? ―ikhh,.....Jurus Pedang Satu Garis......‖ pekik seorang tua dengan jenggot sedagu, Kakek itu berjubah putih dengan pedang panjang di punggungnya, bajunya cukup aneh, kaum persilatan mengenalnya dengan sebutan Ksatria Matahari Terbit. sesuai dengan sebutannya kakek itu memang berasal dari negri Jepun. dinegrinya ia terkenal sebagai orang yang paling piawai dalam jurus pedang Samurai. Dengan Penasaran Sipemabuk dari Selatan menggunakan jurus Pamungkas dari rangkaian mabuk tiada akhir. ―Wurrsshhh....‖ semburan tuak menerjang Aram, dengan sigap Aram memutarkan pedangnya satu putaran,
258
―Wung...trang...trang..tring.. Crasshh...... currrss‖ meski hanya satu putaran ternyata jurus itu mampu menahan semua semburan Tuak, benr-benar luar biasa, ketika Tuak mendekatinya Aram segera mengerahkan tenaga dalam penyedot kedalam pedangnya, sehingga tuak yang berhamburan tersedot layaknya logam dengan besi sembrani. dengan sekali sentakan tuak itu dibuang menuju Tiang panggung, meski dari besi ternyata Tiang itu terdapat bolong-bolongan membuktikan bahwa semburan itu menggunakan tenaga dalam tingkat tinggi. Sipemabuk dari Selatan mengeluh penasaran, sedang Aram hanya tersenyum tipis saja. ―Baik Aku mengaku kalah bocah‖ Akhirnya Sipemabuk dari Selatan mengaku kalah. Semua orang terpana, benar-benar dibuat kejutan yang luar biasa. seorang datuk yang telah malang-melintang didunia persilatan kalah dengan menggenaskan di tangan seorang pemuda apalagi hanya dengan beberapa gebrakan saja. Namun, sepertinya kejutan itu belum selesai karena tiba tiba penonton kmbali disuguhi kejadian yang janggal. Tampaklah Aram menekuk lutut dan bersujud layaknya seorang murid kepada Gurunya.
―Kek, mohon terimalah aku menjadi muridmu...! ucapnya tegas dan jelas. jika bukan Aram siapa lagi orang yang akan bertingkah seperti itu. Semua Anak buah Aram terjengkang kaget dari bangkunya,
259
hanya empat orang yang tersisa, ialah Sipengabar Langit, Amuk Samudra, Jempana dan Ayah Angkat Aram Ki Asmaradanu. ―Wah, penyakit ketua bertambah parah Kek,‖ ―Kek, Ketua kumat...‖ secara berbareng Jempana dan Amuk samudra berkata kepada Ki Asmaradanu. ―Hahaha.....Bapaknya Sinting, Anaknya Gila.. Tidak aneh, tidak Aneh...‖ jawab Ki Asmaradanu seenaknya. Mendadak..... ―Aku yang menyuruhnya melalui Ilmu penyampai suara..‖ Jempana dan Amuk Samudra berpaling, dengan santainya Sipengabar langit tersenyum.. ―Gubraakkkk....‖ keduanya menyusul yang lain Sipengabar langit dan Ki Asmaradanu bertatapan.... ‗Hahaha........‖ keduanya terbahak-bahak. Lalu bagaimana dengan para hadirin? semuanya melongo... mulut mereka terbuka lebar, jika seandainya hari itu ada kelelawar barangkali akan tertelan masuk tanpa rintangan. ―Itukah yang kau maksudkan dengan kecerdasan diatas normal itu nyai?‖ Kijalak tergugu.... Nyi Permata Dewi Mengangguk, sedih ―Benar....‖
―Apakah memang tidak dapat disembuhkan lagi Eyang?‖ melati bertanya sedih.
260
―Bisa, tapi......‖ ―Tapi Apa?‖ Sela Nyi Dewi Renjani. ―........., kau ingat tindakanku sebelum aku masuk kedalam golongan putih? sehingga aku mendapat gelar Dewi Pemanah Asmara...‖ Kijalak dan Nyi Dewi Renjani merenung, mengingat masa-masa muda mereka. akhirnya mereka mengangguk.... ―Waktu itu, aku mempelajarinya hanya sampai tingkat lima, tindakanku begitu abnormal....hingga aku bertemu dengan tabib sakti, dan menyarankan ku untuk menghapus ilmu itu........‖ ―memang waktu itu kau mempermainkan seluruh dunia persilatan sampai dunia persilatan tak jelas harus dibawa kemana....lalu kau berubah seratus delapan puluh derajat....‖ jawab Ki Jalak. ―Benar, aku berubah menjadi wanita haus birahi.... karena memang.. ilmu itu hanya dapat dihilangkan dengan air mani perjaka....‖ dengan sedih Nyi Permata Dewi berkata. ―lalu mengapa harus begitu banyak?....‖ sela Nyi Dewi Renjani.
―Aku sembuh setelah aku menyetubuhi seratus lelaki perjaka.... sementara aku memiliki banya korban tak lain karena mereka menipuku dengan mengatakan bahwa sebenarnya mereka masih perjaka...tapi, aku tak yakin jika seratus gadis perawan
261
dapat menyembuhkannya karena memang anak itu telah mencapai tingkat pamungkasnya, setitik lagi menuju Puncaknya.‖ ralat Nyi Permata Dewi... Melati terpekik kaget... harapan yang ada sejak tadi kini kandas lagi....Melati tak menyangka bahwa riwayat Nyi Permata Dewi begitu suram... ―Apa Maksudmu....?‖ tenang ucapan Sipemabuk dari Selatan. ―Jadikan Aku Muridmu...‖ Aram menegaskan... ―Wah,... wah selamat...selamat... kau telah memiliki murid yang hebat Setan Tuak...‖ Suara berat parau menghentikan obrolan kedua orang itu,.... Keduanya berpaling, ternyata yang berbicara adalah Kaisar Iblis sendiri, ketika Aram mengatakan hendak menjadi murid Sipemabuk dari Selatan kaisar iblis menyangka pemuda itu hanya hendak menolong muka Sipemabuk dari Selatan makanya ia hendak menjadikan itu sebuah kenyataan. Setelah mendengar ucapan Kaisar Iblis, Sipemabuk dari Selatan menggerutu dalam hati. ―Bocah ini, berniat menolong mukaku malah menjadikannya sebuah kesulitan yang lain...‖ Segera Sipemabuk dari Selatan membangunkan Aram dari sujudnya, bagaimanapun tak mungkin ia mengelak lagi jika dalam keadaan seperti ini.
262
Mimpipun tidak jika Kaisar Iblis dan Sipemabuk dari Selatan bahwa Aram berkata dengan sungguh-sungguh dari hati terdalamnya. benarlah memang Sipengabar Langit menyuruhnya, tapi Sipengabar langit hanya berkata. ―Mungkin Ia tepat Untukmu.‖ Sebagai orang yang diberi kecerdikan luar biasa, Aram juga mengerti jalan pikiran Kaisar iblis, diam diam ia berterimakasih kepadanya yang telah membantu dia untuk diterima menjadi murid Sipemabuk dari Selatan. Dengan cepat Aram memegang tangan Sipemabuk dari Selatan, dan melesat menuju baraknya. dan berpapasan dengan dua sosok bayangan lain dari barak Golongn putih, Aram kaget begitu pula dengan Sipemabuk dari Selatan, melihat mereka dicegat dua sosok berwujud perempuan. yang pertama Perempuan cantik setengah baya dan yang satunya perempuan cantik sebaya dengan Aram. ―Dewi Pemanah Asmara‖ ―Melati..‖ Pekikan kaget bersamaan terlontar dari kedua mulut Sosok bayangan Lelaki. ―mereka berpandangan.....
―Cucuku......‖ Perempuan Paruh baya itu parau menahan haru...
263
Aram dan Sipemabuk dari Selatan tertegun, seketika Aram memandang Wajah perempuan paruh baya itu, ―Nenekk......‖ Aram memekik seperti anak kecil dan memeluk Perempuan itu yang ternyata adalah Nyi Permata Dewi. Dua orang itu berpelukan erat sampai keduanya dikejutkan oleh suara teriakan menggema... ―Anjing Kurap.... Naiklah keatas Panggung ini..‖ Mereka berpaling tampaklah Iblis Langit Selatan berdiri Angker diatas Panggung. ―Nek, itulah pembunuh Ayah dan Ibu... Aram menggeram,― tanpa menunggu reaksi dari neneknya Aram menjambret Tiga manusia itu dan membawanya kebarak dimana Ki Asmaradanu duduk santai. ―Ayah, Tolong Urus yang disini‖, Aram meletakan Nyi Permata Dewi, Melati, dan Sipemabuk dari Selatan didepan ayahnya, mereka berdiri mematung tertotok. Sekali kibaskan tangannya Tiga Orang itu segera terlepas dari totokan.. Aram menjejakan kakinya dan melambung keatas, ―Anak gila, cucumu memang gila Setan betina‖ Maki Sipemabuk dari Selatan. ―Hihihi‖ Melati dan Nyi Permata Dewi tertawa cekikikian.
―Seharusnya kau memanggilnya Murid Setan Tuak..‖ Ki Asmaradanu membenarkan ucapan Sipemabuk dari Selatan.
264
―Bukankah tadi itu hanya untuk menyelamatkan mukaku yang ganteng ini saja sinting?‖ ―Salah...‖ Ki Asmaradanu dan Nyi Permata Dewi membentak. ―ekh, apa maksudmu‖: ―Memangnya jika dalam keadaan biasa kau akan menerima murid yang edan-edanan seperti itu setan Tuak?‖ ―Kau salah jika menganggap itu hanya menyelamatkan mukamu‖ ―Kaisar iblis juga tertipu‖ ―Dia malah membantu apa yang diinginkan anak itu‖ Nyi Permata dewi Duet dengan Ki Asmaradanu memberondong Sipemabuk dari Selatan. Diberondong seperti itu bukan membuat Sipemabuk dari Selatan mengerti, tapi malah membuatnya pusing, saking pusingnya ia memilih menangis menggerung-gerung. Setelah menjejakan kakinya, aram melambung kelangit, jika hanya empat atau lima tombak itulah biasa, tapi jika puluhan tombak sampai ratusan tombak keudara itulah luar biasa, Aram melambung tinggi, semakin tinggi dan semakin tinggi lalu menghilang dibalik Awan..
265
Para Hadirin kali ini menyaksikan Pameran Ilmu Peringan tubuh yang benar-benar mendirikan bulu roma, semuanya berdiri menatap langit..... Langit kali ini benar-benar marah, ―Jelegaaaarrrr‖ ―Khiaaaaaaaaaaaaaaaaaa...‖ Pekikan laksana naga melengking mengalahkan suara guntur yang menyalak, tiba-tiba awan mendung, rintik hujan membasahi bumi, benar-benar kejadian yang langka.... ―Wungngg‖ Gaungan bak suara jutaan tawon bergema, laksana batu meteor jatuh kebumi, Aram meluncur dengan kecepatan yang begitu tinggi, Cahaya merah menyelimuti tubuhnya, . . . . ―Duaaaaarrrrsssshhhhh‖ tiba-tiba Tepi panggung meledak dahsyat, debu mengepul tinggi, Para hadirin terbius terpesona, Setelah debu menghilang seorang Pemuda berjubah Coklat berdiri Angker, matanya merah membara memancarkan dendam, hawa pembunuhan menebar kemana-mana. Bajunya berkibar-kibar angker, rambut panjangnya berdiri, menandakan bahwa pemuda itu sedang mengerahkan tenaga dalam sampai puncaknya,... ―Terimalah Kematianmu Ibliss....‖ Teriakan melengking terdengar, Duaaaarrrrrssshhhh dua buah tenaga sakti kembali menggoncang bumi, Aram Mundur setindak, Iblis Langit Selatan mundur lima langkah kebelakang. Pada saat berbarengan, Iblis Langit Selatan merasa ada orang menyerang dirinya.
266
Ternyata tanpa membiarkan lawan mengokohkan kuda-kuda, Aram kembali memukul, Iblis Langit Selatan Diam saja, Saat berikutnya dia merasa hawa pukulan itu ganas dan bisa menewaskannya. Dia tak bisa diam begitu saja menanti maut. Cepat dia melapisi seluruh tubuhnya dengan tenaga sakti Selaksa Racun Langit dan dua tangannya menangkis sekaligus menolak pukulan yang mengarah dada dan lehernya. "Dessss! Dessss!" Tangan dua orang itu beradu di udara. Iblis Langit Selatan tidak menduga, ternyata pukulan lawan hanyalah pancingan belaka, saat berikut jari lawan menerobos masuk dan akan mencolok kedua matanya, cepat ia mengegos. Tapi, tetap saja Iblis Langit Selatan terdorong tiga tindak ke belakang, karena kaki lawan menendang ulu hatinya. ―Ilmu orang ini, benar gila-gilaan pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya, memukul berubah menjadi sodokan, sodokan berubah menjadi tenadangan‖ pikir Iblis Langit Selatan. ―cissshh, terhnyata kemampuanmu lebih tinggi dari silaknat Gunawan dan Sicabul Widia Seta bocah‖ Iblis Langit Selatan mencoba memanas-manasi Aram. benar saja, mendengar ucapan menghina dan kasar itu Aram telah terbakar amarahnya hingga melewati puncak kesabarannya. bagaikan api disiram minyak saja segera ia menggeram.
267
Dalam marahnya secara spontan Aram memasang kuda-kuda dan menaikan kaki kanan sambil melakukan gerak putaran dengan tangan kanan yang berjurusan dari bawah keatas dari arah luar dengan tangan kirinya ditarik didepan dada sambil menghimpun tenaga dalamnya. srettt,... sinar biru keluar dari telapak tangannya. Aram memukul, menggunakan segenap tenaga Sakti Mata darah yang ia miliki, bak angin Prahara saja sinar itu menerpa apa saja yang menghadang di depannya. Iblis Langit Selatan pun memukul dengan seluruh tenaga sakti yang ia miliki., dia yakin pukulannya akan menghadang tenaga sakti dari Pemuda itu. Terdengar suara ledakan keras keras. Duarrr... kembali terdengar ledakan dahsyat, debu mulai kembali mengepul tinggi. bisa dibilang ini adalah prtarungan terdahsyat yang terjadi pada hari itu. Aram terhuyung-huyung mundur begitupula dengan Iblis langit Selatan, Tanpa menanti lebih lama lagi, Aram kembali menggerakkan tangan ke bawah berputar-putar, debu yang tadi mengepul di sekitar tubuhnya kini bergolak, dan berterbangan mengelilingi tubuhnya. Lalu tangan itu ditarik ke atas sejajar dengan pinggang. telapak dtangannya diputar kemuka dengan dikelilingi pendar cahaya merah membara, debu-debu yang bertebaran tertarik kedalam sinar Merah membara itu lalu membentuk bola besar di tangannya, kemudian ia mendorong, "Jaga nyawamu.....!"
268
Gumpalan debu berpendar cahaya merah itu, meluncur deras ke arah Iblis langit Selatan. ilmu itu merupakan salah satu ilmu dari pegunungan Himalaya yang sebagian daerahnya selalu tertutup salju. Terpisah lima tombak Iblis Langit selatan berdiri menatap lawannya. Ia melihat semua gerakan tadi. dengan sebat dia memutar tubuh, putaran perlahan. Dua tangan mengembang ke samping memutar dalam bentuk lingkaran besar dari arah bawah ke atas. bagaikan Angin Prahara nsaja, debu itu berubah menjadi gumpalan baju pelindung disekitar tubuh Iblis Langit selatan jangankan tangan, besi saja bubuk bila terkena pusaran pelindung tubuh itu. Gumpalan Debu berselimut Cahaya merah itu meluncur dan menabrak tubuh Iblis Langit Selatan. ―currrr.ss..‖ bagaikan batu dilemparkan kedalam samudra saja, gumpalan itu menghilang dari pandangan semua orang. Pertarungan berlangsung semaki seru, makin lama makin berbahaya.jurus yang digunakan menyerang lawan semakin beragam. Hingga pada suatu kesempatan... Aram menggerakkan kedua tangannya, dan mengangkat sebelah kakinya bergantian, ―Saatnya menerima kematianmu Iblis....‖ Teriak Aram Keras. Iblis Langit Selatan terkesima melihat jurus aneh itu, terpaksa ia menghadapinya dengan menyalurkan segenap tenaga sakti Racun Langit pada kedua tangannya.
Tetapi ternyata serangan Aram itu hanya pancingan saja,
269
―Wirrr...Crakkkk...Blaaarrrr‖ Sebersit sinar merah membara melesat dari mata Aram, Kejut Iblis Langit Selatan bukan alang kepalang, menghindar takan sempat, menahan dengan kekerasan dari tubuhnya juga tidaklah mungkin. sebab Semua tenaganya terkumpul ditangan. Dengan pasrah ia menerima sinar itu dengan kepalanya, kepala berikut tubuhnya tiba-tiba meledak dahsyat. jika yang hancur kepalanya mungkin tak terlalu menggenaskan tapi, jikalau seluruh tubuhnya berserakan tak karuan adalah SADIS.
Aram termenung, ―Hoeekk...hoeekkk‖ Aram muntah darah, segera ia kembali kebaraknya, tanpa menghiraukan yang lain segera ia bersila, menenangkan darahnya yang bergejolak. Pertarungan terus berlanjut, para pendekar terus bergantian melangsungkan pertarungan ada yang dikarenakan dendam, ingin terkenal maupun permusuhan. mereka bertarung ditengah lapangan karena memang panggung itu telah hancur berantakan. Lembayung kini mulai memayungi Lembah kematian. waktu terus bergulir tak bisa dihentikan. malam telah menjemput. Bau anyir darah tercium kemana-mana, entah telah berapa jiwa yang melayang gara gara pertarungan diatas panggung. Jerit kematian dan beradunya tenaga sakti semakin santer terdengar. Seorang Pemuda tampan tengah bersemadi uap merah mengepul tinggi dari tubuhnya, disekelilingnya Tiga Orang datuk Persilatan menatapnya,
270
―Sudah lebih dari dua belas kentungan ia bersemadi, apa mungkin lukanya tak bisa disembuhkan hingga ia bersemadi selama ini?glek..glekk‖ Seorang kakek tua berkata sambil meminum Tuak dari Gucinya. ―Entahlah....., mungkin pukulan Si Iblis mengandung racun...mengapa kau diam saja Setan Betina...!‖ temannya yang lain menjawab yang tak lain adalah Ki asmaradanu atau Sisinting dari Timur. ―Setan Gila, kau diamlah.... aku sedang berpikir‖ dengan Sewot Nyi Permata Dewi menjawab. ―ciss...Apasih yang kau pikirkan?‖ ―Aku sedang menimbang apa ia sedang menghimpun Tenaga bayangan apakah bukan...‖ ―Apa itu tenaga bayangan?‖ ―Tenaga yang diciptakan oleh pikiran, yang dibuat dari Tanah, Air, Api, dan Angin.‖ ―untuk apa?‖ ―....................‖ ―Ger....mengapa kau diam‖ Ki Asmaradanu jengkel. ―Apa Hakmu Menanyaiku hah?‖ ―Dia Anak Angkatku..‖ ―Aku Neneknya... ‖
271
―Ibu....‖ Seperti anak kecil saja Ki Asmaradanu Memeluk Nyi Permata Dewi, karena jarak mereka berdekatan maka Nyi Permata Dewi tidak bisa menghindar dari pelukan itu. ―Apa-apaan ini‖ Nyi Permata Dewi membentak ―Kalau kau Neneknya, dan aku ayahnya maka kau adalah ibuku‖ Ki Asmaradanu ngotot, ―Hahaha...anak bangkotan dan Ibu Anak kecil berpelukan‖ dengan geli Sisinting dari selatan tertrawa terbahak bahak. ―Lepaskan aku malu.‖ ―Mengapa harus malu ibu?‖ ―berapa sih usiamu hah?‖ ―Dua Ratus Lima puluh kalau gak salah‖ ―Dan kau tahu berapa usiaku?‖ ―Seratus Tahun..... tapi kau terlihat seperti anak usia Tigapuluh tahun‖ ―Jadi Lepaskan Aku‖ ―Mengapa‖ ―Karena usiamu lebih tinggi dariku..‖
272
―Tidak mau, sebelum ibu memanggilku anak‖ ―Ogah‖ ―Ya sudah kalau begitu aku tidak bakalan melepaskan pelukanku...‖ Begitulah mereka bercekcok seperti anak kecil, yang satu meminta jadi anaknya yang satu menolak... Para hadirin keheranan, melihat Dewi Pemanah Asmara berpelukan dengan Sisinting dari timur. meski malam pada kentungan ke delapan sdikit gelap namun berkat penerangan obor-obor dan mata yang terlatih tidaklah sulit melihat kejadian itu. Untuk sejenak perhatian para hadirin teraihkan, bisik-bisik terdengar bersahut-sahutan. Melati yang mendengarkan kini paham, mengapa Nyi Dewi Renjani yang terlihat lebih tua dari Nyi Permata Dewi menaruh hormat kepada Nyi Permata Dewi. Melati juga kaget mendengar bahwa Ki Asmaradanu telah mencapai Usia Dua ratus setengah, jelas itu merupakan pencapaian yang luar biasa, padahal dari luar Ki Asmaradanu terlihat hanya berusia Tujuh puluh tahunan. ―Ya, baiklah aku mengakuimu sebagai anak angkat..‖ dengan Pasrah Nyi Permata Dewi atau biasa dipanggil Dewi Pemanah asmara itu mengalah.
273
―hehe...‖ dengan berseri-seri Ki asmaradanu melepaskan pelukannya. ―Apa akibat dari menghimpun Tenaga Bayangan?‖ disampingnya seseorang berkata. Semua Sahabat-sahabat Aram maupun Anak Buah Aram terperanjat melihat seorang Pemuda berjubah Coklat dengan peralatan rubah disana sementara seorangnya lagi sedang bersemadi. apakah mungkin Pemuda itu memiliki seorang kembaran? Nyi Permata Dewi tertegun, dengan tenang ia menjawab. ―Tenaga dalam orang itu bisa mencapai tingkatan melepas tanpa lepas, tenaga dalamnya bahkan akan melebihi orang yang berusia seribu tahun.‖ Semua mata terbelalak kaget. itu kenyataan ataukah hanya bualan semuanya tak tahu, tapi jika Dewi Pemanah Asmara yang mengatakannya mau tak mau semuanya berpikir dua kali. ―Bukankah itu bagus?‖ Ki Asmaradanu berkata. ―Tidak, karena ilmu itu seperti pedang bermata dua. kemungkinan terbaik ia akan pingsan slama tiga purnama lebih‖ ―Kemungkinan terburuk?‖ seorang gadis cantik dengan mata berkaca-kaca bertanya,
Semua orang ditempat itu berpaling, gadis itu berwajah cantik
274
dengan rambut dikuncir kuda, matanya sipit menandakan ia bukanlah orang pribumi. ―Ia akan mati. karena setelah ilmu itu dilepaskan jika tubuh sipelaku tidak kuat menahan bisa-bisa hancur berantakan.‖ ―Oh, engkoh Aram......‖ Gadis itu menangis sedih.. ―Sret..‖ tiba-tiba gadis itu merasakan kepalanya ada yang mengelus... ―Jangan Menangis Thian Hong Li...., bersikaplah tegar― Thian Hong Li berpaling, senyuman lembut milik kekasihnya sedang menatap. tapi, entah mengapa Thian Hong li merasakan bahwa orang itu bukanlah Aram seperti yang diduga yang lainnya. ―Terimakasih, jawabnya lirih..... ―Sudah malam rupanya,......‖ seseorang berkata, serempak Gadis itu berpaling dan terpekik, iikkhhh,,.... Ternyata yang berbicara itu adalah Aram yang tersadar dari semadinya, wajahnya mengepul merah seperti kepiting rebus yang baru diangkat. ―Duduklah,.....‖ entah kepada siapa ia berkata, serempak semua orang yang mengelilinginya bertatapan.
