Pendekar Seribu Diri Tamat

Pendekar Seribu Diri Tamat

======
Baca juga


―Jangan sungkan, utarakan yang ingin kau katakan‖ ―Baik ketua, saya yang bodoh ini menduga bahwa ketua membawa kemari adalah karena memang ketua menginginkan tempat ini sebagai markas pusat..‖ ―Hahaha......, bagus-bagus tak sia-sia kau menjadi komandan bendera, memang maksudku membawa kalian kemari adalah untuk membenahi markas kita, markas yang takan bisa dijangkau dengan darat, tapi tidak untuk kita. sebab kita bisa melakukannya seperti membalikan bawah tangan.‖ Aram memuji, yang tentu saja membuat Buana Dewa memerah. ―Sebelum aku memulai ke-Acara inti dalam diskusi ini, aku ingin mempersilahkan kepada yang mulia Adipati Rajalela untuk mengucapkan beberapa patah kata yang mengganjal hatinya, aku tidak suka bila ada anggotaku memiliki ganjalan yang bakal menjadi duri dalam kepemimpinanku‖ Aram diplomatis. Seorang lelaki paruh baya berusia empat puluh delapan tahunan, terhenyak, namun segera ditenangkan oleh seorang wanita paruh baya yang masih tampak kecantikannya. ―Tenanglah suamiku, benar apa yang dikatakan pemuda itu, katakan apa yang ingin kau katakan‖ bisiknya lembut.
―Silahkan yang mulia,....‖ Aram mempersilhkan kembali.
398
Adipati Rajalela tersenyum ramah, dengan perlahan ia maju kedepan Aram dan bersoja. Aram tersipu, dengan senyuman dibibir ia bangunkan Adipati itu dan tersenyum. ―Tak usah banyak adat yang mulia, aku bukanlah seorang yang berdarah biru‖ ucapnya lagi. ―Baiklah, ketua dan segenap anggota Bendera awan langit, Aku Pribadi mengucapkan terimakasih sekaligus minta maaf atas segala ulahku, dan aku sebagai Adipati/raja mengucapkan mohon maaf atas keteledoran dan kelemahanku dalam memimpin negara sehingga harus terkena siasat untuk menghancurkan Organisasi yang belakang ini ku ketahui sebagai tonggak dari Dunia ini. Aku....Aku tak menyangka bahwa aku aku masih diterima dengan tangan terbuka, sekaligus diselamatkan dari kematian oleh organisasi perkumpulan yang teah aku..aku hancurkan‖ Adipati Rajalela berkata terisak-isak, ia menangis dengan sedihnya sehingga ditempat itu diselimuti rasa duka. ―Ada yang ingin kau sampaikan lagi yang mulia,?‖ ―Ada, aku ingin ikut bergabung dengan Organisasi ini, aku ingin menebus kesalahanku terhadap Organisasi ini juga masyarakatku., aku..aku ingin melindungi semuanya, ketua.... Jadikan aku anggotamu‖ Adipati rajalela bersujud dikaki Aram, namun tak kesampaian sebab Aram telah berada dibelakang tubuh Adipati Rajalela.
399
―Hem, yang mulia, mintalah kepada Anggotaku, bukan kepadaku..... sebab keputusan paling mutlak berada pada mereka‖ Bisik Aram lembut. Adipati Rajalela bangkit dan segera bersujud dihadapan sekalian hadirin, ia berkata dengan semangat dan tangisan air mata. ―Mohon terimalah aku menjadi sesama Anggota bersama kalian.‖ Para Hadirin tercengang, bagaimanapun Adipati Rajalela adalah seorang Raja yang dihormati, kini Ia bersujud dihadapan mereka, bukankan dunia sudah terbalik?‖ Tiba-tiba dua sosok perempuan ikut juga bersujud disamping Adipati Rajalela, dan meminta menjadi Anggota, mereka adalah Istri Adipati dengan Putrinya, sebenarnya Putri Adipati yang bernama Laraspati adalah seorang gadis yang manja, namun setelah kejadian pembantaian keluarganya ia berubah tigaratus enam puluh derajat menjadi seorang gadis pendiam dan penurut. ―Hahaha.... Bila Adipati yang mulia saja berani mengambil resiko mengapa aku tidak‖ seorang lelaki paruh baya berpenampilan perlente ikut bersujud. Dia bernama Brajangpati seorang hartawan dari Kotapraja Padjampangan. ia merupakan Ayah dari Rehan, atau Pendamping dari Ketua Aram Widiawan.