275
―hepz,...fyuhhh.....ternyata benar apa yang kau pikirkan ketua,...‖ Ternyata Aram menyuruh sosok yang mirip bagai dibelah pinang dengan dirinya itu untuk duduk dihadapannya. ―Hemzzhhh,...bagaimana dengan ‗Kejutan‘ itu?― Aram berkata. ―Sudah saya urus ketua‖ Duplikat dari Aram berkata. ―Bagaimana dengan Upacara Langit?‖ ―Akan diadakan tepat tengah malam nanti...‖ ―Ada masalah lain?‖ ―Saya mendapat tahu, siapakah sebenarnya mempelai lelaki yang mempunyai hajat saat ini‖ ―Oh, benarkah...siapakah dia‖ Mata Aram berbinar ― ‘Orang mati lama‘ yang menjadi ‗rebutan karena memiliki harga‘‖ Duplikat itu berkata misterius. ― ‗Warna‘ Apa ‗bayangan‘ itu?‖ ―Kuning mengkilap.....‖
―Kerja bagus Rehan, bukalah topeng lapis pertamamu......‖ aram berbisik lirih. Duplikat dari Aram yang ternyata bernama Rehan itu memegang bagian bawah lehernya, ia menarik keatas, munculah seraut wajah baru yang tampan dan berwibawa....
276
Para Anggota lain tidaklah mengenal seraut wajah itu,. begitu asing... pada awalnya mendengar kata Rehan, anggota lain segera melayang pada wajah pendamping kiri Ketua yang tampan, hidung bangir dengan mata lentik dan tutur bahasa yang sopan layaknya seorang bangsawan...... Tapi, begitu melihat wajahnya sekarang mau tak mau semua orang meralat kembali pikirannya. tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kelakuan aneh dari pemuda itu. Pemuda itu meneteskan cairan dari sebuah ranting pohon yang ia selipkan dipinggang ke matanya, mata merahnya kini perlahan memudar dan menghilang.... ―Akh,......‖semuanya terpekik kaget, pohon apa yang rantingnya bisa mewarnai mata, pikir mereka dalam hati. ―Kita tunggu sampai pelaksanaan Upacara Langit dimulai, kordinasikan para lebah untuk bersiaga, setelah Upacara dimulai suruh membuka lorong melarikan diri.‖ ―Bagaimana dengan para seranggga?‘ ―Serangga mana yang kau maksudkan..‖ Rehan tertegun, akhirnya ia teringat bahwa para serangga juga memiliki jenis-jenis berbeda. ―Serangga Pembunuh....‖ ―Siapkan senjata, bila tanda biru telah berpijar kepung Mangsa, jangan satupun yang terlepas.‖ ―Bagaimana dengan madu yang telah terkumpul?‖
277
―Angkut, ketika tanda kuning berpijar‖ ―Yang lainnya,‖ ―Itu urusanmu...‖ ―Baik, kalu begitu saya pamit, permisi...‖ Wuss.... bayangan itu menghilang,... ―Apa yang kau barusan rundingkan engkoh,...‖ Thian Hong Li bertanya mewakili yang lainnya. Aram tersenyum mesra, ―nanti juga kau akan tahu dinda...‖ Aram yang baru tersadar dari semadinya masih belum sadar sepenuhnya bahwa disana ada seorang gadis yang mendambakan cintanya. Gadis itu diam-diam cemburu mendengar orang yang dikasihinya memanggil dinda kepada seorang gadis yang bukan dirinya, kini ia mengerti mengapa sewaktu Para datuk membicarakan bahaya terhadap nyawa Aram, begitu terpukul bahkan menangis. Wajahnya tersenyum, tapi hati menangis, cinta memang kejam.... mengapa harus ada persaingan yang sekiranya dapat menghancurkan yang lainnya. mengapa harus ada kebahagiaan diantara tangis... cinta memang pantas mendapat makna satu kata seribu makna....
Nyi Permata dewi tertegun, diliriknya gadis disampingnya, meski wajahnya tersenyum namun Nyi Permata Dewi telah menangkap
278
ada Hati yang retak dan patah. ia merangkul bahu gadis itu dan mencium keningnya. ―Hei bocah, apa kau tak memandang sebelah matapun kepada kami hah?‖ Ki Asmaradanu jengkel. Aram berpaling ... ia tertegun setelah merenung sebentar ia paham maksud ucapan dari Ayah Angkatnya itu. ia sadar bahwa ada seorang gadis yang merasa sakit denga ulahnya barusan. ―Ayah, Guru Nenek maafkan Ananda....‖ Aram menjura... ―haha... Apa saat inipun kau akan memanggilku guru heh?‖ Sipemabuk dari selatan berkata. ―Tentu saja Guru,.... memangnya saat di panggung aku seperti kelihatan bercanda?‖ ―bukan itu maksudku bocah, apa kau tak malu mengangkat seorang guru yang dapat kau kalahkan?‖ ―Hahaha....Guru tidak selalu harus Ilmu Silat Guru, Kakak Angkat juga sudah merestui‖ ―Siapakah kakak Angkatmu itu Aram?‖ Nyi Permata Dewi menyela. ―Saya, yang rendah Sobar Amerta Sipengabar Langit memberi hormat kepada Ayah, Nenek dan Orang Tua gagah sekalian‖ Dibelakang Thian Hong Li menjawab seorang lelaki tampan dengan luka diantara kedua alisnya.
279
Nyi Permata Dewi menatap Sipengabar Langit dan tersenyum. ―Kau memiliki seorang kakak yang luar biasa cerdas cucuku...‖ ―Haha... Nenek terlalu menyanjungku..., padahal aku tak ada sekuku hitamnya pun dihadapan adikku ini., apalagi dengan ilmu rubah bersiasatnya, aku semakin tak berdaya.‖ Nyi Permata Dewi, dan Sipemabuk dari selatan terperanjat kecuali Ki Asmaradanu yang sudah mengetahuinya. Pikiran mereka melayang pada Sirubah seribu Wajah yang menjadi korban bulan-bulanan kaum rimba hijau, yang membuat Ki Asmaradanu menjadi Seperti orang sinting sehuingga dimasukan kedalam golongan merdeka. Wajah Nyi Permata Dewi Pucat, sepucat mayat, tubuhnya gemetar,.... ―Cucukku.......‖ Nyi Permata Dewi Tersendat. ―Ya ada apa nek...‖ Aram keheranan. ―Dalam satu tahun ini kuharap kau sudah menyempurnakan Tenaga sakti mata darah hingga mencapai tahap ada dan tiada...sebelum kau ...sebelum kau....‖ ―Sebelum apa Nek?,‖ aram kebingungan.
―Sebelum engkau berubah menjadi gila dan membahayakan semua orang persilatan,.... ketahuilah... ketahuilah, hanya dengan mempelajari Tenaga Sakti mata darah saja engkau
280
dapat membolak-balikan dunia persilatan dengan kecerdasanmu,...karena,...karena Ilmu itu dapat membangkitkan sel-sel dalam otakmu sehingga bekerja sepuluh kali lipat dari manusia biasa. kini...kini kau malah mempelajari Ilmu Rubah bersiasat... Maka..maka Kau kau‖ Nyi Permata Dewi tak sanggup lagi berkata-kata ia menangis menggerung-gerung... Aram tertegun, tak disangkanya ilmu yang ia pelajari begitu berbahaya, kini ia mengerti sebab mengapa dengan mudah ia dapat mempelajari Ilmu-ilmu dalam Jurang, padahal menurut Ki Asmaradanu ilmu-ilmu itu takan bisa dikuasai selama sepuluh tahun. tapi. ia dapat melalapnya hanya dengan rentan waktu dua tahun. ―Apakah ilmu itu tak dapat dibuang nek?‘‘ yang bertanya adalh Thian Hong li. ―Bisa...bisa.... dulu aku mempelajarinya baru sampai tingkat lima, dan aku memerlukan seratus perjaka untuk membuang ilmu itu.... jika sudah dipelajari sampai tingkat pamungkas aku tak tahu berapa gadis yang harus dikorbankan....‖ dengan isak tangis Nyi Permata Dewi menjawab. Betapa perihnya hati Thian Hong Li... ia berkata dengan bercucuran air mata..
―Engkoh....aku..aku akan rela bahkan akan membantumu mencari gadis-gadis lain untuk membuang ilmu itu, aku tak ingin terjadi suatu apa pun terhadapmu, kini setidaknya enggkau sudah mendapatkan dua gadis....‖
281
Thian Liong terkejut tak disangkanya adiknya akan berkata seperti itu... sementara Aram hanya mengerutkan kening saja. ―Anak manis,...betapa mulianya hatimu,.... apakah Cucuku ini sudah memiliki dua kekasih hati?‖ Nyi permata Dewi lembut. ―Itu....‖ thian Hong Li menunjuk Melati yang sedang melamun.... Semua Orang berpaling, menuju satu arah yang ditunjuk. Melati tertegun melihat semua orang memandangnya. ―Ekh...Akh... Ada Apa?‖dengan kikuk ia pandang sana pandang sini,... Entah siapa yang mengomando semuanya kini tertawa, melupakan ketegangan dan kesedihan tadi. mendadak..... ―Ekh Lihat.. Ketua Sepuluh Pergurun Merdeka Hilang...‖ Seruan yang lumayan keras dari barak golongan Merdeka, kegaduhan kini merebak, bisik-bisik bagai tawon terdengar dimana-mana. Barak Golongan Hitam dan Golongan Putih juga dibuat Heboh, mereka kagum, gemas, heran dan sebagainya dengan tingkah laku ketua sepuluh perguruan yang semaunya sendiri. mereka datang secara mendadak pergi juga tak ketahuan rimbanya. Pertarungan terus berlanjut hingga malam telah semakin tinggi hingga sampailah pada puncaknya, sorak sorai belumlah surut, semua yang belum kebagian harap-harap cemas menunggu kesempatan selanjutnya.
282
Tetapi ternyata harapan mereka tak terlaksana karena saat itu Pembawa acara pun berseru : ‖Berhubung waktunya sudah hampir mendekat waktu upacara sembahyangan maka pertandingan adu kepandaian dihentikan dahulu. Harap para hadirin suka memaafkan. Dan sekarang akan dimulai upacara sembahyang suci untuk meresmikan berdirinya perkumpulan Panji Telapak Perak .‖ Pembawa cara itu bersuit rendah tiga kali memberikan isyarat kepada anak buahnya. Tak berapa lama Iringan gadis telanjang dan Pemuda telanjang maju kebeberapa barak ditangan kanan mereka membawa sebuah Batok yang terbuat dari buah maja, sedangkan tangan kirinya mereka membawa sebilah pisau yang tajam. ―Upacara sembahyang suci akan segera dimulai. Sebelumnya akan kami minta setiap tamu untuk menusuk tangannya dan mengkucurkan darahnya kedalam mangkuk yang akan diantarkan para anggota kami sebagai lambang dari kehadiran para saudara sekalian dilembah ini.‖ Segera saja, Para Gadis dan Pemuda telanjang itu mengelilingi barak Dibarak Golongan Putih, Orang-orangnya memberikan darahnya dengan menutup mata, meski ada yang sedikit mengintip.
Dibarak Golongan Hitam laki-lakinya terlihat bahagia, mereka meremas, mencolek para gadisnya seraya memberikan
283
darahnya dengan sedikit rayuan cabul. sementara golongan Perempuannya dengan genitnya mereka memegang dan menarik-narik tombak pemuda –prmuda itu. Dibarak golongan Merdeka tak begitu jauh dengan Barak hitam, juga ada yang mengikut golongan putih, Hanya dibagian Barak merdeka bagian depan saja yang sedikit berbeda. ―Tuan.....‖ Seorang Gadis menyodorkan mangkok dari Buah maja kepada Aram. ―Nona yang seksi, dengarlah ini adalah darah dari teman-teman dan aku, kami mengerti maksud dari Kaisar Iblis, maka kami takan merepotkan, ini darah kami, Aram menyododorkan mangkuk dari Batok dan di pindahkan Ke Mangkuk gadis itu. Gadis itu mendelong, menatap wajah Aram yang tampan dadanya berdebar indah,.... mulutnya sunggingkan senyuman indah dan segera berpindah ketempat lain menyisakan bau harum khas seorang gadis... Malam Purnaama bersinar seperti seorang putri yang sedang menanti kekasihnya, malm yang seharusnya gelap kini malah terang benderang, bintang-bintang bertebaran menghiasi malam, Disebuah Lembah yang bernama Lembah Kematian tampak manusia seperti anai-anai bertebaran, sisebuah panggung yang sudah hancur sesosok manusia berdiri gagah,...
284
"Saya sebagai Pembawa Acara malam ini mengucapkan selamat datang kepada hadirin sekalian didalam panji Telapak Perak, siapa saja yang telah mengucurkan darahnya Itu berarti saudara-saudari sekalian telah resmi menjadi anggauta dari perkumpulan !" Gemparlah sekalian hadirin. Pengumuman pembawa acara tentang brang siapa yang telah mengucurkan darah selaku tanda masuk menjadi anggauta perkumpulan , telah menimbulkan kegemparan besar kepada berjuta-juta jago-jago silat yang berkumpul dari pelosok-pelosok penjuru dunia itu. "Para hadirin sekalian" kembali pengacara itu berseru untuk menindas kehingaran suasana, "Seperti yang telah kami ucapkan diawal kami bertujuan luhur hendak mempersatukan seluruh dunia persilatan menjadi satu wadah, bukankah para Golongan Putih selalu memburu Golongan Hitam, Golongan Hitam memburu Golongn Putih sementara Golongan Merdeka diburu kedua golongan, bukankah itu menunjukan bahwa kita tidak pernah merasakan kedamaian?" Belum selesai Pembawa Acara Itu berkata seseorang telah melesat kedepannya dan membentak. "Selama berabad-abad didunia ini belum pernah sekalipun yang baik dan buruk itu bisa dicampur adukan, kaian bermimpi terlalu muluk....diantara semuanya aku Harimau Gembala yang akan berdiri menantang kalian"
285
Lelaki itu berusia kira-kira empat puluh tahunan, bajunya hijau dengan belang kuning, ikat pinggangnya terbuat daripada kulit harimau. "haha... sabarlah sebentar sodara. biarkan kami mengeluarkan beberapa patah kata dulu. baiklah hadirin sekalian kami takan memaksa kalian, siapa saja yang ingin bergabung dengan kami silahkan menuju kesisi panggung." Sipembawa acara kembali berseru. Lelaki itu tidak bergerak selangkahpun dari tempatnya. sedangkan beberapa ratus golongan hitam bergerak menuju samping panggung menyisakan golongannya yang memiliki ego tinggi. yang mengherankan ternyata beberapa kaum Golongan putih ternyata ada juga yang melesat menuju samping panggung. hanya golongan merdeka saja yang memiliki ego tak ingin dikekeng kebebasannya, tak ada satupun dari mereka yang maju kesamping barak, Manusia-manusia itu kini bagaikan semut saja jalan beriringan. seratus duaratus hingga ribuan orang menuju samping panggung, jelaslah kini kedua kubu berjumlah imbang. Satu kentungan telah berlalu. orang yang tadinya dalam barak terpisah kini mulai bersatu hingga dari atas terlihatlah dua buah pasukan perang siap bertempur.
Tak ada lagi ganjalan antara hitam merdeka atau putih, kini mereka bergabung untuk menuju sebuah tujuan "Kebebasan".
286
Mereka tidaklah bergabung untuk berdamai melainkan memiliki keinginan yang sama "Hancurkan Panji Telapak Perak atau Mati..! jika mereka sudah kembali kedalam kehidupan semula maka mereka akan kembali kepadankehidupan awal, diburu atau memburu. itulah njalan hidup mereka. Tiba-tiba terdengar Harimau gembala berseru kepada sekalian hadirin yang bersatu ditengah barak, yaitu Barak Goilongan merdeka.. "Saudara-saudara sekalian, marilah kita bersatu padu untuk menghadapi Panji telapak Perak, atau kita akan diperbudak mereka. masih ingatkah saudara-saudara sekalian dengan teman kita yang merenggang nyawa ditangan mereka, kehancuran perguruan kita? apakah saudara-saudari sekalian akan berpangku tangan saja !" "Saudara-saudari Anggota baru Panji Telapak Perak, bunuhlah lelaki itu maka kalian akan mendapatkan balasan yang setimpal dari kaisar Iblis" "Hiaaatttt" Wrull.. trak-trak... ratusan orang terdekat mengeroyok Harimau gembala yang berdiri didekat mereka, Harimau Gembala terkejut, ia sama sekali tak menyagka Panji Telapak Perak akan bertindak Sepengecut itu. Segera ia membuat kuda-kuda tangannya terpentang membentuk cakar harimau.
287
"Hiaaatt" dari belakangnya seseorang membokong, dengan sigap Harimau Gembala merunduk dan menyabetkan cakarnya. "Akhh....< Brettss" pembokong itu menjerit keras, tubuhnya kelonjotan dengan usus berhamburan, tak berhenti disitu saja, tubuhnya itu tiba-tiba terinjak-injak oleh beberapa orang didekatnya maka lengkaplah kematiannya itu, "Wirr sebatang toya baja menyambar kepala Harimau gembala, namun bukanlah harimau Gembala bila menghadapi serangan seperti itu, dengan cekatan ia menghindar lalu menjambret lawan lainnya dan menghadangkannya dihadapan amukan toya itu, "Bukk.... Prak.... Darah berhamburan, jerit kematian semakin santer, entah berapa jiwa yang telah melayang ditangan Harimau Gembala. namun, manusia bukanlah terdiri dari baja dan kawat. Setangguh apapun Harimau gembala, tak mungkin ia menghadapi serangan Anggota baru Panji Telapak Perak yang mengamuk itu. "Desshhh...Akhhh.... " Harimau gembala terhuyung dua tombak kebelakang, "Hoeekk.... ia muntah darah. "Mengasolah dialam baka manusia tak tahu diri" Seorang lelaki berjubah merah berteriak seraya menusukan pedangnya, "Akkhhhhhh"....
288
"Beg....Akhh.... kembali Harimau gembala terhuyung kedepan terkena sapuan tendangan Lelaki berkumis lebat dari arah belakangnya. Dengan menahan rasa sakit Harimau Gembala bangkit dengan susah payah sambil mendekap dadanya, namun usahanya itu tinggal kenangan karena seseorang telah memukulkan tenaga dalam berbentuk sinar jingga. Sinar itu membersit dan dengan telak menghantam keningnya, tanpa kata-kata lagi Harimau Gembala menggelosor jatuh dengan tubuh hangus, ia tewas dengan segala kegagahannya. Kematian Harimau Gembala ternyata tak sia-sia. Melihat kegagahan orangnya, sekalian tokoh pun segera teringat akan ajakannya tadi. Mereka merasa malu hati jikalau tak mati menerima tawaran itu. Meski Harimau Gembala hanyalah seorang Pendekar Golongan Hitam namun tindaknnya itu npatutlah ditiru oleh sekalian tokoh persilatan. Serentak bangkitlah semangat mereka yang telah meredup. "Sreng...Sreng...." bunyi suara pedang dan senjata lain dicabut dari sarungnya bersahut-sahutan.
"Saudara-saudari sekalian, mari kita ikuti jejak mendiang Pendekar Harimau Gembala tadi. Lebih baik binasa daripada menjadi budak anjing Pesuruh Panji Telapak Perak! mari kita hancurkan perkumpulan sesat itu sebelum memiliki akar yang lebih kuat" yang berseru adalah Kijaolak seorang datuk dari goklongan putih.
289
Memang sebagian besar dari hadirin golongan Putih masih ragu-ragu. Mereka tahu jika dibiarkan saja kekuatan Panji Telapak Perak akan semakin kuat, tapi bertindak sekarang mereka malu hati bila menuruti Harimau Gembala yang hanya pendekar kelas dua dari golongan hitam. "Ketua, apakah kita ikut bergerak sekarang? " kata Huru-hara, "emch,...... kau sudah tak sabar huru hara?" Aram menjawab santai. Huru hara tersenyum penuh kegembiraan, " yah, aku tak sabar ingin membuat keributan dengan memberedeli nyawa Anggota Panji Telapak Perak, terutama lelaki berbaju Perak didekat Kaisar Iblis itu.. "Sabarlah, jangan terburu nafsu, kita buat mencak-mencak Kaisar Iblis dulu dengan menggagalkan sedikit rencananya, lagipula yang lainnya belum sadar dari semadi" Aram tersenyum sambil memperhatikan teman-teman lainnya yang sedang bersemadi.. Bulan masih setia dengan cahayanya yang terang benderang, sudah sehari setengah malam kaum persilatan mengadakan Pertemuan dilembah kematian itu, lembah yang luas, seluas samudra yang tak bertepi.
Dua buah kubu, pasukan saling berhadapan siap bertempur, dikubu dekat reruntuhan panggung seorang lelaki tengah baya berwajah cakap tanpa guratan guratan tua, hanya jenggotnya saja beberapa ada yang sudah memutih. Rambutnya berwarna
290
Putih Keperakan diikat dengan kain putih yang menjuntai sampai punggungnya. Pakaiannya serba perak dengan jubah perak sedang berjaln menuju arah reruntuhan panggung. Setelah sampai, ia berdiri angker denagn jubah peraknya yang berkibar-kibar tertiup angin, "Hahaha.......Kunang-kunang hendak melawan Rembulan, benar-benar pemandangan yang menggelikan. memang pada awalnya Aku memutuskan takan memaksa kalian, tapi, jahahaha........" Kaisar iblis tertawa terbahak-bahak memotong ucapannya sendiri, setelah puas tertawa ia kembali melanjutkan. "Tetapi, aku tak suka bila ada yang menentangku..maka aku menitahkan kepada seluruh anggota untuk memusnahkan kalian..." Teriakan marah dari Para hadirin yang menyatakan tidak mau bergabung bersahut-sahutan, namun semuanya tenang ketika seorang pemuda berjubah coklat dengan kulit rubah dilehernya mengangkat tangan kanannya. Pemuda itu maju kedepan, dan berkata.
"Jika kami menyatakan tak ingin bergabung dengan kalian apakah yang akan kalian lakukan kepada kami, kemampuan apakah yang kalian miliki sehingga meremehkan umat persilatan?"
291
Pertanyaan yang tenang itu ditanggapi dengan tertawa terbahak-bahak dari Kaisar Iblis. "Kalian masih ingat dengan darah yang kalian kucurkan? tahukah kalian apa yang akan kalian lakukan denga darah itu?" Kaum persilatan tegang, dari awal saja mereka sudah kalah setingkat dengan Panji Telapak Perak. mereka kini sadar telah kecolongan. tapi meski tahu kecolongan namun mereka tak mengerti apoa yang akan terjadi. namun mereka juga dikejutkan dengan jawaban Pemuda berjubah coklat yangb tak lain Aram itu "Tentu saja aku tahu" Tak urung jawaban itu membuat paras Kaisar Iblis berubah juga,. "Apa yang kau ketahui heh bocah? menyusu juga kau belum tahu... " "Segalanya aku tahu, menyusu yang mana yang kau maksud? pada ibuku aku sudah kelar, kepada teman sebayaku aku juga doyan" jawabnya sombong, jawabannya itu mau tak mau juga mengobati rasa tegang dari para hadirin, berbeda dengan seorang perempuan yang merah seperti kepiting rebus karena jadi perhatian orang. "Grrrr........."Kaisar Iblis menggeram.
Melihat itu Aram memanfaatkannya dengan menambah kayu bakar dalam pembakaran hati Kaisar Iblis yang menyala-nyala.
292
"Kau sengaja mengumpulkan darah hadirin dengan maksud jaminan nyawa mereka, kau hanya tinggal mengumpulkan darah itu dalam satu wadah, terbukti dengan guci di depanmu itu. kemudian kau akan mengeluarkan ajian sukma darah iblis, dengan ilmu itu maka kau bisa menciptakan wujud yang persis dengan yang aslinya, kau tinggal menyuruh duplikat itu untuk membunuh yang aslinya, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui..haha apa aku salah?" "tidak-kau tidak salah bocah, kau memang terlalu pintar, maka kau lah orang pertama yang akan merasakan dahsyatnya ilmu itu. bersiaplah menuju kematianmu," kaisar iblis jengkel , segera ia merapatkan kedua telapak tangannya dan berkomat kamit membaca ajian (mantra), "Bangkitlah wahai sukma iblis terpanggil" teriaknya lantang, semua orang menghela nafas menunggu saat-saat yang mengerikan,. hening...sepi,... tak ada sesuatu apapun yang terjadi, Kaisar Iblis tertegun, segera ia mengulang membaca ajian. "Bangkitlah wahai sukma iblis terpanggil" "Bangkitlah wahai sukma iblis terpanggil" sudah tiga kali ia mengulang namun apa yang diharapkan tidak terjadi juga. "haha..... Aku bangkiiitt" Disebrangnya seorang pemuda bertingkah jenaka menirukan hantu. Kaisar Iblis benar-benar marah,....