400
Para hadirin saling pandang, seakan dikomando mereka segera anggukan kepala, sebagai tanda bahwa mereka telah menyetujui permintaan itu. ―Maafkan saya ketua, saya mewakili yang lainnya menyatakn setuju dengan permintaan mereka.‖ yang berbicara itu adalah seorang perempuan muda yang bernama Kenanga di luar dia berperan sebagai salah satu ketua sepuluh perguruan, sementara di dalam dia menjadi seorang Komandan Bendera. Aram, angguk-anggukan kepala, ―Ada yang keberatan?‖ ucapnya tenang. Semuanya diam tak ada menjawab. ―Baiklah, jika tak ada keberatan silahkan Ki Brahma mengurus sisanya.‖ ―Siap ketua... ― Ki brahma segera membangunkan mereka dan kembali duduk bersama di lingkaran itu. ―Baik. ganjalan telah hilang sekarang kita langsung ke inti, para sahabatku sekalian, ketahuilah bahwa tempat ini merupakan pulau keluargaku turun temurun, pada hari ini aku membawa kalian kemari mengingat bahwa kalian adalah sahabatku yang utama. di bawah sana terdapat ribuan kitab yang telah dikumpulkan oleh buyutku sampai generasiku, dari mulai Kyai Avatara Batara Yuda, Pangeran Empat Dewa dan yang lainnya terakhir nenekku yang kalian kenal sebagai Dewi Pemanah asmara, Ayah ku ‗pendekar pedang pelintang jagat pembelah sagara‘ dan ibuku ‗si pengumpul ilmu tunggal jagat‘.‖
401
Para golongan muda mengangguk-angguk, mereka cukup terkejut sebab nama-nama terakhir yang disebutkan adalah nama-nama dedengkot kaum persilatan, sementara golongan tua bergetar mendengar nama Pangeran Empat Dewa, mau tak mau mereka diingatkan kejadian beberapa abad kebelakang, mereka tak menyangka bahwa salah satu keturunannya berada dihadapan mereka. kini mereka sadar bahwa ketua mereka bukan hanya memiliki kecerdasan dan kedigdayaan yang luar biasa. namun juga memiliki riwayat yang sama luar biasanya. Aram terdiam cukup lama membiarkan Anggotanya mencerna ucapannya. setelah dirasa cukup kembali ia melanjutkan. ―Sahabatku sekalian, musuh kita sebenarnya adalah keturunan dari biang keladi kejadian beberapa abad kebelakang, sezaman dengan Pangeran Empat Dewa. maka dari itu aku memohon kerjasamanya dari kalian, Apa kalian siap menggoyangkan Jagad...!‖ Aram berteriak lantang diakhir kalimat. ―Heaaaaaaa‖ teriakan serempak menggelora dari mereka mengguncang bukit itu. ―ahahahaha‖ Suara tertawa gembira bak tawon liar menggaung-gaung ditempat itu.
―Cukup...!‖ suatu bentakan laksana komandan perang mengkomando prajuritnya. bentakan itu sangat berpengaruh, terbuti dengan berhentinya suara secara berbareng. itu menunjukan bahwa Organisasi Bendera Awan langit merupakan Organisasi yang berdisiplin tinggi.
402
―Adakah diantara kalian mengetahui sebuah tempat yang tidak mungkin dimasuki seorang manusia?‖ Semuanya diam, merenung ―Bretttt‖ sekitar lima orang mengacungkan tangan. ―Slahkan..‖ ―Jurang Halayuda, sepuluh mil dari desa Wonolinggo‖ ―Lembah Nirwana, seratus mil dari desa kartikawangi‖ ―Padang Dewa Arwah, tujuh mil dari desa mangu‖ ―Bukit dasar bumi, empat mil dari hutan kematian‖ Aram masih merenung, sepertinya semua itu masih belum masuk kedalam daftarnya lama ia tertegun setelah sadar ia tertegun ternyata masih ada seorang lagi yang belum mengatakan. ―Akh, maafkan aku silahkan Kisanak..‖ ―Tebing Langit di..‖ ―Cukup, aku tahu tempat itu.....‖ Aram berseri-seri, wajahnya begitu ceria membuat orang-orang disampingnya ikut merasakan kebahagiaan, mungkin itulah yang disebut dengan suka ditanggung bersama, duka dipikul bersama jua.
403
―Kita jadikan tempat itu sebagai jembatan dari tempat ini ke-dunia luar sana. kakang sobar, kakang guntur aku berikan mandat untuk membangun dan mendesain tempat disini, sementara Rehan dan aku meminta dua puluh orang untuk ikut bersamaku.‖ Tak perlu diperintah dua kali, segera semuanya membagikan diri, disamping Aram terdapat Rehan juga dua puluh anggota biasa. ―Kita berangkat sekarang...‖ seperti hal yang dilakukannya sebelumnya Arambersujud kepada bumi, setelah bangkit tangannya diangkat kelangit seperti menahan benda jatuh, kedua tangannya ditarik kesamping membentuk ligkaran dan bertemu lagi didada seperti saat menyembah. dengan disertai teriakan nyaring tangannya didorongan kemuka. ―Wahai bumi, wahai langit pinjamkanlah nafas kalian padaku...Hiaaattt‖ Diiringi bergetarnya bumi dan menyalaknya petir, diantara kedua batu itu muncul lingkaran sihir yang berwarna Toska. Segera saja ke dua puluh dua orang itu masuk kedalam lingkaran, sampai mereka tiba disebuah puncak karang seluas duapuluh tombak persegi. ketinggian karang itu sekitar enam-tujuh puluh tombak dari atas tanah.
―Kalian bangunlah bangunan disamping lingkaran itu menggunakan bambu yang ada di lamping tebing, sementara
404
aku akan memanipulasi lingkaran sihir itu.‖ aram memerintah. Perlu diingat kembali bahwasanya Aram merupakan manusia setengah gaib setengah hewan, meski prilaku buruknya hilang. namun tubuhny masih berdarah itu. Aram segera memusatkan perhatiannya, tangannya di tempelkan ditanah, ia berkomat-kamit sebentar dan berteriak lantang, ―Tumbuhlah...!‖ ―Dretttt.....‖ Jer..‘‘ jreng.....Hoeeekkk..‖ tiba-tiba dari dalam batu cadas yang bertanah sekitar sejengkal itu muncul sebuah pohon besar luar biasa, pohon itu tidak berdaun, hanya berupa ranting-ranting besar saja. itulah kejadian yang luar biasa, keduapuluh Anggota Aram berikut rehan terhenyak melihat kedigdayaan ketuanya saat ini. keduapuluh itu melongo sampai melupakan pekerjaannya. namun semuanya dikejutkan dengan suara ketuanya yang muntah darah. ―Ketua...‖ Rehan cemas. ―Aku tak apa-apa...‖ ―Ketua itu jurus Apa? maafkan aku tak mampu menahan penasaran dihati‖ ―Itu adalah jurus hasil dari penggabungan ilmu ninja dengan Ilmu dari alam Jin, maaf aku tak bisa menerangkan secara detail‖ Aram menerangkan. ―Ayo kerja....‖ Aram mengajak sambil membungkuk...
405
―Brettt,,....‖ sebuah sayap mengembang dari punggungnya membuat Rehan dan yang lainnya melotot seakan mimpi, Kini mereka melihat ketuanya seakan makhluk indah yang tak diketahui namanya. mereka juga melihat keganjilan lain yakni rambut yang berwarna perak juga ekor serigala yang berada dibagian pantatnya. ―Aku akan membuat tangga...‖ kalian selesaikan pekerjaan kalian,. tanpa berkata-kata apalagi Aram segera terjun kebawah dan membuat tangga dari tonjolan tonjolan batu. Semilir angin berhembus lembut menyapa rambut yang menari, tebing langit masih menjulang tinggi... matahari perlahan pergi kesinggasanya menuju esok datang..... Apa yang akan dilakukan Aram selanjutnya dan bagaimanakah nasib mantan Ksatria Satwa? Pagi hari dimana matahari belum sepenuhnya menduduki singgasananya, beberapa orang tampak berkerumun di sebuah lereng bukit Pangkalan, ‖Apa kesimpulanmu Jaris?‖ tanya seorang lelaki setengah baya dengan pakaian mewah, dipunggung bajunya terdapat gamabar Piramida dengan sembilan rantai. Lelaki yang diajak bicaranya diam sesaat, dia merenung seakan memikirkan sesuatu.
‖Menurutmu apa Haris?‖ lelaki itu balik bertanya pada orang yang memiliki wajah sama dengannya, bukan hanya wajah,
406
perawakan maupun bajunya sama, hanya jenggot nya saja yang bisa membedakan mereka, satu putih dan satu hitam. ―Aku tak tahu mungkin ia menantang kita..... aku tak mengerti dengan kata sandi yang ada disana!‖ ujarnya dengan lesu seraya menunjuk sebuah dinding cadas lereng bukit pangkalan. Ternyata didinding cadas itu tertulis sebuah tulisan AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH. disamping tulisan itu terdapat sebuah gambar langit dengan tebing menjulang. Yang lebih hebatnya lagi, tulisan itu bukan ditulis dengan pena, melainkan dengan tangan, terbukti dengan gambar telapak tangan yang tertera diakhir kalimat, tulisan itu dalamnya sekitar satu jengkal tangan orang dewasa, membuktikan bahwa penulisnya memiliki tenaga dalam yang bukan olah-olah. Selain itu, tulisan itu tertera diatas sebuah dinding cadas setinggi sepuluh tombak. jadi orang yang tak memiliki ilmu peringan tubuh yang tinggi, mustahil bisa melakukan itu. ‖Apa kau akan melaporkannya kepada pangeran?.‖ Tanya lelaki yang dipanggil Jaris. ‖entahlah, itu urusan yang diatas bagaimana denganmu?‖ jawab temannya. ―Emch, Aku tak bisa menjawab pertanyaanmu itu Jaris‖
‖Mengapa?‖ jaris terheran-heran.
407
‖Sebab Pangeran sudah mengetahuinya, kau tahu tulisan itu sudah beredar ke seluruh penjuru negri‖ ‖Emch, lalu mengapa disini hanya ada sekitar beberapa gelintir manusia yang menonton?‖ ‖sebab, tulisan itu tidak ada disini saja, melainkan muncul serentak di seratus desa di nusantara, bahkan tulisan itu sampai juga di negara tetangga.‖ katanya sambil memasukan rumput kedalam mulutnya. ―Sebaiknya kita kembali ke markas cabang, mungkin bakalan ada tamu tidak diundang.‖ lelaki itu lalu beranjak meninggalkan kerumunan, bersama temannya yang lain,. ―Hem,...... rupanya sudah dimulai, ternyata ketua sudah datang sebelum waktunya..‖ gumam seorang lelaki dengan caping lebar, Lelaki itu balik badan dan segera meninggalkan kerumunan meninggalkan suasana bising ocehan para orang awam yang lebih tepatnya mirip kumpulan pengemis,. -0#((aone))#0- Jauh dipesisir samudera seorang pemuda dengan pakaian compang-camping menatap lautan luas, rambut pemuda itu diikat dengan seikat kain berwarna biru menjadi sebuah kuncir ekor kuda.