293
'Kau,....apa yang kau lakuukan bocah?" "Kau mau tahu?: "yah" "Mau tahu, Apa mau tahu banget?" "Gerr....." "haha, baiklah...baiklah..jangan merengut seperti itu, wajahmu terlalu tampan,.... untuk merengut" Aram Mengejek dan melanjutkan ucapannya. "Kau tahu kelemahan dari Sukma Darah Iblis?'' "Darah Anjing" "Benar-benar, kau memang pintar, hahahah.... aku mencampurkan DARAH ANJING dalam darah itu..., kalian tak sadar, bahwa aku siang-siang sudah menyiapkan itu,... siasat kalian terlalu kuno untuk orang sepertiku,..." Aram berkakakan tertawa puas mempermainkan Kaisar Iblis.... "Ger....Fyuuiiittttt" Kaisar iblis bersuit nyaring, tiba-tiba tanah yang diinjak para hadirin bergetar, seruan kaget, ketakutan dan lainnya bergemuruh terdengar...apalagi ketika tanah yang diinjak ambrol sebatas lutut.
294
Kaisar Iblis puas tertawa puas, ia yakin kali ini siasatnya akan berhasil, namun naas, tanah yang diinjuak Para Hadirin hanya ambrol sebatas lutut saja, tak ada reaksi lain. "Wung.......Brusshhh...." bagaikan gasing seorang manusia keluar dari dalam tanah. ia memakai baju seragam hitam dengan topeng Perak, semua hadirin terkejut, bahkan Kaisar Iblis juga terlihat mengerutkan kening. "Ketua, hamba sudah melaksanakan tugas yang dibebankan ketua, sekarang saya hendak melepaskan tanda kuning, apakah ketua keberatan?" "silahkan, tapi lepaskan topeng itu dan bantu Ki Makmur dan Ki Brahma. juga kabarkan ucapan terimakasihku kepada duta langit." "baik ketua." setelah topeng dibuka ternyata ia adalah seorang lelaki setengah baya yang tak lain Ki Guntur adanya, Pipa cangklongnya yang berwarna merah menyala segera ia hisap, dengan mengerahkjan tenaga dalamnya ia meniup sekeras tenaga,. Wirrrrr Blaaarrrrr.... cahaya kuning berpijar diudara menyemarakan malam purnama dimalam ini. "Aaauuuuuuuummmm" lolonngan serigala seakan membalas dari tanda kuning yang berpijar itu.
295
"Panggilan sudah terjawab, hamba mohon pamit.." Suaranya masih menggaung namun Orangnya sudah menghilang entah kemana, benar-benar pameran tenaga dalam yang sangat tinggi. "Ternyata kau memasukan mata-matamu kedalam organisasi kami bocah..." desis Kaisar Iblis.... Aram hanya tersenyum, gemuruh tawa bergirang hati keluar dari mulut para hadirin... yang berada dibelakangnya. entah darimana tiba-tiba tyerdengar seruan, "Pendekar seribu diri, Pendekar seribu diri," elukan elukan bersahut-sahutan bagaikan genderang perang yang bertalu-talu, Kaisar Iblis benar-bennar malu hati karena dipermalukan, didepan orang sebanyak itu.... "baiklah.... kalau begitu keinginan kalian segera kita akan layani,..." "Siapkan senjata....." Kaisar Iblis berteriak.... dua kubu itu saling bertatapan lama sekali, ...... Suara senjata yang dicabut bersahut-sahutan.... pertarungan berdarah segera akan dimulai...., jika perang prajurit kerajaan juga sangat menakutkan apalagi jika Kaum Rimba Hijau yang memiliki olah kanuragan lebih... , ini adalah peperangan Kaum Persilatan yang pertama dallam sejarah....
Sejarah akan terukir abadi goresan pena darah yang menjadi saksi
296
prasasti-prasasti yang menjadi bukti (Perang Dunia Rimba Hijau I) Ketika sinar fajar pertama memancar di ufuk timur maka pada saat itu pulalah mulainya berkecamuk pertempuran antara golongan persilatan pertama yang dahsyat di Lembah kematian. Tak ada kuda, tak ada bendera, yang ada hanya senjata-senjata yang teracung, tak ada genderang perang, yang ada hanya suara teriakan, pekikan dahsyat bersahut-sahutan menggelegar...... Pihak Kaisar Iblis menyerang habis-habisan untuk dapat membunuh pihak Kaum rimba hijau yang tak mau tunduk kepadanya. Yang diserang tidak mau kalah, teriakan menggelora bergemuruh..., mereka tidak bertahan.. karena mereka tahu bertahan hanya akan membuat kedudukan mereka semakin buruk. Suara beradunya senjata, pekik kematian, lolong manusia-manusia yang terbabat senjata, bau anyirnya darah, semuanya menjadi satu menimbulkan suasana yang mengerikan. Pertarungan semakin sengit, kedua kubu imbang.. itu membuat pertarungan semakin lama, sudah satu jam pertarungan berlangsung namun tak ada satupun yang tampaknya akan kalah....
Kaisar Iblis dengan teriakan-teriakan menggelegar berkelebat kian ke mari memberi komando anak buahnya. Kaisar Iblis berdiri angker dengan telapak tangan yang berwarna perak
297
berlumuran darah, disekelilingnya mayat-mayat berserakan dengan dada bolong, jantung manusia bertumpuk dibelakangnya. Kaisar Iblis berdiri terlonggong ketika melihat seorang pemuda berjubah coklat dapat membunuh anggotanya hanya dengan sentilan beberapa jari saja, ketika ia melihat paras wajahnya ia tertegun... ya, ia pernah melihat wajah itu. ―Sepertinya aku pernah melihat wajahmu itu anak muda,?‖ ujar Kaisar Iblis. Pemuda yang tak lain adalah Aram itu tertawa ringan. ―Tentu saja, Iblis tengkorak Mas, aku adalah pemuda yang berada dikedai itu, ketika kau bertarung dengan kedua pemuda dari daratan Tionghoa!‖ ―Kau....kau!‖ Kaisar Iblis tertegun, ia tak bisa berkata aa-apa ketika Aram memanggilnya Iblis tengkorak Mas, ia terkejut dengan sangat.... ―Haha...... kau heran darimana aku tahu?!‖ Aram tersenyum misterius. Kaisar Iblis tertawa dingin. ―Kau mengigau di siang bolong anak muda, siapakah Iblis Tengkorak Mas itu., apakah yang kau katakan itu sidatuk silat itu? sayang sekali dia bukan aku‖
298
―oh benarkah? hanya anak kecil saja yang tak tahu bahwa kau itu Iblis Tengkorak mas, jika memang kau bukan Iblis tengkorak mas.. sudikah kau meneriakan kata kata ini......‖ ―heh, jangan kan beberapa patah kata sejuta, katapun aku berani....‖ ―Baik, katakan kepada seluruh rimba hijau bahwa Candrasengkala adalah manusia gila yang hanya mampu menurunkan keturunan yang sama gilanya.‖ ―bagaimana kau setuju,? baik aku akan suruh seluruh kaum rimba hijau untuk mendengarkan.‖ tanpa menunggu Kaisar Iblis menjawab Aram segera Berteriak keras. Pada saat pertempuran berkecamuk dengan serunya, maka pada saat itulah terdengar suara yang keras laksana guntur mengatasi segala kecamukan dan kegaduhan Perang Kaum Rimba Hijau itu. ―Hentikan pertempuran ini, Kaisar Iblis ingin mengatakan sesuatu terlebih dahulu!‖ Hampir semua orang merasa hendak copot jantungnya mendengar suara yang menggelegar itu dan hampir semua mata pula memandang ke tengah-tengah lapangan pertarungan di mana kelihatan dua orang manusia sedang berdiri berhadapan dengan dikelilingi mayat yang berserakan.
Kaisar Iblis kertakkan rahang. Hatinya gusar terhadap si pemuda yang berjubah coklat itu. Diam-diam dia paham bahwa dalam
299
memanfaatkan kesempatan dan kecerdikan otak dia kalah beberapa tingkat. ―Nah, semuanya sudah tenang sekarang, silahkan Tuan yang mulia mengatakan Kata-kata yang aku ucapkan tadi‖ ―Germmmm, tahukah siapakah Ki Candrasengkala itu bocah, ketahuilah dia adalah Ayahku, aku Renjana bersumpah akan mencincang tubuhmu.......‖ Kaisar Iblis yang ternyata bernama asli Ki Renjana itu benar-benar marah dan gusar bukan alang kepalang sampai-sampai ia membuka identitasnya. Kaum Rimba Hijau gempar, suara teriakan marah benar-benar bergemuruh..... kini mereka tahu siapakah sebenarnya Kaisar Iblis itu dan mereka juga sekarang paham mengapa Ki Renjana atau Si Iblis tengkorak mas selalu memakai topeng, Para Anggotanya yang lama sudah tahu keadaan itu sehingga mereka masih tenang.. berbeda dengan Para Anggota barunya. kini mereka bimbang, mereka seperti orang yang menunggang harimau.. maju salah mundur juga salah.. Cacian dan sumpah serapah bergemuruh memekikan telinga... Aram tersenyum penuh kemenangan, ditengah senyum kemenangannya itu Kaisar Iblis atau Iblis Tengkorak Mas melihat Pemuda itu berada dalam keadaan lengah.
Maka kesempatan ini dipergunakan olehnya dengan sebaik-baiknya. Telapak tangannya berkelebat cepat dan ganas.
300
Telapak tangan kanannya berkelebat menyambar ke leher sedang tangan yang lain menyapu ke dada Aram. Melihat datangnya serangan itu Aram sadar akan keteledorannya. Ia benar-benar jengkel dengan kelicikan Kaisar Iblis. Ia yakin salah satu Telapak lawan pastilah akan mengenai badannya, namun jika harus terpojok begitu saja bukan Aram namanya. Aram segera lemparkan diri ke belakang dengan tak kalah sebat kakinya juga menendang keatas. ―Duuukkkk....‖ Suara beradunya dua buah muatan yang beradu terdengar. ―Akhhhhh‖ Kaisar Iblis menjerit kesakitan dan lompat mundur namun diburu dengan sebat oleh Aram. Dalam keadaan marah ternyata kekuatan telapak Perak Kaisar Iblis tidaklah keluar dengan penuh sehingga ia mendapat kerugian. Saking marahnya Kaisar Iblis mengamuk dahsyat. siapapun yang berada area sekitar duapuluh tombak dekat dengannya mati hangus akibat terkena sambaran tenaga dalam yang berseliweran. ―Mati Kau Tutyul edan...!‖ teriak Kaisar Melengking keras.
Tapi Aranm tak menggubris ia malah tertawa geli.
301
―Orang gila Lihatlah, apakah aku ini mirip tuyul? adakah tuyul yang berambut gondrong haha......!‖ Kaisar Iblis menggerutu penasaran. ia jengkel bagaimana seorang pemimpin besar sepertinya menjadi bulan-bulanan seorang bocah. Ditempat Lain terlihat Nyi Dewi Renjani atau bidadari Penakluk Naga dan Kijalak atau Pendekar Burung Jalak sedang bertarung sengit dengan Ki sapta atau si Iblis pembunuh raga dan Ki seta atau Iblis pemakan jantung. Serangan mereka benar-benar ganas, hingga menyisakan lowongan selebar duapuluhan tombak, siapapun yang mendekati itu akan mati dengan minimal tubuh terkoyak robek. Suara beradunya tenaga dalam benar-benar bagaikan suara dentuman musik saat konser malah mungkin lebih, begitu memekikan telinga, belum lagi suara teriakan melengking, dan senjata beradu, kali ini bumi seperti kiamat saja. Nyi Permata dewi atau sidewi Pemanah Asmara dibantu dengan dua datuk lainnya Sisinting dari utara dan Sipemabuk dari selatan kini berpestapora darah. mereka seperti elang yanng menyambar mangsanya, serang sana, bunuh sini... Angkara, Ryusuke, Jelita Indria, Amuk Samudra, Luyu Manggala, Murka Semesta, Sipengabar Langit dan yang lainnya dengan tertawa-tawa memenggal kepala Anggota Panji Telapak Perak.
302
―Heh, Kalian ayo kita bertaruh sipapa yang paling banyak memenggal kepala dekat jakun paling banyak akan diberi hadiah oleh yang kalah setuju...!‖ yang berteriak adalah Murka Semesta si Ksatria Ular. ―Setuju‖ Jawab yang lain serempak, begitulah mereka berlomba-lomba memenggal kepala Anggota Panji Telapak Perak sambil berhitung. Pasukan kubu lawannya kini tampak kacau, malah sebagian besar mundur terdesak hebat! Jeritan kematian kali ini benar-benar suatu musik yang indah, semakin keras jerit kematiannya lawan yang membunuhnya tampak semakin senang. Orang yang menjadi kepercayaan kaisar iblis kini asyik membantai golongan yang menentangnya. namun ketika ia menyaksikan beberapa ratus anak buahnya bergelimpangan akibat ulah pemuda-pemudi berjubah coklat ia benar-benar telah mencapai puncak kemarahannya.
Kemarahan Orang kepercayaan Kaisar Iblis tiada terperikan. Dengan sebat ia menyerang seorang gadis cantik bercelana payung yang tak lain adalah Jelita Indria yang sedang memenggal kepala seorang pendekar yang mengaku takluk terhadap kaisar Iblis.. Orang itu menyerang dengan pukulan kosong, angin menyambar tubuh Jelita Indria,. Namun Cahaya biru memotong serangannya itu dari samping.
303
Dan ketika dia berpaling ternyata orang itu adalah seorang pemuda berjubah coklat dengan peralatan serigala, ialah Huru-hara adanya. ―Aku lawanmu, Penjahat wanita!,‖ teriak Huru-hara. ―Budak hina! Siapa yang kau maksud Penjahat wanita hah? Aku Adiraja adalah seorang Lelaki sejati!,‖ bentak Adiraja. ―hehe.... Lelaki sejati takan melawan apalagi membokong wanita‖ Huru-hara terkekeh. Adiraja meski amarahnya hampir tak dapat dikendalikan lagi, tapi mendengar ucapan Huru-hara ada benarnya juga ia menahan serangannya dan bertanya: ―Mengapa kau malah mencariku heh? bukankah masih ada orang lain??!‖ Huru-hara senyum sedikit. ―hehe....soalnya aku ingin mencabut nyawamu, kalau kau tak dicabut nyawanya maka kau akan hidup, kalau kau hidup teman-temanku akan kau bunuh, kalau kau bunuh berarti mereka mati, kalau mereka mati aku kesepian, kalau aku kesepian tak ada yang menghiburku, kalau tak ada yang menghiburku aku bakal bunuh diri, kala aku bunuh diri maka aku akan mati., jadinya kau harus dibunuh dulu supaya aku tidak mati hehe‖ Adiraja melengak mendengar alasan yang sedemikan aneh dan bertele-tele itu.
304
―Hegh, apa kau tak punya alasan yang lebih masuk akal lagi?‖ tanyanya. ―Emch, untuk orang yang suka membokong wanita jelaslah lelaki yang tak memiliki akal, jadi untuk apa aku bertanya dengan akal‖ Huru-hara cengengesan. ―Kau meminta kematianmu sendiri bocah‖ Adiraja menggeram marah. ―hahaha........ aku kan sudah mengatakannya padamu.. sedari tadi, aku yang bakal membunuhmu,...‖ Huru hara tertawa. ―Germmm...‖ Adiraja menggerung marah, matanya tampak merah, sambil menggerung sekaligus dia melancarkan tiga kali pukulan dahsyat. Dengan sendirinya pukulan-pukulan itu terarah ke tempat mematikan di tubuh Huru-Hara, Pukulan bagaikan kilat yang menyambar menyambar kepalanya. Tapi, huru-hara bukanlah Pesilat kacangan, Begitu tangan kirinya bergerak tahu-tahu tangan Adiraja kena tangkap, keruan Adiraja terkejut cepat ia memukulkan tangan lainnya dan bergeser kekiri dengan mendoyongkan tubuhnya, yang disambuti dengan tendangan atas, ―bret‖, baju bagian dadanya robek tak terselamatkan.
Adiraja merasa heran dan dongkol akan kemampuan Sipemuda lawannya, dengan sekali gerak serangan yang bertambah
305
tingkat kekejiannya Adiraja menerjang, Sekilas serangan adiraja begitu kacau dan terburu-buru tapi jika diperhatikan secara seksama serangan itu mengandung unsur hati-hati dan teratur. Puluhan jurus telah berlangsung tampaknya Adiraja belum juga mampu mendesak lawannya. Kagum dan dongkol perasaan Adiraja, namun dalam keadaan demikian ia pun tidak sempat membuat siasat licik, karena bagaimanapun lawan yang dihadapinya salah satu orang yang berpikiran seperti seekor serigala. sekali ia lengah mungkin tubuhnya sudah kena pukulan ataupun serangan lawan. Begitulah di tengah pertempuran jutaan orang mereka bertarung dengan sengit, entah berapa ratus jiwa yang melatyang, entah berapa orang yang kehilangan keluarganya. namun inilah perang, perang pertama dalam sejarah kaum Persilatan. Didalam teriknya sinar mentari, jutaan orang bergumul menjadi satu bagaikan lautan semut yang berebut gula. Sekiblat cahaya kuning lembayung menggurat langit dari sebelah utara pertarungan, seorang gadis cantik dengan baju dan rambut kuncir kuda yang berkibar-kibar berdiri indah dengan tangan teracung memegang sebuah senjata kecil,.
Ternyata cahaya itu berasal dari senjata itu, sebuah senjata yang unik, panjangnya hanya senjekal namun mengeluarkan hawa dingin yang membekukan raga, senjata itu bernama Keris
306
perasaan pemberian dari Aram. mata gadis itu alias Thian Hong Li terpejam, tenang...... meski gadis itu hanya diam mematung, tak ada seorang lawanpun yang mendekatinya. Tapi, manusia memang selalu dikalahkan oleh rasa penasaran yang menggebu-gebu... terbukti dengan sesosok tubuh berbalut kain hitam bertopeng perak yang menerjang tubuh gadis itu. Untuk sesaat tampak tangan sosok itu akan menjamah tubuh gadis itu, semua orang yang berada didekat gadis itu menghela nafas panjang, sungguh sayang gadis seelok itu harus mati begitu saja, pikir mereka. Namun tampaknya tuhan masih menyayangi gadis itu, terbukti dengan sebuah keajaiban, ya,.. sosok itu tiba-tiba berdiam diri mematung, melihat kejadian itu, kawan sosok itu merasa heran, dengan sebat mereka ikut-ikutan menerjang namun nasibnya sama halnya dengan sosok pertama. berdiri mematung. Gadis itu membukakan mata berbareng dengan kilatan petir biru menggurat langit. Tubuhnya gemetar dengan amat keras melihat banyak sekali manusia-manusia yang membeku berada didekatnya. teriaknya dengan keras, ―Kalian terlalu kejih.......‖
Mendadak tubuhnya condong kedepan, senjata kecilnya dengan cepat ditarik kedepan, kaki kanannya berpinjak pada bumi sedangkan kaki kirinya diangkat kebelakang, hingga membentuk
307
sikap kayang, itulah jurus pembukaan Elmu Bedog sanca manuk ―jurus Sanca manuk waspada‖ dengan disertai suara pekikan nyaring yang menggetarkan hati sepasang matanya memancarkan sinar tajam. "Budak-budak Iblis!‖ bentaknya keras, ―aku akan bantai kalian....!‖ Di tengah suara dengungan Keris Perasaan yang amat nyaring Keris itu tergetar amat keras dengan membentuk pijaran-pijaran api yang dingin, itulah kehebatan dari Keris itu, jika biasanya api itu panas, maka kali ini api itu melawan kodratnya. keris itu ditarik sejajar dada dengan perlahan mulai mendesak maju ke depan. ―Hiaaatttt...... ― Crakk.....crakkk.... Seperti suara kayu dipukulkan ke-es saja keris itu membabat setiap lawan yang menghadangnya. mayat-mayat yang berhasil dibabat berubah menjadi bongkasan es. Jerit kematian terus berdentangan meramaikan suasana, tiba-tiba, Terdengar suara tertawa dingin yang amat menyeramkan ujarnya, ―haha....Hatimu kejam sekali Sicu....." Thian Hong Li berpaling, dan menjerit lirih.....
308
―Ikhh.....Ap...apa yang kau makan itu Mata?‖ ―Benar-benar Sicu, dan sebentar lagi mata sicu yang akan pinto makan.... haha..‖ Ternyata yang tertawa dingin itu seorang Biksu dengan mata ramah, berkepala gundul. siapapun takan menyangka bila biksu itu merupakan seorang durjana iblis dari Negri Tionggoan, Biksu Kejam Po Leng Thaysu itulah namanya., Sebagai sesama dari Tionggoan tentu saja Thian Hong li mengerti bahasa dari Biksu itu., diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya kedalam ubun-ubun menuruti Jalan Ketenangan dalam kitab Sewaka Darma, beberapa saat kemudian akhirnya ia dapat meredam ketakutannya, ia kembali tenang, dan kembali kepada sifatnya yang jenaka.. ―Nah, siapakah sekarang yang memiliki sifat kejam, aku atau kau‖ Thian Hong Li cekikikan. Biksu kejam alias Po Leng Taysu tertegun, Bagaimanapun juga dia baru saja mengatakan hal yang memojokan gadis itu malah menakutinya, kini ia tak dapat menyangka gadis itu bakal membalikan omongan bahkan mengejeknya, Thian Hong Li tertawa cekikikan mirip kuntilanak dan berkata. ―Hahaa.... Sesama orang kejam jangan saling mendahului‖ Sekonyong konyong....
Thian Hong Li merasakan sambaran angin yang amat ringan. Ternyata Biksu itu menyerangnya tanpa peringatan.
309
―Curang....!‖ pekik Thian Hong Li sambil meloncat kelangit. ―Seribu bayangan Budha‖ teriak Biksu itu.. Wes....wes....wes..... Tiba-tiba Biksu itu berubah menjadi empat bayangan. lalu bayangan-bayangan itu mencabut pedang dipunggungnya, serta merangkap tangan kirinya di depan dada berdiam diri tidak bergeming, Sedangkan Thian Hong li terkejut dengan perubahan si biksu kejam, setelah berpikir sejenak dan mendarat dibumi Tangan kanannya mendadak diangkat membentuk gerakan busur kemudian dengan perlahan dilintangkan di depan dadanya. yang satunya lagi menengadah seakan meminta minta derma, disela-sela jarinya Keris perasaan berdiri tegak menantang. ―Bulan gelap bintang Jatuh...‖ itulah jurus yang digunakan Thian Hong Li saat ini. jurus yang berasal dari Ajian Bulan Bentang milik guru keduanya. Pada saat itulah Tangan gadis itu dikebutkan kelangit sehingga keris itu mencelat, sedangkan tubuhnya melesat ke depan dengan disertai gulungan angin yang menderu tubuh Thian Hong li menerjang biksu kejam yang sama-sama menerjang, Empat lawan satu, gerakannya amat cepat sekali, hanya terlihat dua buah bayangan yang saling berpapasan. Terdengar Po Leng Thaysu Memekik keras,
310
―Rajah Budha Bayangan‖ ujung jubahnya berkibar tertiup angin dan telapak tangannnya membabat ke depan melancarkan serangan dahsyat. ―Blaaarrrr,.....‖ Satu bayangan Biksu itu terpental jauh, sedangkan Thian Hong Li hanya mundur tiga tindak. ―Blejrrrttttt‖ Aliran tenaga dalam seperti listrik menyengat keempat manusia yang saling berpandangan, mereka adalah tiga bayangan Biksu Kejam dan Thian Hong Li, Dengan senyuman aneh Thian Hong li memutar pergelangan tangannya dan menyentakannya keatas. ―Goaaarrrrrrrr‖ raungan bak monster bergemuruh memekikan telinga, untuk sementara semua orang berhenti bertarung dan berpaling, Betapa terperanjatnya sekalian hadirin melihat Sosok Ular besar bersayap dengan empat kaki, sedang mengunyah sesosok manusia yang tak lain adalah Po Leng Taysu asli sehingga bayangan lain mulai mengabur dan menghilang. Naga itu tidaklah berkulit melainkan berbentuk hawa keemasan. dengan tanduk tunggal mirip sebilah keris. Melihat sosok naga itu Aram sudah mengerti itu adalah penjelmaan dari sosok Keris yang ia berikan Kepada Thian Hong Li, yang membuatnya terkejut adalah kemampuan Thian Hong Li memanggil sosok Naga itu.