408
Didahi pemuda itu seikat kain berwarna coklat mengikat kepalanya dengan sebuah senjata kujang kecil di belakang ikatannya, mata pemuda itu tajam laksana seekor rajawali, wajah pemuda itu tampan meski sedikit kotor. ―Em, sudah seminggu aku mencari perahu, namun belum jua aku menemukan, tak ada cara lain... sebaiknya aku menggunakan napak sancang saja‖ gumam pemuda yang tak lain adalah Aram itu, setelah pergi keberbagai daerah dengan lorong penembus dimensi dan mencurat-coret cadas, membuat keributan dan kegaduhan ia sgera pergi kedaerah pesisir pangandaraan. Tampak Aram berkomat-kamit sebentar lalu berlari menuju arah lautan lepas, luar biasa pemuda itu berlari diatas air laut seakan itu adalah sebuah daratan saja, itulah kehebatan ilmu yang disebut dengan napak sancang itu. ―Seandainya tenagaku memungkinkan, akan lebih baik bila bahwasanya aku menggunakan Lorong Penembus Dimensi saja, daripada aku berlari seperti ini, selain menguras tenaga juga membutuhkan waktu yang relatif lama‖ gerutunya disela-sera hembusan nafasnya yang sedang berlari. Aram berlari dengan kecepatan angin, ia terus berlari menuju sebuah tempat dimana matahari terbit, semakin lama semakin cepat, Matahari sudah berada diatas kepala, namun Aram maih terus berlari-, berlari dan terus belari sampai kegelapan datang.
Disebuah pesisir pantai disebuah negri yang paling dikenal sebagai negri dimana matahari terbit, atau dikenal juga sebagai
409
negri bernama Jepun seorang Pemuda dengan baju compang-camping tergeletak lemah disisi pesisir dengan sekali-kali terkena deburan ombak. Disampingnya seorang gadis dengan pakaian khas dari negri itu duduk memandangnya, sepertinya gadis itu sedang mempertimbangkan perlukah ia menolong pemuda itu. Lama gadis itu memandang pemuda itu, dengan setengah ragu-ragu gadis itu memondong tubuhnya dengan setengah menyeret menuju sebuah hutan disamping pesisir pantai, ternyata ditengah hutan itu terdapat sebuah pondok mungil yang cukup asri.dan Gadis itu membawa pemuda itu kedalam pondok. dengan hati-hati gadis itu meletakan pemuda itu di sebuah pembaringan dari bambu. ―Tampan juga, Pemuda ini....‖ Gadis itu memandang Pemuda itu seraya menyibakan rambut yang menutupi wajah pemuda itu. Setelah dirasa cukup puas, gadis itu segera beranjak kesisi pembaringan dan menumpukan ranting-ranting pohon di atas sebuah sisa-sisa pembakaran. lalu gadis itu merogoh kantongnya dan mengeluarkan batu berwarna hitam sebanyak dua buah, didekat tumpukan ranting kayu gadis itu gosokan keras-keras batu yang berada ditangannya. ―Crekkk...crekkk‖ Wusss...
setelah dua kali gosokan, lidah api menyambar kearah ranting kayu.
410
―Kreeekk..Krekk‖ Terdengar suara berkeratakan. perlahan dari bawah ranting kayu itu muncul setitik api, asap mengepul, tak menunggu lama tumpukan ranting itu berubah menjadi merah. sesaat kemudian api berkobar. setelah padam tumpukan ranting kayu itu telah menjadi bara merah. Sesaat sebelum gadis itu mengambil ikan yang telah ditusuk rata, gadis itu berpaling memandang pemuda yang tergeletak dipembaringan. ―Sepertinya, sebentar lagi akan siuman..... ― Ucapnya lirih. setelah itu, gadis itu kembali sibuk dengan ikan-ikannya. ―Ukhhhh...‖ Pemuda itu menggeliat, sepertinya ia telah siuman. mata pemuka itu dibuka, ternyata mata pemuda itu tidklah lazim disbut mata manusia, sebab mata itu lebih tepat mirip dengan Mata Rajawali. Didunia ini tak ada seorangpun lagi yang memiliki mata seperti itu selain Aram, Aram Widiawan alias si Pendekar Seribu Diri. rupanya setelah berhari-hari berlari diatas lautan tenaganya terkuras cukup besar, sehingga ketika ia sampai dipesisir ia segera menjatuhkan diri sampai ia pingsan. bau harum ikan panggang menyeruak di hidung Aram, dengan sedikit gelengan ringan untuk menghilangkan rasa pusing Aram bangkit duduk, ia cukup terkejut ternyata ia berada disebuah ruangan yang mungil namun asri.
―Konbanwa‖(Selamat Malam)
411
Sebuah suara merdu yang mendayu-dayu mengagetkan Aram, dengan cepat ia berpaling, dilihatnya seorang gadis cantik dengan kimono biru berdiri tak jauh dihadapannya sambil menenteng ikan bakar yang telah matang. ―Daijobu desu ka ?‖ (Kamu baik-baik saja) sapanya lagi. Aram melohok dengan gelagapan ia menjawab. ―Hai,... arigatou‖ (ya, Terimakasih) ―Mau minum Sake?‖ tanya gadis itu lagi menggunakan bahasa Jepang. Aram mengangguk sebab tenggorokannya terasa sakit. ―Ini, minumlah....‖ gadis itu menyodorkan sebuah guci dari tanah liat. tanpa ditawarkan dua kali Aram segera menyerobot sake itu dengan rakus... ―Glekkk...glekkkk‖ dengan cepat seluruh isi guci itu pindah keperutnya. ―hihi... kamu lucu sekali,..‖ gadis itu tertawa geli memamerkan giginya yang putih. ―maafkan atas ketidak sopananku nona, apakah kamu yang membawaku kemari?‖ ―hai, kamu tergeletak di pesisir pantai, aku menemukanmu ketika aku mencari ikan ini‖ gadis itu mengacungkan panggangan ikan ditangannya sambil berjalan menuju meja bundar dari batu.
―Duduklah, kau pasti lapar..‖ tambahnya.
412
Aram menurut, ia duduk dihadapan gadis cantik dihadapannya dengan sedikit canggung, malam-malam berduaan dengan gadis cantik membangkitkan sesuatu yang lain dalam dirinya. ―Dapatkah aku mengetahui nama indahmu nona..!‖ ―hhi, kau pandai merayu.... namaku sangat sederhana Kyoko Amami, dan kamu siapa.‖ ―Aram, Aram widiawan, nona kemanakan yang lainnya mengapa hanya ada kamu sendiri?‘‘ ―Akh, jangan terlalu formal, panggil saja namaku. sudah dua tahun ini, aku tinggal disini, kedua orang tuaku sudah pergi dua tahun yang lalu‖ gadis itu menunduk sedih, ―maafkan aku, kyoko ekh amami aku telah membangkitkan kesedihanmu..‖ Aram gelagapan bingung harus memanggil nama yang mana. ―tidak apa-apa, aku sudah merelakan kepergian mereka. panggil saja aku Kyoko..‖ ―Baiklah Kyoko, engg,,,,,‖ ―silahkan dimakan...‖ Kyoko menitah, Aram tersipu, ternyata apa yang dia inginkan dapat tertebak oleh sigadis. Mereka makan sambil bercakap-cakap tentang diri masing-masing. setelah selesai keduanya melanjutkan bercakap-cakap di sisi pembaringan.
413
―Hoaammm‖ Kyoko Amami menguap. ―Tidurlah, hari sudah larut malam.....‖ ―ekh,‖ ―tidak apa-apa, aku akan tidur di sana ‖ ,Aram menunjuk pojok ruangan dimana terdapat tumpukan jerami. ―Oyasumi‖ (selamat tidur) ―mata ashita‖ (sampai bertemu besok) Aram menjawab sambil berjalan menuju pojok ruangan, disana ia segera merebahkan dirinya. Malam semakin kelam, debur ombak menjadi saksi dimana makhluk-makhluk yang bergerak siang hari terlelap dialam impian ―Ayo Semangat..‖ Teriak seorang gadis cantik berkimono biru mengalahkan deburan ombak dipagi yang cerah ini kepada seorang pemuda tampan berkimono biru jua yang sedang membidik ikan dengan ranting yang ditajamkan... ―yey, berhasilll, ayo tangkap lagi‖ teriaknya lagi... ―Hiat, Slapppp‖ ―Horeee‖ keduanya berteriak kegirangan saat mata ranting menancap ditubuh seekor ikan sebesar paha.
―Sudah cukup, mari kita kepondok‖ Ajak gadis yang tak lain adalah Kyoko Amami itu.
414
Mereka berjalan berdua dengan bergandengan tangan, sekali-kali tawa mereka kerap terdengar sampai mereka tiba dipondok. ―Aku akan membuat api, kau urus ikannya kyoko‖ Aram berkata sambil berjalan mengumpulkan ranting. ―Hai,...‖ Api sudah menyala, ikanpun sudah siap, keduanya pun segera memanggang ikan diatas bara berdampingan. ―Kyoko..‖ ―ya, ada apa?‖ ―Kau tahu tentang desa Kouraningun?‖ Kyoko tak menjawab, wajahnya berubah dengan sebat ia meloncat dan mencabut sebuah katana dari balik bajunya lalu menempelkan di leher Aram. ―Mau apa engkau dengan desa kami, apakah engkau mata-mata dari Emerarudo?‖ gadis itu membentak dengan tegang, lebih tegangnya lagi melihat lawan yang dihadapinya tak menghiraukan katana yang menempel dilehernya apalagi mata Katana itu telah menggaris kulitnya hingga berdarah, ia malah asyik membolak-balikan ikan yang dipanggangnya.