311
Namun keterkejutannya itu tidaklah berlangsung lama karena Kaisar Iblis kembali menempurnya. sehingga kembali mereka terlarut dalam pertarungan. Dilain Pihak Thian Hong Li tersenyum bahagia karena usahanya berhasil, sekali enjot ia meloncak keatas tubuh Naga itu, ―Suiiitssss‖ Suitan nyaring terdengar dari seorang gadis cantik yang berduduk angker diatas seekor naga, gadis itu berteriak teriak mengomando Naganya menyerang Anggota Panji Telapak Perak. Mereka mengamuk, menelan, hingga pada suatu saat. ―Hoeekkk‖ ―Bruukkkk‖ Sosok naga itu menghilang meninggalkan seorang gadis yang tergeletak pasrah. Sebenarnya sewaktu Thian Hong li melemparkan Kerisnya itu dan jatuh menimpa tanah ia sedang menggunakan Ajian ―Cipta wujud‖. Dengan membayangkan sosok naga yang pernah datang kedalam mimpinya Thian Hong li memanggilnya kealam nyata. namun, tenaga batinnya belum lah sepadan dengan ilmunya sehuingga ia Ambruk terluka dalam. Melihat Si Gadis yang tadi mengamuk bagai badai kini tergeletak pasrah. Anggota Panji Telapak Perak memanfaatkan kesempatan, ia menebaskan pedangnya ketubuh gadis itu.
312
―Akkkhhhh....‘‘ jeritan seorang gadis melengking menyayat dan memilukan. Ternyata yang menjerit itu bukanlah Thian Hong li melainkan Anggota Panji Telapak Perak yang juga kebetulan seorang gadis. Mengapa demikian?‖ Ternyata sebelum Pedang Anggota Panji Telapak Perak menggores Thian Hong li, Seorang Gadis Cantik berbulu domba putih menangkis pedang itu. Dan seorang gadis lainnya Menusuk punggung Anggota Panji Telapak Perak itu. ―Syukurlah kita tak terlambat‖ Seorang gadis cantik berjubah coklat dengan peralatan Domba Hitam berkata kepada temannya, yang dibalas dengan senyumannya. Tiba-Tiba..... ―Butuh bantuan?‖ seorang gadis cantik lainnya muncul sebatas kepala dipermukaan tanah. ―Yumi, Kau mengagetkan kami saja‖ Gadis berjubah coklat dengan Peralatan Domba putih menjawab. ―Tolong Lindungi kami, kami mau menyembuhkan Tenaga dalam kekasih Ketua ini‖ yang satunya mewakili
313
―Hai‖ Yumi mengangguk dan kembali hilang kedalam tanah. itulah sebuah ilmu dari kalangan Ninja yang bernama Jinsut. Kembali Ke Pertarungan Aram dan Kaisar Iblis. ―Halilintar Menyapa Bumi...‖ ―Arwah Perak Telapak Iblis‖ ―Duaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrr‖ Dua buah tenaga sakti beradu tajam. Pertempuran mereka adalah Pertempuran terdahsyat didalam kalangan Peperangan itu. Pertempuran yang amat mendebarkan hati ini berlangsung semakin lama semakin sengit dan merupakan yang belum pernah terjadi selama ratusan tahun ini angin pukulan memancar ke delapan penjuru, hawa tenaga sakti meliputi seluruh udara membuat Tanah berkubang, debu mengepul, rumput menyibak. Sikap Kaisar Iblis Kini semakim penuh diliputi oleh ketegangan dan kemarahan, karena belum juga menjatuhkan sipemuda ingusan. Braak.... bluumm kembali mereka beradu kekerasan. pasir dan batu kerikil dalam kubangan pada melayang memenuhi angkasa masing-masing pihak kini sudah mulai melancarkan serangan yang menentukan mati hidup mereka. Mulut kaisar Iblis kini merah, darah bertetes-tetes dari mulutntya. tak beda dengan Aram yang sudah bernafas satu-satu.
Dengan menggunakan jurus Garuda Perkasa dialam surga milik perguruan Garuda Mas Aram kembali menyerang Kaisar iblis.
314
―Jurus Garuda perkasa didalam surga yang amat bagus sekali" puji kaisar Iblis. Kaisar Iblis cepat berkelebat menghindarkan diri ke samping tampak bayangan telapak tangan keperakan berkelebat berturut turut dia melancarkan sepuluh serangan. Angin pukulannya yang bagaikan amukan ombak dengan cepat menggulung ke depan, Aram tertawa Membesi, mendadak kaki kirinya ditarik kebelakang. tangannya dengan cepat laksana kilat mencakar wajah Kaisar Iblis. Melihat kesiggapan lawan kaisar Iblis merasa kaget, dengan cepat dia Menghimpun tenaga dalamnya di dada. disertai bentakan menggelegar kaisar Iblis bersalto kebelakang. Air muka Aram segera berubah amat hebat, hawa membunuh yang tak bisa ditutupinya memancar kesegenap penjuru. ia memasukan tangan kanannya kebalik jubah dan mengeluarkankan sebuah bola sebesar kepalan bayi. Bola itu kemudian dilemparkan keudara dan meledak, ―Duaaaarrrrr‖ bola itu meledak dan memancarkan cahaya biru kemana-mana, berbareng dengan itu dari sekeliling lapangan tiba tiba muncul sebuah gunungan yang keluar dalam tanah sekilas gunung-gunungan itu keluar layaknya sebuah ombak.
―Jreng...... ― Dibalik gunung-gunungan itu muncul ribuan Manusia dengan busur terpentang. dibelakang pembidik itu ribuan
315
manusia siap tempur dengan senjata ditangan. Kaisar Iblis terperanjat, begitu pula dengan para bawahannya, kematian muncul dipelupuk mata mereka, sedangkan para hadirin yang berada dipihak yang menentang seperti kuda yang dicambuk saja meeka bertambah semangat bertarung. ―Kau takan bisa lari lagi, laknat.... semua jalan rahasia sudah tertutup. bersiaplah menuju kemataianmu Hiaaattt‖ Aram mengebutkan tangannya dengan cepat. segulung angin pukulan yang amat dingin serasa menusuk tulang menyergap kaisar iblis, bersamaan dengan itu pula kaisar Iblis menyentilkan lima jarinya ke depan segera terasalah segulung angin yang amat panas dengan amat cepat beradu diudara ―Blaarrrrr‖ setelah mundur setindak Aram kembali berkata. ―Aku mau lihat apa kau mau menyerah atau tidak!‖ . Tangannya kembali dipentangkan lebar kemudian meluruk ke depan, kecepatannya laksana berkelebatnya sinar kilat di tengah udara, berturut turut dia melancarkan sepuluh serangan gencar sekaligus. Tapi, kaisar Iblis juga merupakan jago yang tangguh dengan segera dia menghimpun tenaga dalamnya yang dikumpulkan di telapak tangan dia menggunakan ilmu telapak Perak pemburu arwah untuk menahan serangan kali ini. ―Wirrsss‖ Dukkk‖
316
―Hoeekkk‖ Kaisar Iblis muntah darah, sedangkan Aram hanya meringis saja, ia merasakan telapak tangannya kepanasan. Ketika semua sedang larut dalam pertrungan segera terdengarlah suara jeritan dan teriakan yang amat keras sehingga menggetarkan seluruh lembah itu itu, ―Arrrhggghhhhhhhh‖ ―Seraaaannggg.....serrbbuuuuuuuu...bunuhh‖ ―Wust wust trang....‖Akhg‖ Ternyata ketika Kaisar Iblis muntah darah, Aram menghimpun tenaga dalamnya ditenggorokan dan berteriak sekencang-kencangnya. Melihat Kode sudah dijalankan Anak Buah Aram yang tadi hanyan berdiam diri menahan hasrat membunuh kini berbinar ria. Hati para Anak buah Aram, yakni anggota inti Bendera Awan Langit dan Anggota sepuluh Perguruan yang sedang bergolak itu kini dibakar lagi dengan kata-kata bunuh dari pimpinan mereka menjadikan mereka tambah menggolak.. Di tengah suara bentakan yang amat keras tampak Pasukan pemanah memberikan jalan sehingga Orang-orang dibelakang yang siap membunuh kini berkelebatan menubruk ke tengah kalangan pertempuran.
317
Sinar mata mereka penuh dengan hawa membunuh yang menyala-nyala, tanpa basa-basi mereka menerjang semua orang yuang berada dekat dengannya. Perubahan yang terjadi secara mendadak ini membuat Pihak Kaisar Iblis diam-diam merasa terperanjat dan tergetar hatinya. Dibawah terik matahari terlihat sinar pedang dan golok yang melancarkan sinar yang menyilaukan mata tertimpa matahari. Suatu pertempuran sengit yang menimbulkan bajir darah terus berlangsung diLembah itu. Suatu pertempuran yang amat sengit dan seru terus berdenting bagaikan alunan piano, yang terus berdentang. Di kalangan pertempuran itu Tampak Nyi Sawitri dari perguruan teratai putih, Ki Ardam dari perguruan pedang bumi dan Ki bedu dari perguruan golok harimau sedang berusaha membunuh lawannya sambil melindungi murid-murinya, Ditangan Ki Bedu, Ki Madya pengganti dari Ki Ngarai Dari Perguruan bintang kemukus yang telah wafat dibunuh Anggota Panji Telapak Perak sedang dipapah karena dadanya terkena senjata lawan, terbukti dengan dadanya yang berlumuran darah. ―Saya Bintang Endrayana pewaris ketua generasi ke-124 Rajawali emas menggantikan Guru Ki Jalu baru saja diresmikan kini harus mengalami cobaan yang begitu berat‖ keluh seorang Lelaki Paruh baya berusia enam puluh lima tahunan dengan baju serba kuning keemasan.
318
―Sabarlah Ketua Bintang, yang sekarang kau harus lakukan adalah melindungi Anggotamu dan Anggota Bintang kemukus yang bagainapun juga membutuhkan tenagamu yang masih bisa diharapkan.‖ Seorang Kakek berusia Tujuh Puluh lima tahunan dengan wajah ramah dan pedang berlumuran darah terlintang didepan dadanya, menasihati. baju Ungu kakek itu sudah berlumuran darah dan compang camping mungkin terkena serangan lawannya dia adalah Ki Ardam adanya. ―Fyuhh....Setelah ini aku ingin memberikan jabatanku, aku lelah... aku sedih... mungkin aku bakal bertapa digunung untuk mencuci dosa..!‖ Timpal wanita setengah baya dengan baju kebaya kuning yang tak lain adalah Nyi Sawitri itu., rambutnya disanggul rapi kebelakang dengan tusuk konde sebuah bunga bermotif teratai warna putih. ―Jangan berbicara mulu, bantu aku.. apakalian ingin aku modar dicingcang orang..gerrmmm‖ Seorang lelaki berusia tigapuluh tahunan menggeram. lelaki itu berpenampilan simple, hanya baju putih dengan gambar kepala harimau ditembus dua golok yang menyilang, rambutnya juga tidak dipermak, hanya dibiarkan terurai apa adanya saja. Diantara semua ketua lima perguruan besar golongan putih, hanya dia yang memiliki sifat pemberang dan liar. ―haha.....Jangan marah dulu ki.... baiklah saya bantu....‖ Bintang Endrayana menyahut.
319
Adiraja berkaok-kaok gusar, sedapatnya dia hendak melepaskan diri dari serangan godaan Huru-hara, tapi anak muda itu laksana bayangan saja yang melekat pada tubuhnya, sukar ditinggal dan tidak mungkin berpisah. Malahan anak muda itu berkeplok tertawa dan berseru, ―plok..plok...plokk‘‖ ―Bagus, Pukulan telapak yang hebat .... pukulan dari panji Telapak Perak memang luar biasa, jarang-jarang orang bisa selamat jika terkena, jika tak kena macam ini sih, ya sama saja dengan jurus kacangan lainnya! hahaa.......!‖ Dalam gusarnya kembali Adiraja meningkatkan tenaga dalamnya dan melancarkan serangan-serangan maut, Sepuluh, duapuluh serangan telah berlalu namun Huru-Hara belum juga kena ia tangkap. Meski watak Adiraja memang licik juga cerdik, tidak urung ia pun terpancing murka, Ia Menggeram gusar, ―bisakah kau bertarung dengan tidak main kucing-kucingan orang edan...!‖ ―Haha... jika kau bertanya pada kucing mungkin ia bakal nurut, sayang seribu sayang aku bukan kucing... Aha, jangan jangan kau dilahirkan dari kucing?‖
―Kutu Kupret....!‖ ―Hiaaaattttt....Iblis muka empat penjuru‖ Drap... sreeett....kretek...kreteekkk.. tubuh Adiraja tiba-tiba menggelembung, dari belakang kepalanya muncul wajah baru, bukan hanya satu, tapi tiga sekaligus berikut tangannya....
320
Huru-hara terkejut ketika sebuah tangan menyentuh dadanya, dengan sebat ia meloncat menghindah. ―Ikhhh.....‖ ―Brettt‖ Tali Jubah huru-hara terpotong kena cakaran Adiraja. Jika bukan Huru-hara, mestinya jantungnya sudah copot terjambret tangan Adiraja. Tiba-tiba keduanya terkejutkan dengan lengkingan tajam, mereka juga dikejutkan dengan munculnya sepasukan pemanah. apalagi ketika pasukan pemanah menyibak dan pasukan pembunuh menyerbu. Melihat itu, Huru-hara tersenyum, ia paham sudah saatnya pertarungan diakhiri. meski terkejut dengan perubahan tubuh Adiraja, ia tak pernah kehabisan akal. kakinya menutul tubuhnya bergerak lembut mendesak maju dengan jurus Rubah menyembah mayat, kembali dia menyerang dengan telapak tangan berantai, telapak tangan kiri menyelonong keluar, mengikuti gerakan tubuh yang meluncur kebawah, telapak tangannya menepuk kebawah iga kanan Adiraja, berbareng telapak tangan kanan dirangkapkan didada dan diselonongkan ke wajahnya. Adiraja mendengus ia membuang tubuhnya kebelakang sebelah sebelah kanan, pundak kanan ditekan turun, dengan memanfaatkan enam tangannya ia menyelonongkan dua tangannya, Tapi, ia kecele ternyata semua rangkaian serangan itu hanyalah sebuah pancingan belaka.
321
Tampak, Huru-Hara merendah dan menendangkan kakinya, ―Dessshh‖ tulang kering betis Adiraja kena tendangan yang dialiri tenaga dalam. ―Akhh...Brukkkk‖ Adiraja terguling kesakitan, memanglah didunia ini tak ada ilmu yang sempurna, meski Adiraja memiliki empat wajah dan enam tangan, tapi dengan begitu gerakannya tidaklah leluasa karena tidak terpokus pada satu titik. ―Aaaaaakkkkkkkkhhhhhhhh, grok...grroookk‖ Adiraja memekik dan mengorok ketika Huru-hara menotok jalan darah kakunya, dengan perllahan Huru-Hara menempelkan pedang yang ia ambil ditanah keleher Adiraja., Dengan Perlahan Huru-hara memutarkan pedangnya sehingga Adiraja tergorok disembelih perlahan,. Darah memancar kemana-mana. Huru hara lalu melemparkan kepala itu kebarisan anak buah Panji Telapak Perak. Makin Runtuhlah nyali Para Anggota Panji Telapak perak mengetahui orang kepercayaan kaisar Iblis telah mati. Sementara itu boleh dikatakan pertempuran sudah hampir berakhir. Balatentara Anggota Panji Telapak Perak yang kini banyak kehilangan anggota dan tidak berpimpinan lagi sudah mundur jauh dari Arena Pertempuran dan terus dikejar oleh Para Kaum persilatan sehingga lari kucar kacir lalu mati tertembus ribuan panah yang dilepaskan para pengepung.
322
Dan di antara gelimpangan mayat manusia di atas tanah yang banjir darah, di udara yang masih hangat oleh baunya maut dan hawa pembunuhan maka berhadapanlah dua orang yang bertolak belakang, satu pemuda berjubah coklat dan satu lelaki paruh baya dengan telanjang dada, ditubuhnya mengguratlah garis-garis berwarna perak.. Aram berdiri dengan mata merah menyala, disekelilingnya debu-debu berpusaran mengelilingi tubuhnya, tak tanggung-tanggung ia mengeluarkan Tenaga Sakti Mata darah hingga mencapai tingkat pamungkas, dengan menambahkan Tenaga Bayangan yang ia kumpulkan tadi. kemudian ia gabungkan dengan ilmu Aura Kematian dan merapal Ajian Halilintar Semesta, dengan tangan kiri membentuk kuda kuda Rubah mencabik mangsa. ―Haaiitttt!‖ ―Hiaaattt‖ Kaisar Iblis pun tak kalah sebat. Tubuhnya berkelebat, Tubuhnya berputar membentuk angin tornado berwarna perak. menimbulkan gelombang angin dan mengeluarkan suara mengaung laksana suara jutaan Tawon! Gelombang angin itu memporak-porandakan daerah sekitar hingga tak berbentuk lagi.
―Bllllaaaaaarrrss‖ duaarrrr jlegaarr srakkk Krakkk‖ Akh.. akhh... ukhhh aw...urrgghh.
323
Dua buah Tenaga sakti beradu dudara, kilat menyambar-nyambar, hujan turun rintik-rintik, langit mendadak mendung, jeritan orang-orang disekitar pertarungan mereka ikut terhempas terbang terkena sapuan angin. dalam Radius lima-enam ratus tombak manusia menggeletak pingsan. bahkan ada juga yang langsung mati dengan keluar darah dari tujuh lobangnya. Ketika Kaisar Iblis membenturkan jurus tornado peraknya dengan Jurus pemuda itu, ia merasakan badannya seperti membentur dinding yang tak kelihatan, kejadian itu membuat Kaisar Iblis jadi terkejut sekali! Dan dalam saat itu pula ia melompat ke luar dari kalangan pertempuran! Mukanya memucat sepucat kertas... Cepat-cepat dia atur jalan nafasnya. Tapi, Aram yang sedang berada diatas Angin, tidaklah menyia-nyiakan kesempatan itu, ia melompat dan menghajar Kaisar Iblis dengan dua jari yang disodokan tepat dijantung Kaisar Iblis. ―Bleessss‖ tiada terdengar pekikan atau keluh kematian dari mulutnya.
Tubuhnya masih berdiri sesaat lamanya dengan mata melotot seakan ia tak percaya bahwa ia telah mencapai ajalnya.,Tubuh Kaisar Iblis atau Si Iblis tengkorak Mas alias Ki Renjana kemudian merosot ke bawah dan tergelimpang di atas mayat-mayat Anggota lainnya. Kaisar Iblis telah tidur selamnya meninggalkan dosa yang
324
bertumpuk-tumpuk, Tapi apakah semuanya berakhir ? Tidak...... didunia ini mana ada urusan semudah itu Aram tertawa panjang. ia berteriak, ―kawan-kawan mari kita berpesta...... kita pulang sekarang, .......‖ ―Yeyyy‖ Teriakan Bahagia terdengar dari anak buahnya. ―Kita bertemu di markas.....‖ ―Wusssttt,.....Tubuh itu terbang dan menyambar seorang gadis yang berada dipelukan seorang gadis cantik lainnya. ―Hmm.....‖ Aram menggumam, kemudian ia mengambil sebuah Senjata dari kayu berbentuk kujang seperti halnya yang berada di sanggul rambutnya, hanya saja senjata itu terbuat dari kayu dan berikatkan sebuah daun lontar bertuliskan. ―AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH.‖ Setelah kepergian ketuanya, mereka semua segera membantu Anggota yang lain dari tumpukan mayat sekitarnya. Beberapa diantaranya ada yang mati, juga masih hidup... dengan beriringan teratur segera mereka meningalkan tempat itu membawa orang yang terluka juga mayat. Ditempat itu kini tertinggal beberapa kaum golongan lain yang masih pingsan berserakan, mayat bertumpuk bagai gunung, darah mengalir bagai anak sungai, rumput yang dulu hijau kini memerah.
325
Bagaikan toge (tumbuhan kacang kedele yang baru tumbuh) manusia bangkit dari rebahannya..... satu, dua tiga dan seterusnya terus berkesinambungan, dengan menahan pening sambil mengumulkan memori mereka duduk bersila bersemadi. Waktu terus berjalan, satu demi satu orang-orang itu meninggalkan tempat yang menjadi sejarah dihati mereka. bisik-bisik dan obrolan ringan keluar dari mulut mereka... ada yang menangis kehilangan saudara atau sahabat... juga ada yang tertawa tawa bergembira. Malam telah menjemput lagi, lolongan serigala dan makhluk liar lainnya bersahut-sahutan, sepertinya mereka telah mendapat berkah makanan malam, bau anyir darah menyerbak kemana-mana. Ditengah malam itu, ditempat lain sekelompok orang mengelilingi sebuah pembaringan sederhana dari bambu. isak tangis dan helaan nafas panjang terdengar sekali-kali diantara mereka. Dipembaringan itu seorang pemuda tampan sedang tidur telentang, ditubuhnya penuh dengan bambu-bambu kecil yang ditusukan kedalam tubuhnya. Siapakah Pemuda itu? Malam yang sunyi tiada kehidupan Isak tangis dimalam gelap layaknya suara hantu Pondok kecil ditengah hutan tampak mendung
326
Seorang pemuda tampan berwajah pucat tenang terlelap dalam impian, disekelilingnya sekelompok orang berharap-harap cemas. ―Oh, Engkoh Aram.......‖ Seorang gadis cantik bermuka sembab menangis dengan pilu, sorang pemua tampan lainnya mengusap-usap kepalanya dengan lembutmenenangkannya. ―ehmmmmm‖ sebuah gumaman lemah terdengar memecah kesunyian menyadarkan semua orang yang harap-harap cemas. ―Akh, kau sudah sadar nak....‖ seorang wanita paruh baya berkata sambil menyapu air mata yang jatuh dipipinya. Pemuda yang tak lain adalah Aram itu segera mencoba bangkit namun dicegah oleh seorang kakek-kakek yang memegang guci. ―Jangan dulu bangun, ruas-ruas sendimu telah lumpuh total, kau terlalu memaksakan diri., meski semuanya bisa sembuh dalam jangka waktu tiga bulan, aku harap kau tak melakukannya lagi‖ Katanya bijak. Mendapat perhatian lebih dari orang yang diangkatnya guru Aram merasa tentram. diedarkannya pandangan mata merahnya itu.
Tampaklah disekelilingnya Nyi Permata Dewi, Ki Asmaradanu, Sipemabuk dari selatan,Thian Liong, Thian Hong, Melati, Angkara, huru hara, Amuk samudra, Luyu Manggala, Ryusuke,
327
Jelita Indria dan yang lainnya tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. ―Nenek, Ayah, Guru bilakah aku berbicara dengan Angkara dan yang lainnya sebentar.‖ Aram meminta dengan serius. Meski tak mengerti, akhirnya ketiganya mengijinkan juga. Angkara maju kedekat pembaringan, diikuti anggota lainnya. ―Adakah yang harus saya lakukan ketua?‘‖ ―Apa bunyi Siasat rubah no 86?‖ Aram bertanya tiba-tiba. Meski tertegun Angkara segera menjawab. ―Harimau Sembunyi Naga Mendekam Rubah Memantau Api. : Sembunyi meninggalkan jejak, pancing dengan nyawa, mendekam menyusun kekuatan, memantau puncak api, Kabut datang langit gelap, kemenangan diperoleh.‖ Semuanya diam mencerna ucapan Angkara yang memang bermakna ambigu. ― Kau mengerrti Apa yang harus kau lakukan Angkara?‖ Angkara mengangguk paham, memanglah Angkara adalah Seseorang yang diberi hak untuk memimpin yang lain sehingga ia yang paling bekerja keras melatih ilmu Rubah Bersiasatnya.