―Emch, Tenanglah Kyoko... duduklah jangan terbawa emosi‖ Tenang laksana samudera luas saja Sikap Aram. Kyoko mulai bimbang, ia mempertimbangkan lelaki dihadapannya, dalam
415
hatinya ia mengakui bahwa hatinya sudah jatuh kepada pemuda itu. pikirannya berdebat, antara cinta dengan kewajiban. namun sehebat apapun dia, dia tetap seorang gadis, dengan pasrah ia duduk kembali disamping pemuda itu. ―Aku tahu, sejak memandang dirimu pertama kalinya aku tahu kau seorang Kunoichi, jika kau ingin menyamar menjadi seorang awam, saat kau tidur kau harus mengatur nafas sebagaimana orang awam, kedua kau harus menyembunyikan matamu yang bersinar-sinar itu, ketiga langkah kakimu terlalu gesit untuk seorang gadis.‖ Aram mengoreksi penyamaran Kyoko, tentu saja kyoko memerah, ia tak menyangka bahwa pemuda disampingnya itu bukan hanya seorang pemuda jembel seperti yang pertama kali ia temui. ―engkau belum menjawab pertanyaanku Aram‖ Kyoko lirih, namun cukup keras ditelinga Aram. ―tidak apa-apa aku hanya ingin mengunjungi sahabat-sahabatku saja, kau kenal dengan Ryusuke atau Yumi?‖ ―Akh kau kenal dengan Ryusuke sempai? dan Yumi?‖ Kyoko terkaget-kaget. ―Mereka sahabatku...‖ Aram berkata. ―Kalau begitu ayo kita menemui mereka.‖ ―Jangan terburu-buru, kita berangkat setelah makan‖
416
Dengan lahap keduanya makan, setelah selesai Aram tersenyum. ―tubuhmu indah sekali...‖ Aram memuji Kyoko yang sedang melepaskan kimononya, dibalik kimono itu ia memakai pakian ketat khas ninja memperlihatkan lekuk tumbuhnya yang indah. Baju itu tidaklah berwarna hitam, melainkan hijau, perlu diketahui bahwa ninja itu memiliki baju khas sendiri yang disebut dengan Shinobi Shozoko, Shinobi Shozoko memiliki tiga warna, Baju warna hitam biasanya dipakai ketika melakukan misi pada malam hari dan juga bisa sebagi tanda ‗kematian yang nyata‘ bagi sang target. Warna putih digunakan ketika menjalankan misi dimusim dingin agar mudah membaur dengan salju. warna lainnya adalah hijau sebagai bentuk kamuflase agar mereka tidak terlihat dalam lingkungan hutan. Dengan menggunakan ilmu peringan tubuh yang sama-sama tinggi Aram dan Kyoko berlari-larian menjejak ranting-rnting pohon menyusuri hutan. Kyoko penasaran melihat Aram masih bisa mengikutinya, ―Hem... apakah sekarang dia bisa menyandaku‖ Kyoko berpikir dalam hati seraya meningkatkan ilmu peringan tubuhnya. sehingga ia melesat lebih duluan kemuka. Aram paham apa yang sedang dipikir kyoko, tanpa di beritahu juga ia meningkatkan ilmu Selaksa Rubah menjadi bayangannya, tampaklah disebuah hutan itu dua bayangan Hijau dan Biru berkelebatan seperti bayangan.
417
―Langit Biru‖ sebuah suara keras menyentak dua orang yang sedang berlari. tanpa berpaling kyoko menjawab ―Naga Menggeliat‖ ―Sett‖ Bayangan tadi menghilang, rupanya itu merupakan kata sandi untuk membedakan kawan maupun lawan ditempat itu. Kyoko berpaling kebelakang, ―akgggrgg‖ Ia terpekik melihat pemuda yang dia pikir tertinggal itu berada persis satu langkah dibelakangya tanpa ia sadari. ―Akh, ternyata pemuda ini salah seorang pemuda yang sakti‖ keluhnya dalam hati. ―Tempat yang indah, manusia berlalu lalang, pohon bunga sakura mengatapi setiap rumah. meski desa ninja tapi ternyata didalamnya seperti desa pada umumnya,‖ Aram menggumam. yang paling kaget adalah kyoko, ia kaget sepengetahuannya dari tempat berdiri menuju desa itu masih ada sekitar tiga mil lagi, namun pemuda itu dapat melihat seakan tempat itu berada dihadapannya. Belum kyoko berkomentar Aram kembali menggumam. ―Sepertinya disana terdapat banyak tanaman obat-obatan juga racun, hem... harum sekali tuak itu‖. Kyoko coba enduskan hidungnya, namun ia tak merasakan apa-apa. kyoko coba pandang wajah Aram, diam-diam ia heran dengan mata Aram yang tidak lazim.
―Aram, bolehkah aku bertanya sesuatu?‘‘
418
―Silahkan..‖ ―Apa yang terjadi dengan matamu‖ tanya Kyoko pelan. ―Mataku dicongkel dan dicangkokan dengan mata Rajawali oleh orang‖ Aku Aram jujur. Kyoko bergidik, ia tak berani bertanya apa-apa lagi, membayangkan mata dicongkel dan diganti dengan mata Hewan saja ia sudah mulas. ―Ayo jalan lagi‖ ajaknya lirih. Dengan mengerahkan ilmu peringan tubuhnya, mereka kembali melesat menuju desa yang dinamakan Desa Kouraningun. Di desa itu hiruk-pikuk dengan segala aktifitas manusia yang beragam, pepohonan menghijau permai, di mana-mana terlihat gairah hidup musim semi, bunga-bunga sakura berguguran ditanah. Dalam suasana yang demikian itulah dua orang pemuda-pemudi berjalan dengan santai beriringan. Keduanya lalu segera beranjak menuju gang desa yang dikelilingi dengan pohon sakura, Wajah Aram tampak tenang dan damai menikmati suasana tenang itu. dengan gayanya yang khas dia mengekor dibelakang Kyoko, hingga tibalah mereka disebuah bangunan yang indah, di gerbangnya bertulisan ―Kazama‖.