328
―Amuk Samudra tolong kau bawa Thian Liong dan Thian Hong kenegrinya untuk menyelami ilmu dari Zaman Seribu tahun lalu itu berkembang dengan sempurna.‖ ―Huru-hara dan kau luyu pimpin yang lain membawa kabur Anggota Pasukan Inti Bendera Awan Langit. sebelum tengah malam kalian harus sudah berada di desa Kebon Jambe. atau boleh lebih jauh. pergilah kesuatu daerah tersembunyi dibalik gunung Wayang.‖ ―Dan yang lain boleh membagi duakan menjadi dua kelompok, upayakan agar anggota bersama Huru-hara lebih banyak daripada yang lainnya.‖ ―Yumi dan Ryusuke, bantulah pasukan pembawa madu ketempat itu., setelah semuanya selesai bawalah Angkara atau yang lain ke negrimu untuk mempelajari ilmu Jinsut, Ninjutsu dan yang lain. sementara kalian carilah guru untuk mempelajari ilmu pedang panjang.‖ ―Samurai maksud ketua?‖ Sela Ryusuke. ―Benar, itu maksudku. Dua Tahun kemudian aku akan menjemput kalian semua melalui syair ini. ――AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH.‖ ada yang kalian tanyakan?‘‘ Semua menggeleng, pertanda mereka sudah paham...
―Bukalah baju kalian sekarang, serahkan pada Murka Semesta, dia paham apa yang harus dia lakukan...‖
329
Meski tak mengerti Murka Semesta mengumpulkan jua pakaian yang lainnya, setelah semua beres tanpa pamit lagi mereka berkelebatan meninggalkan tempat itu kecuali Amuk samudra, Thian Hong li dan Thian Liong. ―Engkohhh....‖ ―Aku Paham maksudmu Sayang, tapi pahamilah nyawamu dan nyawa kita sedang berada di ujung tanduk, pertarungan belum selesai...., kita berjumpa lagi dua tahun kemudian..Pergilah, ― Dengan berkaca-kaca Aram berkata tegas. Seperminum teh kemudian Thia Hong Li belum juga beranjak dari tempatnya. ―Kak Liong.....‖ Aram berkata lagi. Dengan sedih Thian Liong menotok adiknya hingga pingsan. ―Kita berangkat sekarang amuk, apa perahu sudah siap?‖ Thian Liong bertanya. ―Perahu sudah siap dipantai Minajaya...sekarang kita menuju kesana..‖ ―Wussss....bayangan mereka menghilang ditelan kegelapan.... ―Cucuku apa yang sebenarnya terjadi...‖ Dewi Pemanah Asmara bertanya. Belum sempat Aram menjawab dua sosok pemuda tiba-tiba muncul disana.
330
―Kebetulan sekali kalian datang saudaraku...aku tahu apa yang akan kalian katakan lekaslah selamatkan Raja dan keluarganya sebelum mereka tewas, dan kau kakang sobar, bantulah aku melepaskan pakaian ini, kakang paham apa yang harus dilakukan dengan pakain ini?‖ ―Adik, adakah siasat lainnya? tanpa menggunakan siasat itu.....‖. ―Kakang, segala hal pasti ada resikonya.... bila kakang saja sudah tak tega apalagi saya..sebagai pemimpinnya.., saya memutuskan bahwa ini adalah jalan terbaik, meski ada korban jiwa setidaknya ada harapan untuk mengembalikan dunia persilatan sebagaimana layaknya.‖ Aram menjawab dengan cucuran air mata. ―Baiklah bila memang itu keputusanmu adik...... kakang percaya padamu..bajumu aku ambil...‖ ―Terimakasih kakang...‖ Ucap Aram terharu. ―Kami pergi dulu, jaga dirimu adik, sampai berjumpa dua tahun lagi.... Jika Kakang masih Hidup..‖ Ucap Sipengabar Langit sambil berkelebat. ―Ketua...‖ ―Ada Apa Rehan?‖ ―Dapatkah aku membawa keluargaku pula?‖
331
Aram termenung, ―bilakah itu mungkin bawalah....aku percaya padamu..‖ ―Brukk....‖ Rehan bersujud, ―terimakasih ketua... Jayalah Bendera Awan Langit‖ Sebenarnya Rehan adalah anak seorang Hartawan kaya, kesombongannya jangan ditanya lagi tapi hari ini ia bersujud dibawah perintah seorang pemuda dibawah usianya, maka jelaslah Aram merupakan pemimpin Organisasi yang luar biasa.. Tanpa babibu lagi ia mengikuti yang lainnya berkelebat meninggalkan tempat itu menyisakan empat orang yang terbengong tak mengerti keadaan. ―Guru, Nenek, Ayah dalam waktu dua tahun ini bimbinglah adiku melati, pergilah mengasingkan diri dari pulau ini.. sejauh mungkin... seperti yang lainnya aku akan menghubungi kalian dua tahun lagi..― ―Braaakkkkkk‖ sebuah meja dari kayu jati ancur berantakan dihajar telapak tangan Sipemabuk dari selatan. ―Murid sialan, setidaknya kau jelaskan dulu padaku apa yang sedang terjadi... jangan buat aku seperti orang bodoh begini...gle...glekkkk..‖ bentaknya jengkel sambil menuang tuaknya.. itulah ciri khas dari sipemabuk dari selatan yang paling terkenal, jika ia marah atau jengkel ia akan menuak tuaknya sambil mencak-mencak.
332
―Hahahaha... kau seperti cacing kepanasan saja setan tuak...‖ Ki Asmaradanu berjingkrak-jingkrak seperti orang gila, sepertinya Ki Asmaradanu juga dibuat sinting oleh keadaan disekitarnya yang sukar dimengerti. ―Apa kau tak dibuat jengkel dengan ulah anakmu itu, bangkotan gila heh..‖ ―haha, ia iah... aku bahagia... ternyata sesudah aku menjadi sinting masih ada juga yang ku tak mengerti..‖ Ki Asmaradanu alias Sisinting dari timur tergelak-gelak... ―Sudah-sudah jangan berantem dulu, daripada kalian bertengkar seperti itu yang gak bakalan ada akhirnya mendingan kalian dengarkan enuturan dari cucuku dulu..‖ Nyi Permata Dewi melerai keduanya. Setelah mengenal keduanya Nyi permata Dewi telah menemukan hal yang baru,.... ternyata kedua datuk dari golongan merdeka itu memiliki hati yang polos dari pada orang lainnya. ―Nah, cucuku mohon engkau tuturkan supaya kami tidak dibuat seperti orang bodoh lagi...‖
―baiklah nek, kaena waktu yang sudah mepet saya hanya akan menjelaskan secara ringkas saja. sebenarnya Panji Telapak Perak hanyalah sebuah alat percobaan dari Organisasi Rahasia lainnya. jika Panji Telapak Perak telah menimbulkan korban
333
sebanyak itu, maka nenek sekalian bisa bayangkan kekuatan dari organisasi dibelakangnya itu.‖ ―Aaapppaa...‖ Si nPemabuk dari Selatan melotot. Aram tak menanggapi ia terus melanjutkan penuturannya. ― Dengan memakai siasat pertama kami ikut dalam pertemuan kemarin. dan kini saatnya kami menghilang dari dunia persilatan untuk menyusun kekuatan baru, target pertama mereka adalah kerajaan. maka dari itu. daerah ini adalah daerah berbahaya...bla...bla....‖ Aram menjelaskan rencana maupun apa yang terjadi saat ini secara ringkas dan garis besarnya saja,. setelah penuturan berakhir Nyi Permata Dewi berkata. ―Baiklah, Cucuku kami paham mengenai kondisi dalam saat ini... baiklah kami akan berkemas sekarang..‖ Satu persatui mereka pergi meninggalkan dua insan berbeda ditempat itu... Aram menggupaikan tangan pada sosok gadis yang sedari tadi anya diam saja tak berkata apa-apa. ―Syukurlah melati kau masih hidup.. aku senang sekali... aku sudah menduga kau bakalan selamat dari pembantaian itu...aku tak percaya bila kau mati begitu saja‖ Aram berbasa basi.
―Hik...Hik... Kakang Rama, kau sudah dewasa sekarang... kau berubah begini tampan.. sungguh beruntung sekali kak Thian
334
Hong li mendapatkan cintamu..‖ Melati menubruk dan memeluk Aram yang sedang tidur telentang. ―Settt... Aram mengangkat wajah Melati hingga sejajar dengan Wajahnya.. ―Cupp... ciuman lembut dibibir mendarat dibibir melati....‖ ―Jangan menangis adik,.... sayangi air mata mu...‖uppzzzhh‖ Aram berhenti berkata karena bibirnya telah disumbat sebuah benda yang lembut basah... Malam semakin gelap.... bintang masih berada diperaduannya. Bulan masihlah setengah bulat.... hening, sepi...... mengantar kepedihan dan duka lara.... Ayam berkokok menyambut fajar, suaranya bersahut-sahutan dengan manusia-manusia yang beraktifitas di pagi ini, suara dulang bertali-talu menyemarakan keramaian dipagi itu. Suara ramai itu ditambah dengan seseorang yang berteriak kencang.. ―Gawat....gawat,,,, istana hancur rata dengan tanah... gawat...gawat...‖
Suara teriakan itu mengagetkan semua warga hingga semuanya berkumpul mengerubungi lelaki yang berteriak itu. Seruan tak percaya, atau tanggapan tanggapan lain berkumandang., setelah semua berkumpul lelaki itu berseru.
335
―Saudara-saudara sekalian, tahun ini adalah tahun paling menyedihkan untuk kita semua..., sebagai mana yang telah kita ketahui beberapa tahun kebelakang alam mengamuk menumpahkan angkara murka, ketahuilah saudaraku... kerajaan telah hancur, tak ada lagi yang akan melindungi kita.huffzzz‖ lelaki itu menghela nafas sedih, seteklahi itu ia melanjutkan, ―saudaraku sekalian, saat ini yang mulia Raja bersama permaisuri dan Tuan Putri telah hilang dari istana, mayat mereka menghilang... disekitar reruntuhan istana hanya ditemukan mayat para mentri dan pejabat lain, juga para tentara kerajaan, aku dewangga tak sanggup lagi memikul kepala desa di desa ini. sebelum aku mengundurkan diri aku ingin mengadakan upacara sembahyangan untuk dewa supaya desa ini tetaplah jaya‖ Ternyata lelaki itu adalah seorang kepala desa itu. desa Salakantring namanya. desa itu merupakan desa terdekat dari Kotapraja Padjampangan, jadi tidaklah heran apabila kabar hancurnya istana dapat segera sampai didesa itu. Lelaki itu berusia setengah baya berusia empat puluh lima tahunan.. berwajah ramah dengan tahi lalat di dagunya. dia merupakan Kepala desa yang terkenal ramah namun ceroboh dalam segala hal. Seperti halnya kedatangan dia ketempat itu, ia berteriak-teriak nyaring membuat semuanya panik luar biasa, tapi, warga disana tak ada yang keberatan dengan tingkahnya itu karena memang mereka sudah mengenalnya sedari dulu.
336
---<0 aone="">--- Ditempat lain, tampaklah sebuah pemandangan yang sungguh luar biasa, ratusan orang mengelilingi tempat itu dengan tatapan sedih. Tempat itu, bukanlah sebuah istana yang seharusnya di puja oleh semua masyarakatnya, apalagi mengingat bahwa istana itu telah menjadi abu. tapi, tempat itu hanyalah sebuah tempat bordir dimana isinya merupakan sampah masyarakat belaka. Tapi, entah mengapa sebuah tempat yang selalu dianggap hina itu kini dijadikan sebuah tempat bersedih semua orang persilatan. ―Selama hidupku baru kali pertamanya aku harus bersedih atas kematian orang-orang dari golongan merdeka yang bahkan berpusat di tempat seperti ini,‖ Ucap seorang lelaki berbaju serba putih dengan sebatang tombak diunggungnya. di dunia persilatan ia dikenal dengan nama Si Tombak tunggal. ―engkau benar, meski dari golongan yang tak jelas juntrungannya tapi mereka sangat berjasa dalam melangsungkan roda berputarnya dunia persilatan.‖ jawab temannya.
Selagi semua orang berbincang-bincang mengenai kejadian hari ini tiba-tiba berkelebat sosok bayangan putih dan hijau ketengah-tengah arena puing-puing sisa bangunan yang terbakar itu.
337
Dua sosok bayangan itu tiba-tiba menekuk lutut memberi penghormatan kepada dua sosok manusia berjubah coklat yang duduk berhadapan dengan pedang yang saling menembus dipunggung. ―Pendekar Seribu Diri, Pengabar Langit, kalian merupakan orang yang tak pernah memperdulikan adat.. tapi, kalian adalah seorang ksatria sejati yang telah mengukir sejuta harapan diantara sekalian tokoh persilatan, selamat jalan.. semoga arwahmu tenang dialam baka,....‖ Nyi Dewi Renjani alias Bidadari Penakluk Naga Berdoa. ―Anak muda... Meski aku tak mengetahui siapakah kau sebenarnya, namun kecerdikan dan kegagahanmu telah menggugah hati nuraniku. maka dari itu sebagai bentuk penghormatanku.. aku akan mengasingkan diri mengenang semua perjalananmu. Anak muda, aku merasa miris dengan nasib kalian semua, tak kusangka kerajaan akan bertindak seceroboh itu, dengarlah anak muda, kerajaan juga telah menjadi abu dalam waktu bersamaan. aku tak mengerti dengan kejadian dunia persilatan hari ini. sungguh menbuat hati bertanya tanya‖ *****
Kabar berita kematian Pendekar seribu diri, Pemimpin-pemimpin dari Perguruan Merdeka dan pasukan Pemuda berjubah coklat dalam waktu singkat telah tersiar ke mana-mana. Pendekar Jala Samudra Hitam, Pendekar Harum mewangi, dan Pendekar Garpu Tala yang terkenal dengan kesaktiannya saat
338
itu sedang minum tuak merayakan keselamatan mereka di Lembah Kematian, begitu menerima berita itu serentak mereka taruh cangkir dan langsung berangkat ke Rumah bordir di daerah Ciburial itu Bintang Endrayana ketua dari Rajawali Emas, yang pada saat itu sedang membeli kain baju, demi mendengar kabar itu, tanpa pamit pada Anggota lainnya langsung mencemplak ke atas kuda, Terus berangkat ke penginapannya dan langsung memberitahu keempat Ketua perguruan lain dan berangkat bersama ketua lima perguruan besar yang lan.. Di Desa Ciranjang, si tangan besi malik murak dan si golok racun Sastra jendra, yang sedang perang tanding karena masalah perempuan. Tapi begitu mendapat kabar bahwa sang pahlawan yang begitu berjasa dalam berlangsungnya roda Dunia Persilatan telah wafat bunuh diri karena diserbu pasukan kerajaan, serentak runtuh semangat tempur mereka, Akhirnya kedua orang itu berangkat bersama ke desa ciburial dengan membawa anak buah lain juga kawan-kawannya yang ditemui diperjalanan.
Ada orang lain lagi yang menerima berita melalui macam-macam cara, tanpa pertimbangan lain segera mereka berangkat menuju desa Ciburial.
339
Desa Ciburial adalah sebuah desa yang tidaklah terlalu ramai, tapi mendadak hari itu dibanjiri tamu dari penjuru negri, apalagi di tanah jawa ini masih banyak kaum persilatan dari negri lain yang belum pulang kenegrinya dikarenakan ada kejadian kemarin., yang paling beruntung adalah para pedagang kedai juga penginapan-penginapan. Seluruh penginapan telah penuh, bahkan beberapa diantaranya ada yan rela tidur dihutan. atau ditempat-tempat lain. Mereka juga tahu bahwa pada hari itu kerajaan telah diserbu orang hingga menjadi abu, tapi tak ada seorangpun yang peduli. tak ada seorangpun yang membahas tentang hancurnya atau sebab-musabab kehancurannya. Yang ada hanya cacian-cacian pedas terhadap kerajaan. Mereka malah bersyukur bahwa kerajaan mendapat imbalannya. Tanpa mereka sadari sosok lelaki bercaping lebar menitikan air matanya. bukan terhadap kematian Para Angota yang mati di tempat itu. melainkan menitikan air mata karena para Kaum persilatan mencaci maki kerajaan yang telah menjadi abu. Terdengar seseorang disampingnya yang juga memakai caping lebar berkata. ―Apakah sekarang yang mulia sadar, bahwa yang mulia telah menanam bibit dendam kaum persilatan terhadap kerajaan.‖
Yang dipanggil yang mulia itu tak menjawab, ia melengos dan berjalan meninggalkan tempat itu.
340
Rintik hujan basahi bumi, jatuh mengalir ketempat yang rendah. Angin bertiup perlahan membawa kesedihan dihati semua orang yang sedang mengelilingi kubangan besar di tempat itu. Satu-persatu Orang-orang itu mengangkut mayat-mayat yang telah di jejerkan ditanah lapang. dan dengan hati-hati di masukan kedalam kubangan itu. Satu-dua tiga empat........ dua ratu ratus duapuluh mayat telah dikuburkan ditempat itu, hingga tertinggal seorang mayat. Mayat Seorang pemuda tampan memakai jubah coklat dengan peralatan rubah.. dengan hati-hati mayat itu diangkut dengan sebuah bambu dan diletakan diantara mayat-mayat berjubah coklat yang lain. Tanah mulai di urugkan, menutupi mayat-mayat dalam kubangan itu. isak tangis kesedihan terdengar di tempat itu.
―Saudara-saudara sekalian, entah kesalahan apa yang menimpa seorang pahlawan bagi kita semua ini, sehingga harus mati diantara kesedihan, mungkin beliau bunuh diri dikarenakan tak sanggup lagi menhan derita atas kematian anggotanya yang lain. sungguh seorang pemimpin yang rela mati bersama anggotanya merupakan seorang yang gagah. Pihak Kerajaan sungguh terlalu, jika seandainya saat ini tidaklah menjadi abu mungkin kita dapat melampiaskannya dengan membumi hanguskannya. namun sungguh naas Kerajaan telah hacur menjadi abu. menjadikan kita ini kehilangan kendali akan pelampiasan dendam berdarah ini.‖
341
Seorang kakek-kakek berjubah Hitam berkata, kakek itu berwajah penuh kerut di telan usia. Sikapnya masih gagah dan tenang. Meski dalam dunia persilatan ia terkenal sebagaoi tokoh hitam yang ganas, namun saat ini bagaikan macan kehilangan giginya. Kakek itu terkenal dengan julukannya yang cukup seram, Bangkotan Demit Edan. Perkataan itu konstan saja membuat para pelayat menjadi bergemuruh laksana guntur di senja hari. Senja telah datang, malam mulai gelap. satu persatu pelayat itu meninggalkan tempat, hening mulai tercipta, malam semakin kelam. suasana seram diantara kepulan debu membuat merindingkan bulu roma siapapun. Sebenarnya apakah Aram dan kawan-kawannya telah mati? ataukah ? Permadani biru masihlah terbentang kcipak suara ikan masihlah terdengar syahdu. Kucium Aroma farfum garam mu. Deburan ombak perlahan menyapu sampanku. Sampan bambu harapanku. Wahai burung yang terbang disana, mendekatlah dan menari disini. Ku merindukanmu hm....suit..suitt..suiit..tut..trulut.
Siulan dan nyanyian merdu terdengar dari seorang pemuda belia yang tampoan rupawan, dengan hidung layaknya paruh gagak,
342
kulitnya putih bersih bak mutiara dari dasar laut, berpadu dengan pakaiannya yang hitam kelam. Pemuda itu memiliki bibir merah muda menantang dihiasi gigi putih yang berderet rapi. Mata Pemuda itu Merah darah dipayungi dengan alis sayap elang. sungguh Pemuda yang tampan luar biasa. Pemuda itu berdiri tegak menantang lautan diatas sebuah sampan dari bambu, matanya menatap lurus kepada burung-burung camar yang berterbangan menyambar ikan. Sampannya melaju kencang meski tak memakai layar apalagi dayung. bergoyang indah dipermainkan ombak yang sekali-kali menghantamnya. ―Uhuk....Uhukkk‖ Pemuda itu batuk batuk sambil memegang dadanya yang sepertinya terasa sesak. ―Akh, Daratan....Syukurlah... sudah seminggu ini aku berlayar mengarungi samudra ini...‘‘ Karena terlalu bergembira, pemuda ini tidak sadar bahwa secara tiba-tiba dibelakang sampannya sebuah gulungan ombak setinggi empat kaki menghantamnya, Byurrssss.... Pemuda itu terkejut, ia kehilangan keseimbangan dan terlempar kearah sebuah karang yang menonjol. hingga tak pelak lagi jidatnya terbentur keras.
343
Pemuda itu merasakan dunia berputar, pandangannya sayu, perlahan gelap..gelap..maka pingsanlah ia. Entah berapa lama telah berselang, akhirnya pemuda itu mulai mendusin, ia merasakan sakit luar biasa pada pundak kanan dan kirinya, ―Ughh‖ keluhnya lirih.. Semakin sadar ia merasakan pundaknya semakin sakit. ia sadar rasa sakit itu bukanlah sebuah khayalan. ia mencoba membuka matanya yang terasa berat. Setelah terbuka, hal pertama yang dilihatnya adalah sebuah batu yang saling menonjol diatas langit-langit gua dan sebuah obor diatas tulang kepala kerbau hutan. setelah pandangannya mulai terbiasa, ia melirik kearah pundak kanannya yang terasa sakit. ia mendelong, ia benar-benar kaget luar biasa, ternyata rasa sakit itu dikarenakan sebuah pasak dari kayu yang menembus tulang pundaknya membuat ia terkunci diatas sebuah pembaringan, Setelah merasakan dinginnya keringat didahi, Pemuda itu segera palingkan wajah kearah pundak kirinya, ternyata pundak kirinya sama halnya dengan pndak kanannya.
Keringat dingin mulai membanjir, perasaannya galau tak keruan. setelah beberapa saat ia mulai tenang, dan mengerahkan tenaga dalamnya, kali ini ia benar-benar telah mencapai kesedihannya, titik-titik air mata mulai menjatuhi pipinya.
344
Ternyata tenaga dalamnya ikut musnah. perlu diketahui, tulang pundak merupakan sbuah alat vital dari seorang pesilat, jika seorang pesilat terluka parah dibagian tulang pundak sama halnya dengan memusnahkan ilmu silatnya. Ia mencoba mengangkat kakinya, namun ia kembali mencelos, setelah diangkat. ia sadar kakinya diborgol dengan rantai, terbukti dengan suara gemerincingnya suara logam yang beradu. Bau Amis, apek, kelembaban dan bau aneh lainnya merangsang hidung pemuda itu, hingga ia hampir saja muntah. Dalam kesunyian di Goa itu, mendadak berkumandang gelak tawa aneh, yang membuat siapa saja yang mendengarnya terkencing-kencing ketakutan. Pemuda itu merasakan bulu kuduknya berdiri meremang. Tampak sesosok bayangan bagai hantu berkelebat masuk. bayangan itu ternyata adalah seorang kakek kurus tinggi,dengan jenggot sepanjang lutut berwarna perak. Dengan sorot mata jalang dan sadis kakek itu menatap kearah Pemuda itu. Senyuman puas dan sadis menghiasi bibirnya membuat pemuda itu tercekat.
Selangkah demi selangkah kakek ini maju menghampiri makin dekat. Dibawah penerangan Obor yang guram,kakek ini berambut kusut masai dengan muka pucat kurus. Pakaiannya yang sudah koyak-koyak sudah tidak kelihatan warnanya,
345
keadaannya begitu mengeriikan. Kakek itu menatap pemuda yang terbaring diatas pembaringan dengan tajam seperti orang yang menikmati karyanya sendiri. Dia jambak rambut kepala pemuda itu itu sehingga kepalanya menengadah. Dengan seksama dia awasi muka Pemuda itu, ―hehehe...sebuah bahan percobaan yang bagus, haha... dengarlah wahai dunia, aku Tabib Sesat Raga akan menciptakan seorang manusia yang lain dari yang lain. hahaha‖ Tawa itu bagaikan suara iblis yang haus akan darah, begitu mengerikan dan membuat bulu roma berdiri tegak, tapi tidak dengan pemuda itu. Pemuda itu hanya mengerutkan kening seakan berfikir sesuatu, mulutnya bergerak-gerak ingin bicara, namun mulutnya seakan bisu.. hingga ia hanya bisa mengap-mengap seperti ikan tak diberi air. Tiba-tiba Kakek-kakek itu mengeluarkan beberapa batang bambu kecil kecil dan runcing dari dalam lengan bajunya. dengan mendelik memerhatikan bagian-bagian tubuh dari pemuda yang terbaring lemah didepannya. kakek itu menusukkan bambu kecil itu di tengah dada Pemuda itu. ―Ukhhhgg‖ Pemuda itu mengeluh,
Rasa sakit seperti menusuk sanubari, mungkin saking kesakitan sekujur tubuh pemuda itu mengejang, bola matanya yang merah darah terbelalak lebar.