419
Tampak Kyoko mengetuk gerbang itu dua kali, tak lama kemudian munculah seraut wajah tua dan ramah membuka gerbang dan menyambut ramah. ―Akh, kiranya Nona Amami yang berkunjung, silahkan-silahkan Tuan Putri juga kebetulan ada, Ia sedang berkongkow bersama dengan teman-temannya, ‖ lelaki itu mempersilahkan. ―Ayo masuk‖ Ajak Kyoko pada Aram. Aram tak menjawab, ia cukup tersenyum untuk menjawab segalanya, Cepat Kyoko palingkan wajah, hatinya berdebar tak keruan, wajahnya panas melihat senyuman itu. Mereka berjalan sambil diam, mereka masuk ke bangunan itu, hingga sampai diruang tamu, dan terus masuk menuju dojo tempat berlatih bela diri, disana terdapat empat sosok pemuda-pemudi berpasangan, juga dua sosok pemuda yang belum dikenal Aram. dari ciri-cirinya mereka adalah penduduk pribumi. rupanya kedatangan tiga orang yakni Aram Kyoko dan lelaki tua itu ternyata belum mereka sadari entah ada apakah sebenarnya. ―AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH‖ Aram berkata cukup lantang. Lelaki tua itu dan Kyoko berpaling, mereka tak paham dengan maksud ucapan itu, tapi tidak dengan keempat sosok yang sedang asyik berkongkow. mereka segera berpaling, lalu bangkit menghampiri dan menekuk lutut,
420
―Ketua‖ Ucap mereka serempak. Kyoko, dua pemuda pribumi, dan lelaki tua itu terperanjat mendengar keempat-empatnya memanggil ketua. ―Kalian bangunlah, jangan membuat aku malu‖ Aram berkata jenaka. ―Hahaha.....‖ Keempatnya bangkit sambil tertawa, dengan gembira keempatnya berpelukan bergiliran. ―Mari, mari ketua kita duduk‖ Ryusuke mempersilahkan. ―Pak Suki, silahkan bapak kembali ketempat‖ Titah Yumi. ―Baik, Tuan Putri...‖ ―Ketua, perkenalkan ini adalah Tsume, dan ini Koyasha‖ Ryusuke memperkenalkan dua pemuda yang sejak tadi berdiri dibelakang Jelita Indria. ―Aram, Aram Widiawan‖ Aram memperkenalkan namanya. Tsume adalah seorang pemuda tampan dengan rambut sepundak, kimononya berwarna hijau dengan katana dipunggungnya, diantara hidungnya terdapat bekas luka yang menambah kejantanannya. sedangkan Koyasha adalah Pemuda cukup Tampan namun menarik untu dipandang, kimononya berwarna putih, dibagian dadanya, kimono itu membuka memperlihatkandada yang kokoh berotot.
421
―Hahahahaa‖‖hihihi‖ Angkara dan Jelita indria tertawa lepas, sepertinya mereka tak dapat menahan tawanya itu. Aram memerah, rupanya ia paham dengan tawaan itu, dengan cepat ia berkata kepada Ryusuke. ―Ryu, cepat pinjamkan aku baju, aku tak ingin ditertawakan orang hanya karena aku memakai baju gadis.‖ ―hahahaha‖ semuanya tertawa, kini mereka paham apa yang ditertawakan dua rekan mereka, suara tawa itu cukup keras hingga memicu orang-orang yang menghuni tempat itu...... INI PAKAILAH‖ Ryusuke menyerahkan sebuah Kimono berwarna Biru langit, warna Kesukaan Aram. ―Terimakasih‖ Aram membuka bajunya, Jeritan kaget dan ngeri bersahut-sahutan, mengapa? ternyata mereka terkejut melihat tubuh Aram, yang lebih tepatnya seperti pohon nangka yang dicacah dihari tertentu supaya buahnya menjadi lebat. hakikatnya tubuh Aram itu tak ada satupun yang tak ada luka, luka itu hanya sebatas pundak dan siku,entah kebawahnya sebab Aram memaki celana panjang. ―Ketua, Apa yang terjadi denganmu? akh, matamu juga tidak seperti dulu‖ Angkara bertanya. Setelah selesai memakai bajunya Aram menjawab singkat sambil tersenyum,. ―Tidak Apa-apa, hanya ada sedikit insiden...‖
422
―Tegar sekali sikapmu anak muda, kau memang patut dipanggil ksatria sejati... anakku sering mengatakan tentang dirimu, sungguh tak mengecewakan‖ Seorang lelaki paruh baya menyela. Lelaki itu berkepala pelontos, alis yang panjang tegak berdiri, dan jenggot panjang sedada. ―Terimakasih atas pujian Tuan‖ Aram menghormat layaknya penduduk Pribumi. ―haha... Aku Akamatsu Kazama telah mendapatkan seorang yang bisa diandalkan untuk membantu menyelesaikan peperangan ninja ini‖ Lelaki Paruh Baya itu tertawa. Aram mengerutkan kening, ia tak menjawab. yang memberi penjelasan adalh Yumi, ―ketua sebenarnya..... ― ―Cukup aku tahu, aku mendengar apa yang kalian bincangkan tadi, meski tak mendengar seluruhnya, aku paham garis besarnya‖ Aram menukas. ―Ekh, bukannya kita datang dari semenjak tadi, hanya mendengar satu katapun tidak?‖ Spontan Kyoko bertanya. ―Aku sudah mendengarkan perbincangan mereka sejak kita berada dihutan‖ Singkat saja aram berkata. Kyoko bulatkan matanya lebar-lebar,