346
Tak berhenti begitu saja, kakek itu lalu menusukan bambu-bambu runcing itu dibagian tubuh yang lainnya, hingga total ada lima puluh batang bambu. Setelah puas dengan tusuk bambunya kakek itu kemudian mengeluarkan bumbung dari bambu dan membuka tutupnya, kemudian berkata.: ―Ini adalah air laut merah darah dari negri tandus sana, aku berbaik hati memberikan Cuma-Cuma kepadamu, jadi berterimakasihlah hahaha..‖ Setelah berkata, kakek itu mengucurkan air itu kedalam rongga-rongga bambu satu persatu, bau garam menyengat hidung, pemuda itu benar-benar kesakitan, garam yang bercampur dengan darah bagaikan tangan yang dicincang secara perlahan. Rasa sakit itu membuat tubuhnya kaku lalu jatuh pingsan. Darah segar tampak meleleh dari ujung bambu yang amblas itu setetes, dua tetes dan seterusnya membasahi tanah. Cahaya obor yang guram tampak terlalu redup untuk menerangi ruangan yang gelap pekat ini, kepekatan yang
menyiarkan bau amis dan anyir yang memualkan. Setelah puas dengan hasil karyanya, kakek itu perlahan meninggalkan pembaringan dengan tawanya yang khas. entah berapa lama waktu telah berjalan, digua itu tidaklah diketahui siang ataupun malam,
347
Pemuda yang terbaring dengan puluhan batang bambu itu mulai siuman kembali, sepertinya rasa sakit membuat pemuda itu sadar dari pingsannya, Sekujur tubuhnya telah basah oleh cairan merah, ia berkelojotan seperti kena ayan, mukanya yang putih kini pucat menampilkan rasa kesakitan yang luar biasa, apalagi darahnya disedot dengan cara yang sadis menambah kepucatannya. Matanya terpejam menahan sakit, darah kembali menetes dari ujung pembaringan membasahi lantai di bawahnya. Rasa sakit itu memang tidak tertahankan lagi, mulut Pemuda itu megap-megap. namun tak ada suara yang keluar dari tenggorokannya, tubuhnya masih terus mengejang, keringat darah terus bercucuran. Giginya yang gemerutuk menjadi sebuah paduan suara yang mengerikan dengan bunyi gemerincing rantai yang membelenggu kakinya,. Tap..Tap... bunyi langkah kaki terdengar, Pemuda itu mengeluh, ia sadar siksaan baru telah menantinya. benarlah saja bunyi langkah kaki itu memang Kakek yang menyiksanya itu. Setelah sampai di tepi pembaringan, kakek itu terkekeh kekeh.
―brukkk..brukkk..bruk.‖ Suara benda jatuh terdengar keras. setelah diperhatikan ternyata benda itu adalah seekor serigala sebesar anak kerbau berbulu perak belang hitam, seekor
348
rajawali sebesar kambing dewasa berbulu merah keemasan dan sebuah buntalan dari daun kelapa yang dianyam. ‗Haha... kau anak bagus, kau satu-satunya yang masih hidup setelah dicuci darah dengan digantikan dengan air laut merah..haha‖ kakek itu mencabuti puluhan bambu itu lalu disimpan disisi pembaringan. Kakek itu berjongkok mengambil sebuah selang dari bambu lentur, dengan hati-hati kakek itu menusukan selang itu di nadi pergelangan pemuda itu, begitu berulang-ulang sampai ada tujuh tempat penusukan. Kemudian kakek itu mengikat ketujuh selang dari bambu lentu itu menjadi satu. dan dimasukan kedalam bambu berukuran cukup besar. Setelah itu, bambu itu dimasukan kedalam tonjolan dibawah sebuah kendi. kakek itu lalu mengambil serigala itu dan menggoroknya dengan jari kuku sehingga darah serigala itu mengucur deras kedalam kendi. Setelah dianggap cukup, bangkai serigala yang masih mengucurkan darah itu segera di lemparkan kedalam sebua bak dari batu diatas kepala pemuda itu.
Selesai dengan serigala, kakek itu ternyata belum puas, ia segera mengambil Rajawali yang menggeletak pasrah ditanah. seperti halnya dengan serigala tadi, Burung rajawali itu diperlakukan sama halnya dengan serigala itu.
349
setelah selesai kakek itu mengaitkan tali kendi disebuah palang diatas pembaringan. (zaman sekarang itu disebut infusan) sambil tertawa terkekeh-kekeh lalu beranjak meninggalkan tempat itu. Pemuda itu tersenyum getir meski hanya sebuah garis tipis yang melengkung., matanya terpejam mengantarkan ia kedalam alam bawah sadarnya. ternyata pemuda itu pingsan diiringi dengan sebuah senyuman, benar-benar pemuda yang sangat aneh bin ajaib. segala hal pasti ada hikmahnya, itulah sebuah prinsip dari pemuda yang tergeletak pingsan itu. maka dari itu meski tubuhnya penuh dengan luka ia masih dapat tersenyum. senyuman seorang yang memiliki jiwa tegar. Entah berselang berapa lama kemudian, di tengah rasa kesakitan yang masih menyiksa dirinya pelan-pelan Pemuda itu siuman dari pingsannya, pelan-pelan dia buka matanya, Mulutpun mulai mengeluarkan rintihan perlahan, Sepertinya darah dari kedua hewan itu telah membantunya untuk memulihkan tenaga. Rasa sakit di pundak dan sekujur tubuhnya sungguh tak akan tertahankan oleh siapapun, tubuhnya seperti mati, tak berjiwa lagi, rasanya seperti linu, tapi bukan sakit juga bukan pegal, pendek kata bagaimana perasaan yang tercampur aduk sukar dilukiskan.
350
Siksa badan mungkin ia masih tahan, tapi siksa batin adalah yang paling hebat menimpanya, jiwanya benar merintih bahkan menjerit. Ingatan akan teman-temannya, kekasihnya, keluarganya terus berkelebatan dipelupuk matanya, ia benar-benar kehilangan arah, matanya menatap lurus dinding goa yang bertonjolan, tanpa sadar air matanya jatuh berlinang. ―Huahahaha, keh..keh ternyata orang yang aku pikir seorang lelaki sejati kini hanyalah sebuah mimpi, ternyata pemuda yang dihadapanku hanyalah seorang pengecut yang menangis hanya dengan sedikit siksaan hahah‖ Sebuah suara serak mencacinya. Pemuda itu tertegun, ia tak sadar bahwa sejak tadi seorang sedang memperhatikannya, diam-diam ia merasa malu, wajahnya memerah. ―Cis, Aku Aram Widiawan tidaklah akan menangis bila hanya mendapat siksaan seperti ini, aku hanya merindukan kawan-kawanku yang selalu menanti‖ Jawb Pemuda yang tak lain adalah Aram itu. ―benarkah?‖ ―cis, seribu siksaan darimupun aku masih sanggup menahan apalagi hanya seperti ini.
―hahaha.... ternyata kau memiliki jalu juga, hahan.. baik apa kau akan sanggup menerima yang berikutnya‖ ancam kakek itu sambil tertawa terkekeh-kekeh.
351
Kakek itu tiba-tiba bangkit dan mengambil sebuah pisau kecil di sisi tubuhnya. melihat itu Aram mengeluh dalam hati, ia menyesal harus terbawa emosi dari sikakek tapi ia tak sudi unjuk kelemahan. Dengan mengerahkan semangat 45 ia meneguhkan hatinya demi mendapat siksaan berikutnya lagi. Kakek itu dengan kecepatan laksana kilat mencabuti setiap bambu lentur yang menempel ditubuh Aram. Setelah beres kakek itu menancapkan pisau di dekat leher samping kiri lalu tertawa terkekeh kekeh sambil berbalik menuju keatas kepala aram, entah apa yang dilakukannya membuat orang bertanya tanya. Tapi, bagi Aram itu tak membuatnya bertanya-tanya ia yakin apapun itu, pasti merupakan media alat penyiksa bagi dirinya. Kakek itu berbalik, ditangannya terdapat empat buah macam benda bulat berlumuran darah merah segar, ―Nah anak muda, mata apa yang kau suka, mata rajawali atau mata serigala.. haha...‖ Ternyata benda bulat ditangan kakek itu adalah mata Rajawali dan mata Serigala tadi, keringat berjatuhan di dahi Aram, ia sadar target berikutnya adalah mata. mesih mending bila kakek itu membuatnya tak sadar lalu diambil, tapi bila Sikakek melakukan sesuatu yang lain?
352
―Menilik dari alismu yang seperti sayap elang biklah aku putuskan bahwa yang akan kau pakai adalah mata rajawali ini. hehe.. emch, akan lebih bagus bila pencangkokan mata ini bila pasiennya dalam keadaan sadar,,nah bersiaplah....‖ Putus Kakek itu sambil tertawa terkekeh-kekeh lalu menotok bagian-bagian tubuh Aram.. Tak selang begitu lama, kakek itu membentuk tangan kanannya menjadi hurup V dengan perlahan, tangan itu diturunkan kearah mata dan ditekan... Aram mengeluh kesakitan, ia ingin sekali meronta, namun jangankan meronta, berteriakpun susahnya selangit, nampaknya kakek itu telah menotok jalan darah kaku dan bisunya. darah keluar menetes dari sela-sela matanya, kedua bola mata itu perlahan keluar dari tempat kedudukannya. sampai suatu ketika kedua bola mata itu benar-benar keluar.... Sebuah benda kemerahan dari bola mata itu menjulur kedalam kedudukan mata itu. dengan menggunakan kuku jarinya benda seperti ari itu dipotong hingga putus. Rasa sakit Aram benar-benar tak tertahankan, ia ingin sekali terpingsan menerima siksaan itu, tapi harapan itu kembalui kandas, ternyata ada bagian tubuh yang tertotok membuat ia tak bisa pingsan.
Waktu terus bergulir cepat, tak terasa satu bulan menurut hitungan seorang pemuda yang terbaring lemah dipembaringan itu telah berlalu.
353
Selama satu bulan ini setiap hari dia disiksa dengan berbagai cara oleh kakek yang tak jelas asal usulnya itu, sebetulnya tubuhnya sudah pati rasa, namun setiap kali dikala napasnya sudah kempas-kempis. Kakek itu selalu memberi minum darah dari dua buah hewan yang telah di simpan darahnya membuat ia bisa mempertahankan hidupnya. Selama satu bulan ini, dia sudah mengalami siksaan lahir batin, siksaan paling keji diunia sekalipun ia telah mencobanya. Keadaannya sudah tidak segagah, setampan serta selincah sebelum datang ketempat itu, Aram Widiawan sang pahlawan yang dipuja oleh umat persilatan kini tinggal kulit membungkus tulang saja, tubuh yang dulu kekar putih mulus tanpa cacat kini dipenuhi oleh luka sayatan, Sekujur tubuhnya kecuali muka kini hakikatnya tak ada tempat yang tak dihuni luka sayatan. luka adalah pelipur laranya, sakit adalah kawan sejatinya. kini setiap tubuhnya disayat pisau ia tak perlu menjerit ia benar-benar pati rasa. ―kau benar-benar anak baik....‖ kakek itu tersenyum, senyum yang begitu lembut menenangkan jiwa membuat pemuda itu laksana diguyur es dari kutub selatan. Ditangan kakek itu tergenggam cambuk berduri dari sebuah akar pohon. dengan diiringi desingan nyaring cambuk itu menggelepar pemuda yang terbaring diatas pembaringan,
354
―Ctarrrrr‖ ―ukhhh‖ Ctarrrr‖ Aram mengeluh, mulutnya tergagap, bibirnya gemetar, napasnya juga sudah senin kemis, Dalam keadaan setengah sadar, lapat-lapat Aram bergumam dan mata yang tertutup dengan kain itu menatap wajah Sikakek. Sikakek terbahak-bahak dengan ulahnya, lalu berkata: "bicaralah anak muda..." Perintah kakek itu. Selama dia telah disiksa setengah bulan akhir-akhir ini oleh Kakek itu, didalam hati kecilnya Aram telah memikirkan sesuatu yang akan menentukan masa depannya. Ia akan bertaruh dengan masa depan melalui sebuah perkataan. ―Kita berdamai...‖ hanya itu yang mampu ia katakan saat ini, sebab tubuhnya sudah tak mengizinkan, ia pingsan tergeletak lemah. Kakek itu tertegun, lama ia melamun, setelah menghela nafas keras ia berjalan terseok-seok menuju bangku disamping kiri pembaringan, dibangku itu kakek aneh ini duduk melamun memikirkan dua patah kata pemuda yang selama ini ia siksa.
Selama sebulan ini ia benar-benar tersentuh dengan korbannya itu. selama penyiksaan dari mata pemuda itu tak ada rasa dendam yang terpancar, selama pencangkokan mata pun pemuda itu hanya menunjukan rasa sakit saja tanpa hawa dendam dan haawa kebencian.
355
Waktu adalah sesuatu yang tak bisa dihentikan, ia tetap berjalan seiring dengannya putaran bumi. begitupula ditempat itu, dikala sikakek melamun ia tersentak kaget dengan sebuah lenguhan orang yang tersadar dari pinsannya. ―Ukghhhhh‖Suara itu begitu lirih dan menyayat hati siapapun yang mendengarnya, meski sikakek memiliki hati sekeras baja, mendengar lenguhan itu tak urung ia menghela nafas panjang juga. ―Apa yang akan kau damaikan anak muda..keh..kehh..‖ kakek itu berbicara lantang dari tempatnya duduk. ―izin...izinkan ak..aku bergerak beb..bas..dan dalam wak...waktu ber...kala kau bol...eh meny..yiksaku kem...kembali‖ Aram menjawab dengan disertai sengalan-sengalan menahan sakit. ―hahah...permintaanmu itu sudah aku duga anak muda,...‖ Kakek itu berkata sambil tertawa terbahak-bahak, sementara hatinya merasa kagum juga dengan insting pemuda itu, ia tak menyagka pemuda itu akan mengatakan dirinya siap mdisiksa kapanpun dia mau. ―Apakah syar...atnya?‖ pemuda itu berkata lirih. kakek itu kembali tertegun, belum ia mengatakan bahwa ia memiliki syarat tertentu pemuda itu sudah mampu mengatakannya.
―Tampaknya, Pemuda ini memiliki kecerdasan yang luar biasa...hemm...baiklah aku tak bakalan sungkan‖ Kakek itu membatin,
356
―Syarat Pertama, setiap hari kau harus mengisi bak air didepan, kedua kau harus mematuhi perintahku, tak ada kata menolak, dan yang terakhir syarat lainnya akan kukatakan dalam setiap kondisi yang memungkinkan (Kondisional). bagaimana.?‖ Pemuda itu tak menjawab ia hanya mengangguk lalu tiba-tiba mengejang dan menggeram... ―Geerrrrr....Auuuuuuuuummmm...Keeeaaakkk‖ pemuda itu bergetar hebat, pasak yang menempel ditubuhnya mencelat dan menancap di langit gua. Tubuhnya bergulingan kekanan kekiri. mulutnya tak berhenti mengeak dan mengaum..ia mengaum hebat membuat gua itu bergetar, Tubuhnya meringkuk, lalu diangkat mengambil posisi merangkak, tangannya mencengkram lantai gua dengan erat, dari punggungnya muncul tonjolan besar dan semakin besar, dari tonjolan itu muncul bulu-bulu hitam, jrett,....debu mengepul, angin dari kebasan tonjolan daging itu berhembuscukup kencang sehingga menutupi tubuh pemuda itu.. Sebenarnya apa yang akan terjadi dengan Pemuda itu?........ DEBU mengepul tebal menutupi gua dimana tinggal seorang pemuda dan seorang kakek yang memiliki sifat aneh luar biasa,
Digua itu tampak seorang kakek duduk disebuah bangku tanpa bergeming dengan senyuman puas. dihadapannya debu mengepul dengan tebal dan perlahan lahan memudar, samar-samar sebuah sosok manusia dengan sayap dipunggungnya .
357
Debu mulai menipis, perlahan-lahan menghilang, sebuah sosok aneh tampak dari kepulan debu itu. Sosok itu merupakan seorang pemuda tampan dengan mata Seekor Rajawali, Dipunggungnya sebuah sayap hitam keemasan terbentang setengah terbuka. Rambut Pemuda itu berwarna Perak, sama halnya dengan sebuh benda aneh dipantatnya, ternyata pemuda itu memiliki sebuah ekor mirip serigala. Pemuda itu tampaknya tertegun dengan kondisi tubuhnya, ketika ia membuka bibirnya yang semerah darah dua buah taring runcing tersembul dari bibir itu. Perubahan itu tidaklah lama, hanya sekitar seperminum teh saja, Pemuda yang tak lain Aram itu terhuyung dan menggeletak dilatai gua dalam keadaan pingsan, tubuhnya kembali normal, sayap itu dengan ajaibnya masuk kedalam tubuh pemuda itu. Kakek itu terbahak-bahak dan bangkit lalu memegang kaki pemuda itu, dengan diiringi kekehan mengerikan kakek itu menggusur pemuda itu hingga keluar dari gua, Seberkas sinar mucul dari luar gua, menyinari gua yang gelap itu. setelah diluar keadaanya terbanding terbalik dari kondisi dalm gua, suatu pemandangan indah terbentang didepan mata.
ternyata gua itu berada didalam sebuah puncak gunung mati. dibawah lereng bergunduk-gunduklah bukit-bukit hijau dikelilingi oleh pohon-pohon rindang,
358
Sebuah aliran sungai dari kejauhan bagaikan ular yang sedang berjalan. dibukit lain terlihatlah sebuah air terjun menggaris putih lurus indah. Keindahan itu bagaikan suatu nirwana didunia, indahnya bukanlah kepalang. tapi disana terasa begitu hambar, tidaklah memberikan kesejukan yang berarti, disana tak ada kehidupan, tak ada burung ataupun hewan lainnya, begitu sepi.. Pohon-pohon tidaklah meliuk, bergoyangpun tidak. ternyata disana tak ada ANGIN, entah bagaimana kedua manusia tu bisa bernafas didalam sana. ―Uhuk...Uhukkkk...‖ Suara orang batuk berkumandang di gunung itu. Suara batuk itu sangatlah tidak lazim, karena suara batuk itu seperti orang yang kebanyakan minum air. disebuah kubangan seluas delapan tombak persegi seorang pemuda tampan terbungkuk-bungkuk sambil memuntahkan air. Dalam kubangan itu, airnya tidaklah seperti kubangan biasa, Air itu berwarna kuning kunyit. namun bening. ―Berhenti MAIN AIR, naiklah kedaratan bocah...‖ Suara serak menegur Pemuda itu. Dengan segenap kemampuannya pemuda itu berusaha menaik kedaratan, Setelah berhasil ia merangkak menuju mulut gua.
―Ukh, Setelah beberapa lama di pasak dipembaringan ternyata berjalanpun susahnya minta ampun‖ gerutu pemuda itu.
359
―Brakkkkk‖ Empat buah cangkang buah maja, tergeletak dihadapannya. ―lekas ambil air, penuhi bak itu‖ Teriak seorang kakek diatas mulut gua. ‗‘Hah,.....‖ mulut pemuda itu kembali menganga. ―Aku bilang lekas ambil air....‖ ―Dalam kondisi tubuh seperti ini?‖ ―Ya,‖ ―Serius...‖ ―tentu‖ ―Huh, baik tapi,‖ ―Tapi apa lagi heh?‖ ―Dimana?‖ Pemuda itu kembali bertanya membuat sikakek mencak-mencak tak keruan. Dengan setengah membentak kakek itu kembali menjawab. ―Dimana apanya heh?‖ ―Airnya....‖
360
―Ooohhhhh‖ mulut kakek itu membulat. ia bangkit dari silanya dan meloncat sambil bersalto satu dua kali diudara. ―kau lihat bukit itu..!‖ kakek itu menunjuk sebuah bukit dilereng gunung. ―Yah,..‖ jawab sipemuda. ―Dari bukit itu, kau berjalan sekitar dua mil. kekanan hingga kau sampai dipinggir sungai dengan air hijau.‖‖ ―baik aku berangkat kesana sekarang‖ Pemuda itu mulai merangkak. ―Tunggu...‖ ―Apalagi?‖ ―Darisana kau menuju ke selatan sampai kau menemukan batu jembatan., kau lewatilah sungai itu lalu berangkatlah ketenggara hingga engkau menemukan air mata biru. darisana kau masuklah kedalam gua hingga kau menemukan air putih, seputih susu. Ambilah air itu.‖ ―haitt...? kau gila?‖ bukankah air disana! atau air yang kau bilang biru dan hijaupun air...?‖ Pekik Pemuda itu. ―hem, setitik saja air itu menetes dikulitmu, maka tubuhmu akan melepuh hingga menjadi tulang,.‖ ucap sikakek sinis.
361
Diam-diam pemuda itu merinding sendiri, tanpa pamit lagi ia berjalan merangkak menuruni puncak gunung dengan membawa empat buah cangkang buah maja. Baru saja sepuluh duapuluh rangkakan kakek itu kembali menegur. ―Tunggu..!‖ ―Apalagi sih kek..‖ ―Siapa Namamu?‖ Kakek itu bertanya membuat pemuda itu melengak. ―Aram, Aram Widiawan. dan kakek?‖ Aram balik bertanya. ―cih, bocah sekali lagi kau tanya namaku kupenggal kepalamu, aku Rajadiseta pailing benci jika ada orang menanyakan namaku.‖ Pemuda alias Aram itu tertawa geli, ia heran.. jika orang lain menanyakan namanya ia malah mengancam. tapi ia malah membocorkan namanya sendiri tanpa sadar atau memang sudah kebiasaan. Karena Kakek itu tak bertanya-tanya lagi, Aram mulai mengumpulkan semangat dan keteguhan hatinya, ia mulai merangkak lagi menuruni lereng.
362
Karena ia merangkak yang tentu saja lebih lambat dari biasanya, setengah hari ia hanya mampu menuruni seperempat lereng gunung. benar-benar sebuah kemunduran yang luar-biasa. Jika dulu ia mampu melewati beberapa mil hanya beberapa jam, kini ia perlu waktu setengah hari hanya mampu berjalan satu setengah mil. ―Ukh,..... Ya tuhan.. Aku yakin kau memberiku cobaan seperti ini untuk menurunkan kesombonganku, kecongkakanku yang merasa memiliki ilmu yang tiada taranya. kini aku sadar wahai tuhanku... aku hanyalah seorang manusia yang hanya mampu berjalnpun memerlukan tuntunanmu...‖ Aram berdoa dengan menyenderkan punggungnya disebuah pohon, lutut dan telapak tangannya sudah mulai berdarah, keringat berketel-ketel membasahi tubuhnya yang telanjang dada. Nafasnya sudah ngos-ngosan tak beraturan. matanya yang setajam rajawali berkeliaran di kelopak matanya. Aram yang memiliki mata baru mulai membiasakan diri dengan mata itu. Ia merasakan bahwa mata itu lebih tajam daripada mata yang ia miliki sebelumnya. dengan memusatkan segenap rasa dan ciptanya menuju arah mata Aram mulai setitik benda. Tubuhnya bergetar ringan. menyatakan bahwa ia kaget dengan hasilnya.
―Gila...tak kusangka jarak beberapa mil dapat kulihat dengan mataku....‖
363
Tak berasa setengah peranakan nasi telah berlalu, akhirnya Aram mulai sadar dari keasyikannya, ia segera mengaitkan tali buah maja pada lehernya dan mulai kembali merangkak. hari mulai temaram, menyelimuti dunia.. Aram terus merangkak meski tubuhnya sudah tak kuat lagi merangkak, lututnya terasa perih tangannya terasa pedas, Rasa pegal sudah menyelimuti tubuhnya, tapi ia merupakan seorang yang teguh, meski tubuhnya telah mencapai batas kemampuan ia masih merangkak hingga ia tergelaetak pingsan kecapaian. Semuanya gelap dan sunyi, tak ada nyanyian malam tak ada suara binatang malam, semuanya sunyi seperti kuburan. Aram yang tergeletak pingsan mulai sadarkan diri, ia mencoba mengerjapkan matanya, mata setajam rajawali itu bersinar-sinar dalam kegelapan dengan mengerahkan segenap kemampuannya kembali ia mengambil posisi merangkak. Lapat-lapat sinar mentari mulai menerobos dedaunan, rupanya fajar telah datang, ―Ukhhh....‖ Suara keluhan dari bibir seorang pemuda tampan dengan lutut dan telapak tangan berlumuran darah. disebuah bukit kecil yang ia tuju. Pemuda yang tak lain Aram itu mengeluh menahahan sakit ditubuhnya.
Sebenarnya ia bisa saja memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri, dengan begitu ia bisa selamat dari siksaan kakek aneh itu lagi. Tapi, Aram adalah sesosok pemuda yang memiliki jiwa yang lain dari yng lain.
364
Ia Paham bahwa sebenarnya kakek itu bermaksud baik kepadanya, meski tubuhnya sudah hancur dijadikan bulan-bulanan kakek itu Aram tetap mempercayai sikakek. Rasa percaya itulah yang membuat ia mampu menghirup kebebasan dari pembaringan, ia sadar jika ia terus berbaring, lama-lama syarap tubuhnya melupakan cara berjalan... Terbukti dengan keadaannya sekarang, ia harus merangkak menahan sakit hanya untuk mengambil setetes demi tetes air yang tempatnyapun ia belum mengetahui. ― Dua mil kekanak, dua mil kekanan....‖ Mulut Aram bergumam lirih sambil kembali merangkak, ia merangkak menyusur hutan belantara menuju kearah timur terus dan terus hingga tengah hari ia baru sampai di Sebuah sungai berair hijau. Pemuda itu bena-benar terpesona dengan keindahan air tersebut, di barat sungai sebuah air terjun berwarna hijau bercucuran menju sungai, benar-benar pemandangan yang sangat indah. Seandainya ia tak diberitahu bahwa sungai itu mengandung racun yang dahsyat ia pasti sudah menerunkan diri berenang sambil meminum airnya sepuas-puasnya. Sambil menghela nafas panjang pendek Aram kembali merangkak menuju selatan sungai, benar-benar perjaklanan yang sangat melelahkan.
365
―Teman-teman, ayah, guru nenek, Hong moay, doakan aku bahwa aku bisa melewati semua ujian ini..‖ Sambil merangkak pemuda itu berdoa, air matanya bercucuran, Kondisi saat ini benar-benar menggenaskan, bajunya hingga tinggal cawat, darah bercucuran dijalanan, keringat berketel-ketel, nafas tak beraturan, ―Akh...Kakek itu benar-benar gila,....‖ Aram mengumpat, dihadapannya terbentang sungai sepanjang dua puluh tombak dan batu yang menjadi jembatan melintang diatas air tenang. yang jadi masalah adalah bahwa jembatan itu lebarnya hanya satu jengkal orang dewasa, Aram benar-benar kebingungan jika ia melewati jembatan itu, salah-salah jiwanya bakal melayang. Apakah Aram dapat melewati jembatan itu dan sampai di Mata air biru hingga mendapatkan air seputih susu? ―OTAKMU MEMANG SECERDIK rubah bocah sialan, kau memang cerdas, memanglah aku belum cukup merubahmu, ngomong ngomong kau sudah tahu kau sedang berada dialam mana?‖ ―Tidak..‖ Aram menjawab dengan riang, memang itulah yang sejak lama ia nantikan jawaban itu. ― Ini Adalah alam Perbatasan Antara Manusia dengan Makhluk Ghaib., bukankah kau merasakan di Alam ini tak ada angi n yang bergerak...?‖
366
Aram tak menjawab, ia hanya mengangguk sajalah sebagai jawabannya. tiba-tiba kakek itu bangkit dan berkata : ―Bocah, ikutlah denganku....‖ tanpa menunggu apa-apa Kakek itu segera berbalik menuju gua. Melihat itu, Aram segera mengekor dengan membawa paha Kijang yang masih berlumuran darah, setelah berbelok-belok akhirnya mereka sampai juga disebuah ruangan. Aram terkejut, karena ia belum pernah melihat ruangan itu sebelumnya. yang membuatnya lebih terkejut adalah disana terdapat empat orang perempuan yang sangat cantik jelita bak bidadari dalam keadaan setengah telanjang. Tangan mereka diikat keatas sebuah pembaringan sementara kakinya diikat kebawah pembaringan, mereka menangis dengan tersedu-sedu. Aram benar-benar kebingungan dengan ulah sikakek, entah apa yang akan dilakukannya lagi. Aram tak berkata apa-apa, ia hanya memandang sikakek dengan sejuta tanya. ―Kau tahu siapa mereka?‖ Sikakek bertanya. ―Tidak...‖ ―Mereka adalah empat selir raja Agung Prahasta, raja dari Kerajaan Swargaloka di Alam Jin.‖ dingin saja Kakek itu berkata.
367
Aram hanya setengah mempercayai sikakek, bagaimanapun selir raja selalu dijaga ketat oleh pengawalnya, apalagi tidak mustahil mereka memiliki kemampuan diatas pengawalnya. Hanya satu yang ia pahami, Sikakek ingin membuat tubuhnya setengah gaib. mengenai caranya aram masih blang tidak mengerti. Kakek itu segera mendekati si Perempuan pertama, tangan kasarnya diulur dan akhirnya ia dapat memegang gundukan indah itu, dengan sedikit remasan dari puncaknya keluarlah cairan putih. dengan diiringi jeritan marah siempunya. ―Nah bocah, kau lihatlah cairan putih ini.. kau harus menghisapnya...‖ ―Heh, tapi...‖ Ger.... sepertinya kakek itu jengkel dengan penolakan Aram, segera ia memegang leher perempuan itu dan menotok urat dilehernya. ―Heh, Lekas kau paksa bocah itu atau ku ceburkan anakmu kedalam sungai hijau‖ Ancam sikakek. Perempuan itu ketakutan, dengan terisak-isak ia menjawab...: ―Baik,-baik, jangan jangan kau bunuh anakku... nah anak muda tampan lekaslah kau lakukan apa yang diminta sikakek..‖ ―Tapi..‖ Aram masih Ragu.
368
―Lekaslah.. apakau ingin membunuh anakku pula..‖ Teriak perempuan itu. Mendapat tekanan dari sana sini akhirnya Aram melangkahkan kakinya dan mendekatkan bibirnya kepuncak bukit perempuan itu. Perempuan itu meramkan mata, tubuhnya bergetar ketika ia merasakan puncaknya dihisap... ―Nah, bocah dengarlah.. dipojok sana ada keranjang berisi bayi, setiap mereka menangis kau harus menyusukan mereka pada ibunya, namun karena kau pun ikut menghisap maka kau berikanlah air yang seputih susu itu kepada ibunya. nah balikan tubuhmu...‖ Aram membalikan tubuh dan plakkkk ukhhgg... Tubuhnya mundur selangkah, didadanya terjiplak empat jari milik sikakek... ―Jari itu adalah pemantau apakah kau menuruti perintah ku apa tidak, setiap kiau menghisap air susu dari satu orang maka jari itu akan menghilang.‖ setelah berkata demikian kakek itu beranjak keluar ruangan sambil mengibaskan tangannya. ―Ukh...ukh..ukh...‖ tiga teriakan dari tihga orang lainnya terdengar, sepertinya sikakek membebaskan suara mereka sepenuhnya. Aram termangu-mangu disisi pembaringan, ia tak menyangka sikakek bakal menyuruhnya menyusu seperti bayi,
―Tampan apa yang sedang kau pikirkan...?‖ Perempuan pertama menyadarkan Aram yang sedang termangu-mangu.
369
Aram benar-benar kaget, dengan terbata-bata ia menjawab: ―Akh..tidak.. tidak ada apa-apa..!‖ ―Lihatlah tubuhmu tampan, apakah kau sering mendapat siksaan dari kakek itu? kau turutilah apa yang dikehendakinya agar kau tidaklah mendapat siksaan lagi‖ Aram benar-benar terharu dengan kebaikan perempuan itu, ia menganguk-angguk ―Nama saya Aram, siapakah nama kakak bertiga... ― Aram mencoba basa-basi, perempuan pertama yang memiliki wajah oriental dengan tahi lalat di dagunya dengan pakaian indah serba hijau meski bajunya itu menyibak lebar di lengan sampai pinggulnya menjawab sambil memperkenalkan yang lain, karena yang lain masih asyik menangis.. ―Namaku Paramitha disebelahku yang memakai pakaian kuning bernama Parahusanti, disebelahnya yang memakia pakaian merah muda bernama Paraseja, dan yang terakhir yang memakai pakaian biru muda bernama Parakusti dialah yang paling muda diantara kami,‖ Parahusanti memiliki wajah cantik manis berkulit kuning langsat mulus, dibelahan dadanya tersebar banyak tahi lalat menggairahkan setiap yang melihatnya, wajahnya sayu menambah keayuannya.
370
Paraseja juga tak kalah cantiknya dengan yang lainnnya, diantara semuanya dialah yang memiliki bukit paling besar, matanya jeli bersinar nakal, sepertinya dia memiliki sifat yang sedikit binal dan liar. Sedangkan Parakusti memiliki wajah cantik kekanak-kanakan, matanya jeli berhidung mancung, kulitnya hejo carulang dadanya sekal dan indah, diantara halis kanannya tahilalat kecil menghiasi kulitnya. Aram tundukan kepalanya, ia merasa kikuk berhadapan dengan empat wanita itu, meski ia pernah tidur dengan perempuan, tapi, ia belum pernah berhadapan langsung dengan tiga gadis langsung. ―Lekaslah anak muda, bukannya aku tak memiliki harga diri sebagai istri orang, namun keselamatan anakku lebih berharga..‖ Paramitha memelas. Dengan hati dag-dig-dug Aram kembali mendekatkan bibirnya dibukit milik Paramitha, Air itu rasanya hambar namun segar... lama ia menghisap, sementara Paramitha terlihat menggelinjang-gelinjang seperti cacing kepanasan. Aram berhenti, dia melihat sebuah bekas jari di dadanya telah hilang, sementara Paramitha masih mengap-mengap, seperti ikan mas. Setelah menenangkan kondisinya Paramitha segera menyuruh Aram melakukan kepada lainnya.
371
―maafkan aku...‖ Desis Aram kepada Parakusti, Parakusti tampak memejamkan matanya yang jeli kekanak-kanakan, wajahnya semu merah menahan malu dan gairah. Setelah menunaikan tugasnya Aram segera menutupkan baju mereka, dari sinar mata mereka tampak sebuah titik kebahagiaan dalam sebuah bentuk. Aram berjalan kepojok ruangan, ia melihat disana empat orang bayi yang sedang menangis, dengan hati-hati ia memangkunya dan membawa keibunya. dengan sedikit singkapan bayi itu menyusu dengan lahap sekali. Begitulah berturut-turut, terakhir ia membawa air yang dibawanya dengan susah payah, ―Kak, bukalah mulutmu....‖ Aram memerintah, tanpa perlawanan mereka meminum air itu. ―Akh, ....‖ Aram menguap, ia duduk dihadapan Paramitha, dengan menelungkupkan kepalanya Aram tertidur dengan nyenyak. Malam demi malam, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, genaplah Aram tinggal bersama mereka dalam 2 tahun.
Fajar sampai pagi ia mengambil Air, dalam hari ini, kelincahannya telah kembali, ia tak perlu lama untuk mengambil
372
air, cukup satu kentungan ia sudah kembali kegua. bisa dibayangkan kecepatan geraknya hari ini, Pagi sampai Tengah hari ia mendapat siksaan dari sikakek, kadang dicambuki, kadang disayat dan sebagainya. Tengah hari sampai malam ia berlatih kembali, melatih setiap ilmunya yang ia lupakan. Tengah malam ia segera menemani empat selir raja jin yang disekap sikakek, kini keempatnya tak lagi disekap seperti dulu, saat ini mereka melayani Aram dengan hati riang gembira, bahkan bukan hanya menyusu saja, bagaimanapun merek membutuhkan sentuhan biologis, dan yang bertugas melayani mereka adalah Aram, Sipemuda kita. Waktu datang dan pergi. Roda kehidupan terus ber-jalan tanpa ada yang dapat menghentikannya. Sejak Kematian Para Pendekar Merdeka yang berani unjuk taring menentang kejahatan Panji Telapak Perak, munculah sebuah organisasi yang lebih mengerikan dan menakutkan, Hari-hari makin tersaput warna merah karena terlalu banyak darah tertumpah. Tidak hanya membumi hanguskan kerajaan,. Tapi, juga membantai setiap umat persilatan yang menentang, lima perguruan utama disegel, kaum persilatan dilarang berkelana,
373
Pembantaian terjadi dimana-mana, seluruh penduduk seantero tanah jawa ketakutan. Di setiap tempat dan di setiap waktu terjadi pemerkosaan, kematian ataupun kejahatan lainnya. Isak tangis pilu para korban yang teraniaya ataupun yang kehilangan keluarganya kini merata, bukan hanya terjadi ditanah jawa saja, seluruh pelosok nusantara dan tanah sebrang merasakan dampaknya. Saat ini, dunia persilatan maupun masyarakat biasa membutuhkan sosok pemimpin, sosok pemimpin yang dapat melawan sebuah organisasi itu. Tak ada lagi kebahagiaan dimata mereka, anak-anak seperti sampah yang berserakan, mereka tampak berkeliaran dimana-mana meminta perlindungan, tubuh mereka krus kering. Sementara itu, di sebuah Alam lain, seorang pemuda tampan bertelanjang dada tampak sedang bersemadi dicelah-celah tebing yang mengapit, kakinya terpentang menahan berat tubuh, tangannya dirangkapkan didada seperti menyembah, Pemuda itu tak lain adalah Aram adanya. Setelah beberapa tahun tahun menjalani kehidupan di alam perbatasan, sekarang dia sudah menjadi pemuda yang matang, tubuhnya berbadan tegap berotot.
Rambutnya perlahan berubah warna menjadi berwarna perak . Wajahnya yang tampan dihiasi alis mata yang menukik bagai sayap elang, matanya tak lazim bagi seorang manusia, sebab mata itu persis layaknya mata seekor rajawali.
374
dipunggungnya muncul sebuah sayap lebar, masing-masing sepanjang tiga tombak. dari kedua kakinya yang terpentang muncul ekor serigala berwarna perak. Dengan sekali sentakan dan suitan nyaring tubuhnya melesat keatas, ia terbang bagaikan seekor rajawali perkasa, wusssshh... ia terbang melintasi tebing-tebing yang menjulang, himpitan tebing sempit tak menghalanginya, danau sungai hutan ia lintasi dengan kecepatan angin. Lama ia berputar-putar diudara layaknya rajawali mencari mangsa, setelah menemui titik temu ia melesat menukik rendah menuju sebuah puncak dimana puncak itu berdiri lima sosok berbentuk manusia. ―Jleegggg...‖ Ia mendarat dahsyat di tempat itu, debu mengepul tinggi, tanah yang dipijaknya bergetar ringan. Setelah debu menghilang munculah seraut wajah tampan berambut hitam. sayap dan ekornya menghilang entah kemana. ―Aram, kemarilah.....‖ suara serak-serak basah seorang lelaki tua menyapanya. ―Baik, kek....‖ Aram menyahut. ―Duduk‖ Kakek itu memerintah. Aram akhirnya duduk diiringi empat sosok yang lainnya. Akhirnya kakek itu mulai membuka pembicaraan.
375
―Dalam masa penyempurnaannya sebagai manusia berdarah setengah gaib, setengah hewan aku tak pernah mlihat kau berhenti berlatih, tak jarang aku menyiksamu hingga kau pingsan tak sadarkan diri. tapi, kau tak pernah mengeluh... ataupun mendendam. kini waktunya telah tiba, mulai besok kau boleh pulang kealammu‖ ―Hah....Secepat itukah?‖ Aram menitikan air mata. ―Apa yang harus kau laukan dialammu Aram..‖ kakek itu bertanya. ―menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai..‖ ―kapankah kau harus menyelesaikan pekerjaan itu?‖ ― Dalam jangka dua tahun....tapi, sekarang sudah dua tahun setengah‖ Aram bersedih. ―Kau jangan khawatir, satu tahun disini sama dengan satu bulan dialammu‖ kakek itu berkata. ―Akh...‖ hanya itu yang mampu ia ucapkan, ―Kek, dapatkah aku menyambangimu kembali?‖ ―hahahaha.........uhuk..uhukk...‖ kakek itu tertawa-tawa sampai ia batu-batuk dan memuntahkan darah segar.
"Dengarkan baik-baik, Aram. Rasanya saatku sudah tiba..., Besok, di saat fajar menyingsing, kau harus meninggalkan pulau
376
di Alam perbatasan ini. Saat itu kau tidak akan menemukan aku lagi." "Huffzzz " Entah mengapa Aram tidak terkejut dengan ucapan sikakek, hanya elahan nafas yang ia perdengarkan.. "Kau memang cerdik, Aram! Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan kembali pada pencipta-Nya. Mereka semua juga akan mati dan hancur kembali ke asalnya. hanya cara dan waktu saja yang membedakannya.!" Ucap kakek itu diplomatis. ―Aram! Seluruh hidup dan nyawaku telah aku habiskan untuk melakukan penelitian, sembilan ratus tahun duapuluh purnama, tigapuluh hari dua belas kentungan aku terbenam dalam ambisiku, entah berapa jiwa yang melayang akan ulahku.... dan sekarang, sekarang ambisiku telah selesai,... terimakasih.. atas segala pengorbananmu.‖ Kakek itu menjelaskan sambil menangis. Aram tidak bisa berkata-kata apa-apa. Dia hanya bangkit dan memeluk kakek itu. "Aram...," panggil kakek itu pelan. "Ya, Kek!" sahut Aram seraya melepaskan pelukan dan kembali ketempatnya semula.
"Jangan kembali lagi ke pulau ini, lakukan tugasmu, jangan menyia-nyiakan ambisiku.... saat fajar menyingsing kau boleh pergi dari Alam ini." pesan Kakek itu .
377
"Baik, kakek..." ―Aram....‖ Seorang perempuan cantik berbaju serba hijau alias paramitha menyela. ―ya, kak...‖ ―Ini... maafkan kami hanya mampu memberikan ini...‖ Parahusada memberikan sebuah baju berwarna hijau. lengkap dengan jubahnya. ―Mari, engkau aku bantu pakaikan jangan hanya memakai ca wat saja...hihi‖ Parakusti cekikikan. ―Haha...‖ Aram tertawa malu. Akhirnya aram berangkat masuk kedalam gua bersama dengan Parakusti. ―tunggu‖ Paraseja mencegah. ―Ada apa Teh?‖ Parakusti keheranan. ―Rasanya aneh, bajunya bagus, sementara orangnya kotor, jadi sebaiknya kita mandikan dahulu baru ganti bajunya.‖ usul Paraseja.
―Aha, ide bagus,. mari...‖ Parakusti menyeret Aram ke kubangan air berwarna kuning, meski air itu kuning tapi air itu tidaklah membuat tubuh kuning. air itu tidaklah begitu jau dengan air biasa di alam manusia.
378
―brett,...‖ dengan sekali jambret cawat yang dipakai Aram ditarik paksa, pakaian satu-satunya itu kini lepas sehingga kini Aram telanjang tanpa selembar benangpun. Dengan riang gembira Parakusti dan Paraseja memandikan Aram, sekali-kali canda tawa mereka kerap terdengar. Paramitha dan Parahusada menyaksikan sambil tertawa-tawa menyaksikan ketiganya mandi dengan sekali-kali terdengar rintihan nikmat. Kakek yang tadi duduk bersama Paramitha dan Parahusada kini menghilang entah kemana, dia menghilang raib bagaikan angin. ―Akh, sudah kak, aku sudah lelah...‖ Aram memelas. ―hihi...., bilang saja pengen langsung kepuncak‖ goda Paramitha disusuli tawa yang lain. ―Kusti, bawa saja ke Gua, kita keroyok didalam..‖ teriak Parahusada. ―Baik...‖ Tanpa ba-bi-bu lagi Parakusti membawa Aram kedalam gua, disana mereka mempuaskan birahi, bagaimanapun mulai esok hari, mereka tidak bakalan berjumpa lagi, Dengan semangat Aram menciumi leher jenjang parikusti, meski mereka adalah makhluk yang berbeda, namun perlu diketahui, Jin adalah makhluk gaib yang tak kasat oleh mata,
*Pada dasarnya bentuk rupa Jin tidak banyak berbeda dari bentuk rupa manusia, yaitu mereka memiliki jenis kelamin, memiliki hidung mata, tangan, kaki, telinga dan sebagainya,
379
sebagaimana yang di miliki oleh manusia. Pada dasarnya 80 hingga 90 persen Jin menyerupai manusia. Hanya perbedaan fisik Jin adalah lebih kecil dan halus dari manusia. Bentuk tubuh mereka itu ada yang pendek, ada yang tinggi dan bermacam-macam warnanya, yaitu putih, merah, biru, hitam dan sebagainya. Pengetahuan mereka lebih luas dan berumur sangat panjang sampai beribu-ribu tahun umurnya. Kecepatan Jin bergerak melebihi kecepatan cahaya dalam suatu waktu. Karena Jin terdiri dari mahkluk yang seni dan tersembunyi, tidak zahir seperti manusia dan tidak sepenuhnya ghaib seperti Malaikat, maka ruang yang kecil pun bisa di duduki oleh jutaan Jin dan juga dapat merasuki dan menghuni tubuh manusia. Jumlah Jin terlalu banyak hingga jika jumlah semua manusia dari Nabi Adam sampai hari kiamat dikalikan dengan hewan-hewan, dikalikan dengan batu-batu, dikalikan dengan pasir-pasir dan semua tumbuh-tumbuhan. Itu pun hanya sepersepuluh dari total Jin. Alam tempat berdiamnya Jin adalah di lautan, daratan, di udara dan di Alam Mithal yaitu suatu alam yang terletak diantara alam manusia dan alam malaikat. Jika kita diberikan oleh Allah kemampuan untuk melihat Jin, sudah tentu kita akan melihat jarum yang jatuh dari atas tidak akan jatuh ke bumi, tetapi jatuh dibelakang Jin, karena sangat banyaknya jumlah mereka.*
380
―Akh...emhhh‖ Parakusti menggelinjang, Paraseja, Paramitha dan Parahusada segera melepaskan pakainan mereka dan segera bergabung dengan Parakusti, malam itu bulan mengintip malu-malu, didalam gua terdengar jeritan-jeritan nikmat, jeritan puas dan nafas yang saling memburu menemani malam yang sepi... Debur ombak bergemuruh memecah karang, Gemerisik air menyapa pesisir pantai laksana denting piano Kicauan burung camar bersahut-sahutan menyemarakan suasana Sinar matahari bersinar terang, kekuning-kuningan menerobos sela-sela karang, menyinari Seorang pemuda yang tergeletak diantara jepitan karang, pemuda itu dalam keadaan polos tanpa selembar benangpun, rambutnya panjang menutupi dadanya yang bidang, tubuhnya kekar berotot penuh dengan luka sayatan. Perlahan pemuda itu sadarkan diri dari pingsannya, setelah berusaha duduk pemuda itu termangu-mangu, diliriknya disamping kanannya tergeletak satu stel pakaian berwarna hijau muda transparan dengan jasnya yang berwarna hijau tua disamping bangkai rakit. ―Aneh, mengapa aku tergeletak disini... ukh, ― pemuda itu mengeluh ringan.
―hemm,... apakah kejadian itu cuman mimpi belaka? jikalau memang hanya mimpi, mengapa baju pemberian empat selir
381
raja jin dan luka sayatan ini ada disini?‖ Ternyata pemuda itu tak lain adalah Aram adanya,. Kini rupanya ia baru sampai di Alam manusia, setelah melakukan Hubungan badan dengan keempat selir jin itu Aram tertidur kecapaian, dan setelah bangun ia sudah berada dialam nyata, jadi tidak heran mengapa ia terlihat kebingungan. ―Sudahlah.... Kakek itu bilang satu tahun disana sama dengan satu bulan disini, dan aku berada disana selama dua tahun setengah, berarti masih ada waktu satu tahun sembilan purnama setengah, hemm... aku harus bergegas menemukan tempat dalam peta itu, lalu merencanakan rencana berikutnya.‖ Dengan bergegas pemuda itu memakai pakaian yang menurutnya susah dan ribet, setelah selesai, segera ia meloncat keatas batu karang dan bersalto diudara menuju sisi hutan. gerakannya indah dan ringan laksana rajawali perkasa dari alam dewa. ―Jleggg‖ ia mendarat ringan, ternyata baju itu sangat indah dan aneh, baju dalamnya tidaklah ketat dan berwarna hijau transparan berlengan sebatas siku. sementara baju luarnya atau jasnya hanya ada sebelah kirinya. seperti peralatan untuk olahraga memanah. baju luarnya itu diikat dengan tali dari bahan yang sama yang terdiri dari lima utas tali.
Sabuknya berwarna sama dengan bajunya dan berukiran indah, celananya juga terbuat dari bahan yang sama dengan baju luarnya, panjang sebatas mata kaki, namun tertutup dengan
382
sepatu panjang sebatas lutut, sepatu itu berukiran indah secara abstrak. di bagian lututnya terdapat perhiasan pelindung lutut yang membentuk segitiga. Dengan mengedarkan mata Rajawalinya Aram menatap hutan menentukan suatu titik temu. dengan sekali genjotan tubuhnya meluncur didahan-dahan dan ranting-ranting pohon, laksana seekor serigala mencari mangsa Aram menajamkan penciumannya, dia menerobos hutan seperti seekor serigala memburu mangsa. Setelah berlarian sedemikian rupa ia berdiri di depan sebuah bangunan batu yang sudah ambruk. didepannya terdapat tangga tangga dari susunan batu yang rapi. tampaknya saja tangga itu seperti tangga biasa, namun dimata Awas bagi Aram ia tahu tangga itu mengandung unsur sebuah barisan kuno yang disebut dengan barisan tangga naik surga. barangsiapa yang telah terjeblos kedalam tangga itu maka ia bakal tersesat batinnya kedalam bayangan alam bawah sadarnya, ia akan berfantasi dengan khayalan hingga ia mati karena bergembira berlebihan. Dengan berjalan menurut hitungan rasi bintang Aram mulai masuk kedalam barisan, dengan hati-hati ia maju dua langkah kedepan, lalu mundur lagi selangkah kebelakang, ia kemudian bergeser kearah kiri,
Namun ketika kaki kiri-nya menjejak salah satu dari susunan batu yang teratur rapi, mendadak tanah di sekitar batu itu
383
amblas! Aram terkejut, ia heran padahal ia melangkah dengan benar, tinggal selangkah lagi ia bisa keluar dari barisan itu, namun sesuatu hal yang tak diinginkannya telah terjadi. Belum sempat Aram menyadari apa yang jadi penyebabnya, tubuhnya tersedot ke lubang besar yang kini menganga. Srrr! Tubuhnya terus meluncur dalam lubang menurun yang panjang berliku. Bunyi kerikil dan rumput yang ikut terseret tubuhnya, terdengar seperti rumput yang dilalui ribuan ular. Sampai suatu ketika.... Huppzz... ! hait..jleggg Aram mendarat ditanah dengan mulusnya, ―Hem... Apalagi yang akan terjadi padaku.‖ keluh Aram dengan sedih. setelah memantapkan hatinya, Aram mulai mengawasi keadaan sekitarnya. Rupanya, di sekelilingnya merupakan sebuah ruangan yang cukup luas, berdinding batu cadas yang melingkar hingga ke bagian atas. Pada beberapa bagian dinding terdapat mutiara-mutiara indah menerangi tempat itu. Hawa di dalam ruangan itu cukup lembab, namun tidak berbau amis malah berbau harum.
Bau harum itu menarik perhatian Aram. Rupanya ada suatu bunga berwarna putih diatas meja beralaskan kain kuning emas, Aram jadi terheran-heran sendiri melihatnya, Bermacam-macam dugaan berkecamuk dalam benaknya saat ini. Tapi, tak satu pun
384
yang terjawab, sehingga makin membangkitkan rasa ingin tahunya. Aram segera mengatur napasnya hingga sedemikian rupa, menjaga kemungkinan yang bakal terjadi ketika menghampiri bunga yang diciumnya harum itu, setelah dekat Aram mencoba mengamatinya. Keningnya terlihat berkerut seakan ia tak mengerti akan suatu hal., Aram coba tempelkan telunjuk kanan dan kirinya disudut meja. perlahan ditarik miring hingga membentuk segitiga, lalu ditarik lagi hingga membentuk gambar kristal namun lebih panjang, kemudian ditarik keatas membelah bentuk tadi, telunjuk kanannya ditarik kekiri hingga jadilah bintang segi tujuh. ―Srettt‖ sebuah benda kecil melesat yang dengan sigap berpindah ditangan Aram. benda itu kecil panjang, setelah diperhatikan ternyata itu adalah sebuah bambu kecil, disalah satu ujungnya terdapat kain penyumpal yang seperti tutup. Dengan hati-hati Aram membuka tutup itu. ternyata didalamnya terdapat surat bertulisan bahasa sunda yang bila diterjemahkan isinya seperti ini:
―Cucuku Aram Widiawan, Aku adalah buyutmu yang bernama Avatara Batara Yuda, surat ini aku tulis beberapa abad sebelum engkau lahir, pada masa tuaku sebelum aku meninggalkan dunia ini dunia terjadi kekacauan hebat, menilik pada usiaku yang sudah tua aku akhirnya mengambil murid yang selanjutnya bergelar Pangeran Empat Dewa, aku perintahkan muridku itu
385
untuk membasmi biang keladi kekacauan itu, namun muridku terlalu memiliki wajah cakap sehingga tiap langkahnya selalu dikacaukan oleh wanita. singkat cerita muridku itu tidak dapat membunuh biang keladi itu, ia hanya mampu membuat cacad tubuhnya dan dia telah bersumpah bahwa ia akan datang pada suatu saat melalui keturunannya. dan celakanya pembalasan itu datang dimana saat Masamu. Maka sebagai cucu buyutku aku ingin kau membasminya demi kesejahteraan umat manusia. Diatas meja terdapat bunga kemuliaan, mandi dan minumlah air itu untuk menghilangkan perilaku buruk hewanisasi dan tubuh gaibmu. darah hewan dan gaibmu tidak akan berubah sebab sudah menyatu dengan darah dagingmu. tapi perilaku seperti memakan daging mentah dan darah akan menghilang. Ambil segi positifnya buang segi Negatifnya. aku mempercayaimu. Dipeti bawah meja terdapat kitab Penerobos dimensi, kau dapat berpindah alam ataupun berpindah ke negri dan tempat lainnya hanya dalam waktu sekejap mata, tak usah kau pergi ke perpustakaan keluargamu.. sebab ilmumu terlalu beragam, apalagi ilmu-ilmu itu tak dapat dipelajari dengan kondisi tubuhmu... Salam ―.Avatara Batara Yuda.‖ Aram benar-benar terkejut setelah membaca surat itu. ternyata semua hal yang dialaminya telah diramalkan beberapa Abad yang lalu. ia kagum benar terhadap buyutnya itu, meramalkan kejadian beberapa abad mendatang adalah hal yang benar-benar suit untuk dilakukan.
―Baik, Eyang.... Aku pasti dapat membasminya, apapun yang terjadi...‖ desisnya bersemangat.
386
Aram segera mengambil bunga kemuliaan dan membawanya kepojok ruangan dimana terdapat kubangan air berbentuk sumur, Ia segera melepaskan pakaiannya dan turun kesumur lalu bersemadi. Dua hari dua malam telah berlalu Aram masih terlihat bersemadi didalam sumur, perlahan ia membuka matanya dan meminum air sumur itu. Setelah dirasa cukup Aram segera melompat kedarat dan memakai pakaiannya kemudian beranjak mengambil kitab didalam bawah meja. Kitab itu merupakan suatu kitab yang luar biasa, ternyata kitab itu merupakan kitab alam yang menyatakan bahwa waktu akan berjalan lebih lamban, jika berada di dekat medan gravitasi, oleh karenanya gravitasi memiliki cangkang-cangkang waktu. Kesimpulannya, ketika kita melaju lurus pada satu kecepatan, sebenarnya kita berada pada satu cangkang dari medan gravitasi. Berdasarkan teori itu, maka akhirnya terciptalah sebuah ilmu yang dapat mengantarkan manusia ketempat lain dalam waktu relatif singkat yang diberi nama Kitab Penerobos Dimensi.
Aram tersenyum senang, dengan tekun ia mempelajari kitab itu sekaligus membenahi tempat itu, dengan kemampuannya dalam mengolah masukan data dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dalam jangka waktu satu bulan akhirnya Aram dapat menguasai ilmu itu dengan cukup sempurna.
387
Selama diruangan itu, Aram hanya memakan lumut-lumut hijau dan air dari sumur saja untuk mengisi perutnya,Seperti hari itu, terlihatlah ditangannya tergenggam setumpuk lumut yang menjadi santapanya, tengah asyik mengunyah sambil melepaskan lumut dari batu tiba-tiba ia melihat sebuah tonjolan kecil yang menurutnya tak lazim, dengan diliputi rasa Penasaran Aram memencet tonjolan itu, ―Drtt.... jrek...drek: ― tiba-tiba dinding ruangan terbuka munculah sebuah ruangan lain, ruangan itu penuh dengan rak-rak buku, senjata dan peralatan lainnya. ―Akh, ternyata ini ruangan keluargaku itu,,....hemm... meski buyutku menyuruhku tak kesini tapi ternyata aku kesini juga.... ‖ Aram bergumam sambil masuk kedalam ruangan dengan melewati pintu batu yang terbuka, Sebentar matanya yang tajam luar biasa itu beredar ke sekeliling ruang yang hanya diterangi cahaya mutiara yang terpancar di dinding. ―Sepertinya ditempat ini banyak ruangan yang cocok dijadikan markas pusat,....‖Pikirnya dalam hati. Aram berpikir sambil tangannya menarik salah satu pedang yang menancap didinding. saking asyik dengan pikirannya sampai tak sadar dengan apa yang dilakukannya. Dan begitu tangan-nya memutar-mutar pedang itu , tiba-tiba....
Derrr!
388
Mendadak, dinding batu cadas di samping Aram bergeser ke kiri. Perlahan-namun pasti dinding itu bergerak, hingga akhirnya membentuk lubang yang menembus langsung ke dunia luar. ―Akh...?!‖ Aram terhenyak kaget. Buru-buru kakinya melangkah, mendekati lubang itu. dan melongok dan begitu melongok, ternyata ia telah berada di puncak bukit, di pulau tempatnya tadi datang. Petir menyambar-nyambar dahsyat dibukit itu, ternyata bukit itu merupakan bukit tertinggi ditempat itu. ―Hem, hehe..hahaaha‖ Aram tertawa-tawa bahagia, Ia berjingkrakan bahagia. Sebenarnya apakah yang sedang ia pikirkan? mengapa ia begitu bahagia. Dan bagaimana kondisi dunia persilatan saat ini? Pagi mulai menjelang. Suasana sejuk pagi ini mewarnai sebuah puncak bukit disebuah pulau yang tak diketahui namanya ini, seorang pemuda tampan tampak sedang berkutat menaikaan batu sebesar kerbau yang telah terpangkas rapi membentuk persegi panjang sepanjang dua tombak keatas tiang penyangga yang telah disiapkan pemuda itu, ―Hupzzhhh,....Tahap pertama selesai... tinggal kedua‖ ucap Pemuda itu. pemuda yang tak lain Aram adanya.
389
Tampak Aram berdiri di hadapan pintu batu itu, mimik wajahnya tampak serius seperti layaknya orang yang sedang berfikir. ―Hem.... lebih baik aku buat dulu jalan menuju belakang Gunung wayang, dengan begitu membenahi markas rasanya lebih ringan bila dikerjakan bersama-sama‖ gumamnya. Setelah menimbang-nimbang secara matang akhrnya ia memutuskan bahwa itulah salah satu jalan yang terbaik saat itu. Terlihat Aram bersujud kepada bumi, setelah bangkit tangannya diangkat kelangit seperti menahan benda jatuh, kedua tangannya ditarik kesamping membentuk ligkaran dan bertemu lagi didada seperti saat menyembah. dengan disertai teriakan nyaring tangannya didorongan kemuka. ―Wahai bumi, wahai langit pinjamkanlah nafas kalian padaku...Hiaaattt‖ Diiringi bergetarnya bumi dan menyalaknya petir, diantara kedua batu itu muncul lingkaran sihir lalu membuka dan menyedot kerikil yang ada disana. Fenomena alam yang diciptakan oleh Aram ini secara teoritis, merupakan lorong magnetik yang didalamnya memiliki gravitasi kuat, yang mampu menarik apapun yang masuk ke dalamnya.
Dan untuk kemudian mendorongnya ke ujung lorong yang lain hanya dalam beberapa saat. Yang dimaksud dengan ‗ujung lorong lain‘ ini, adalah pintu dari alam semesta yang paralel
390
dengan kita, atau bisa juga alam semesta dari galaksi lain juga Alam semesta sama berbeda tempat. Sementara ditempat lain, disebuah hutan yang biasanya tak tersentuh tangan manusia karena kecuramannya terlihat beberapa kumpulan manusia, dari pemuda sampai kakek-kakek. terlihat mereka membuat lingkaran seperti halnya sedang berdiskusi, terdengar salah seorang dari mereka berkata. ―Para hadirin sekalian, segenap keluarga besar Bendera Awan langit, seperti halnya yang kita ketahui, beberapa sahabat kita telah kehilangan jiwanya dalam sebuah rencana terakhir yang diambil ketua kita Aram Widiawan atau Pendekar Seribu Diri, seharusnya rencana ini tidaklah terjadi apabila pihak kerajaan tidak ikut campur, namun kita tidak boleh picik pikiran dengan menganggap kerajaan pihak bersalah, karena bagaimanapun kerajaan juga merupakan salah satu korban dari organisasi yang mengerikan itu. Kita harus bersyukur karena memiliki seorang ketua yang luar biasa cerdasnya, sehingga posisi kita yang sedang berada pada kondisi terjepit masih dapat menyelamatkan diri, meski beberapa jiwa sahabat kita menjadi korbannya. selain itu, kita juga masih dapat menipu pandangan kaum persilatan demi kelanjutan kedepannya. Aku Sipengabar Langit mempersilahkan kepada Juang organisasi kita Ki makmur untuk melaporkan keuangan Organisasi kita.‖
―Baik Wakil ketua, langsung saja, Pendapatan kita dari sejak didirikan Bendera Awan Langit sampai sekarang telah mencapai sembilan puluh buah peti emas, dan Seratus buah peti Perak,
391
terpakai saat ini sekitar lima buah peti emas dan sepuluh buah peti perak sisa delapan puluh lima peti emas, sembilan puluh peti perak. itu didapatkan dari hasil ketua Aram dari Komandan Otoy, perampasan dari Panji Telapak Perak, Pengamanan Uang Kerajaan oleh Tuan Muda Rehan, dan hasil kerja dari sepuluh Golongan‖ ―Terimakasih kepada Juang kita, Ki Makmur yang telah melaporkan kekayann kita, dilanjut kepada Julis kita, Ki Brahma untuk menyampaikan laporannya.‖sipengabar langit berkata ―Langsung saja, Bendera Awan Langit, memiliki dua ratus delapan Puluh jiwa pasukan inti, dan sembilan ribu tiga ratus dua puluh lima pasukan luar, akibat pertarungan dengan Panji Telapak Perak kita kehilangan seratus sembilan puluh jiwa pasukan luar, dan empat puluh sembilan jiwa pasukan inti. sisa sembilan ribu seratus tigapuluh lima jiwa, pasukan luar dan duaratus tigapuluh satu jiwa pasukan inti. karena bentrokan dengan kerajaan, kita kehilangan seribu tujuh ratus delapan puluh satu jiwa anggota luar dan sembilan puluh anggota inti. sisa tujuh ribu tigaratus limapuluh empat jiwa anggota luar dan seratus limapuluh jiwa anggota inti, Karena pembantaian Organisasi Nawa Awatara, kita kehilangan Seribu enam ratus sembilan dua jiwa anggota luar dan terus berkurang, sementara anggota inti teta berjumlah seratus lima puluh,. demikan laporan dari saya terimakasih..‖
―silahkan kepada duta langit untuk menyampaikan laporannya tentang kondisi dunia persilatan saat ini.‖ Sipengabar langit kembali berkata.
392
―Terimakasih Wakil Ketua, menurut hasil laporan dari berbagai pihak dan penyelidikan kami, bahwa empat hari sejak kita menghilang dari dunia persilatan, telah muncul sebuah organisasi yang mengerikan, mereka menamakan organisasinya itu Nawa Awatara. (Nawa sembilan dan Awatara penampakan dewa). Mereka muncul dengan serentak di sembilan ratus tempat dan langsung membantai semua jago persilatan yang berani menentang. dimasing-masing tempat itu, mereka membentuk markas cabang. sehingga meresahkan masyarakat. yang paling menggenaskan adalah para perempuan, setiap hari mereka harus melayani nafsu bejad para anggota Nawa Avatara.‖ ―Maaf, Duta Langit, Nyi Asri, saya Brahma menyela, sekiranya dimanakah letak markas pusat Nawa Awatara itu.‖ Seorang lelaki berpakaian penduduk biasa dengan tambang melilit dipinggangnya. ―Maaf Ki Brahma, mengenai itu akan disampaikan oleh Duta Langit Ki Siwa,‖ Nyi Asri berpaling kepada sosok pemuda berusia tigapuluh tahunan dengan pakaian penuh tambalan. ―hem, Menurut analisa dari hasil pengumpulan data para pengemis jalanan bawahan saya, Bahwasanya markas pusat itu berada di sekitar pulau Borneo, tempatnya di desa Mujung Sungkur― Ki Siwa membeberkan secara efektif, singkat jelas dan padat.
393
―Adakah diantara kalian mengetahui ciri-ciri pemimpin organisasi itu‖ yang berkata kali ini adalah seorang kakek berpakaian petani, kakek itu berwajah ramah, dihiasi jenggot dan kumis putih, suaranya bagaikan guntur begitu lantang dan jelas, ia tak lain adalah Ki Guntur adanya. ―hihihi‖ seorang gadis berbaju merah dengan belahan dada agak lebar, memperlihatkan dua buah bukit yang sekal yang sekali kali suka mengintip. Gadis yang berwajah mungil tapi cantik itu, matanya bundar indah berbinar-binar dengan bulu mata yang lentik, bibir yang mungil, hidung yang bangir, serta kulit yang kuning mulus. Dengan rambut panjang yang lurus lemas di-poni depan, ia tertawa cekikikan mendengar ucapan Ki Guntur. Gadis itu tak lain adalah Dewi mawar si Duta Langit yang ke tiga dan termuda, ―Apasih yang tak bisa kita ketahui? jangankan wajahnya, dalamannya aku juga tahu..., malu dong jika kita berpangkat Duta Langit bila masalah sepele seperti itu saja tidak tahu.‖ berbeda dengan siwa yang langsung keinti, tampak sekali bahwa Dewi mawar lebih suka basa-basi yang membuat semua orang menghela nafas. ―Mohon jangan bertele-tele Duta langit, Dewi Mawar‖ Seorang Pemuda tampan berpakaian perlente menyela. dia adalah Rehan adanya.
―baiklah, baik... dia merupakan seorang pemuda berusia sekitar duapuluh sembilan tahunan, wajahnya cakap dengan tahilalat di atas alis sebelah kiri, hidungnya mancung, bibirnya tipis seperti
394
perempuan. rambutnya sebatas pundak biasanya dia memakai baju merah darah, didada kirinya terdapat rajahan piramida berantai dengan bertulisan angka sembilan. diatas pangkal pahanya juga terdapat rajahan naga melingkar kepinggangnya, kemanapun ia pergi selalu membawa barisan empat orang gadis cantik dan lima lelaki tampan‖ Dewi mawar menjelaskan. Mereka terus berbincang-bincang, bahkan Anggota biasapun ikut berpartisipasi, dalam berdiskusi memang Bendera Awan Langit memiliki adat yang bagus, yakni setiap anggota memiliki hak bicara ataupun mengambil suara.(keputusan), Tengah mereka asyik berdebat, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan adanya suatu gaya tarik yang hebat dari sebuah batu cadas besar dibelakang mereka, dengan serabutan semuanya menghindar dan berdiri agak jauh. Ternyata dari batu cadas itu muncul sebuah lingkaran bergaris-garis, dan sesuatu yang mencengangkan segera terjadi, dari dalam lingkaran itu, munculah sosok pemuda tampan berbaju hijau, baju itu sangat indah dan aneh, baju dalamnya tidaklah ketat dan berwarna hijau transparan berlengan sebatas siku memperlihatkan goresan-goresan luka ditubuhnya. sementara baju luarnya atau jasnya hanya ada sebelah kirinya. seperti peralatan untuk olahraga memanah. baju luarnya itu diikat dengan tali dari bahan yang sama yang terdiri dari lima utas tali.
Sabuknya berwarna sama dengan bajunya dan berukiran indah, celananya juga terbuat dari bahan yang sama dengan baju luarnya, panjang sebatas mata kaki, namun tertutup dengan
395
sepatu panjang sebatas lutut, sepatu itu berukiran indah secara abstrak. di bagian lututnya terdapat perhiasan pelindung lutut yang membentuk segitiga. Rambut Pemuda itu panjang dengan dikuncir kuda, dikuncirnya itu terselip sebuah senjata kecil berbentuk kujang, mata pemuda itu liar dan tajam bagaikan rajawali, kulitnya putih, seputih salju. ―Ketua...‖ Sipengabar Langit berteriak dan berlutut diiringi dengan yang lainnya. Apa yang akan dilakukan anggota Bendera awan langit ketika ketuanya datang? Dan apa yang akan dikatakan Seorang Raja penguasa Tanah Jawa daratan sunda kepada Aram? Laksana ribuan semut pindah sarang, beberapa ratus manusia berduyun-duyun membawa barang bawaannya, beberapa peti mati tampak beriringan bak ular yang sedang berjalan, seorang pemuda tampan bermata rajawali tampak diam mematung disamping ujung iringan, ujung iringan itu ternyata adalah sebuah lingkaran berputar-putar berwarna toska diantara batu cadas tinggi menjulang. Setelah mencapai akhir pemuda itu berkata. ―Rehan, apakah semuanya beres? adakah yang tertinggal.. ― ―Semuanya beres, ketua‖
396
―Baiklah, lekas masuk... ― ―Mari‖ Lalu keduanya tampak masuk kedalam lingkaran dan menghilang, Disebuah bukit di pulau tanpa nama, Tampak manusia berbagai usia sedang duduk melingkar, disebelah utara mereka tampak batu berbentuk pintu tinggi menjulang dengan dua orang pemuda tampan bersedekap dada berjalan menuju kearah lingkaran. Setelah sampai, seorang diantaranya duduk bersama yang lain sementara yang satunya lagi meneruskan hingga berada ditengah lingkaran. ―Selamat sore semuanya.... lama kita tak berjumpa, aku harap kalian semua dalam keadaan sehat walafiat‖ sapa seorang pemuda bermata Rajawali, ―Siap mati, siap tempur‖ jawab mereka serempak. ―hem,,,,syukurlah, adakah diantara kalian yang paham dengan maksudku membawa kalian kemari?‘‘ Semua hening tak ada menjawab, namun diantara semuanya ada seorang mengaacungkan tangannya. ―Silahkan Buana Dewa?‖ Pemuda yang tak lain Aram itu mempersilahkan.
397
―Maafkan Hamba ketua.‖ Buana Dewa berkata. buana dewa adalah seorang pemuda yang tak terlalu tampan namun menarik dengan jenggot tipis yang dicukur.

AliAfif.Blogspot.Com - AliAfif.Blogspot.Com -

Postingan terkait:

Ditulis Oleh : ali afif ~ Ali Afif Hora Keren

Tulisan Cerita Dewasa Super pendekar Seribu Diri 2 ini diposting oleh ali afif pada hari Selasa, 08 Mei 2018. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca Tulisan ini di Blog Ali Afif, Bukan Blogger terbaik Indonesia ataupun Legenda Blogger Tegal, Blogger keren ya Bukan. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

:: support to buwel ! ::

Loading...
Comments
0 Comments