423
―a..i..uu‖ Kyoko tergagap. ―Hutan mana?‖ Tsume bertanya. ―Hutan Gerbang ....Penentu‖ Kyoko masih tergagap. ―ha‖ jeritan kaget kembali terdengar. ―Angkara, Ryusuke kalian telah melakukan apa yang aku perintahkan?‖ ―Sudah ketua, aku berguru pada Enshin Nagatsuki sensei. meski ia seoran Rounin‖ (samurai tanpa tuan. biasanya suka mengacau ). ―Aku juga sudah, Akamatsu Sensei yang mengajariku‖ timpal Angkara. ―Bagus, kita selesaikan urusan disini, baru kita selesaikan urusan dinegri Seribu Pulau (Nusantara).‖ Aram berkata semangat. Tanpa pamit segera ia berila ditanah, tangannya disilangkan didada. wajahnya tenang tanpa emosi. Angkara yang sudah mengerti dengan kebiasaan ketuanya segera berkata. ―Baik, semuanya lekas kita ganti baju.....Pertarungan segera tiba didepan mata‖
―Pertarungan apa?‖ Koyasha bertanya bingung. bukan hanya Koyasha yang lainnya pun masih diliputi dengan sejuta tanya.
424
tidak dengan Ryusuke, Jelita Indria, dan Yumi. sebab mereka sudah terbiasa dengan tingkah aneh ketuanya, tanpa dikomando lagi keduanya segera melepaskan kimono dan berganti dengan Shinobi Shozoko. ―Ryu, apa yang terjadi?‖ Koyasha masih penasaran. ―Tampaknya tamu tak diundang akan datang, dan kita sebagai tuan rumah harus menjamunya‖ Ryusuke menjawab misterius. ―Baiklah semunya, segera ganti baju kalian, lekas beritahu keluarga lain untuk menyambut tamu..‖ Akamatsu Kazama berteriak, sepertinya Akamatsu kazama paham dengan maksud ucapan Ryusuke yang bernama lengkap Ryusuke Kazama itu. ―Hai,....‖ wuss ..sett‖ meski tak paham, tapi mereka tak ingin membantah perintah Akamatsu Kazama. segera mereka beranjak dari tempat duduknya, seperti bayangan saja, mereka menghilang ditempat. ―Hemmm.......firasatku mengatakan Mereka akan bergerak nanti malam‖ Tanpa disadari oleh semuanya Aram telah membuka mata tersadar dari semadinya dan bergumama. ―Hahaha, sudah kukira, kau adalah bantuan yang terbaik..., Jika Anak-anaku dan muridku Angkara si setan cilik memenggil kau ketua, aku yakin kemampuanmu lebih hebat dari Setan cilik‖ ―Setan cilik?‖ Aram mengerutkan alis nya yang seperti sayap elang menambah ketajaman mata Rajawalinya.
425
Melihat sinar mata yang begitu tajam, bulu kuduk Akamatsu Kazama merinding, tapi pengalamannya sangat luas, dengan berdehem ia dapat menenangkan hatinya. ―Maksudku Angkara, berkat taktiknya kami bisa memukul mundur beberapa kali tanpa mengerahkan banyak tenaga...‖ ―Oh, kenapa kau bodoh sekali Angkara? jika dipukul tanpa dihancurkan sama saja dengan menempa besi menjadi pedang, baiklah sebelum menjadi pedang tajam, kita bereskan selai masih tumpul‖ Aram melengos dan memarahi Angkara. Angkara ngengeh, ―hehehe‖ ―Kami memiliki kesulitan, jika malam dihutan itu terlalu banyak serigala, jika dibawa kemari justru semakin banyak resko‖ Angkara ngeles. ―Justru itu semakin bagus‖ Aram bersemangat. Angkara mengerutkan alis, tangannya bergerak, menghitung, mulutnya berkata ‖ satu, dua, tiga, ...delapan puluh,... seratus duapuluh,...‖ ―Takan ada disana, ― Aram menyela... ―heh, lalu...‖ ―Ini murni siasatku...‖
―OOO‖
426
―Baiklah, silahkan semuanya merapat‖ dengan membuat lingkaran mereka segera merapat. dilingkaran itu ada Akamatsu Kazama, Ryusuke, Jelita Indria, Angkara, Kyoko, Yumi dan Aram. tujuh orang. ―Aku akan memerintahkan serigala itu untuk membantu usaha kita‖ Aram memulai percakapan. ―Hehm.,, bagaimana caranya?‖ Yumi bertanya. ―Begini‖ aram mendekatkan tangan kanannya kebagian mata kanannya dan mencongkel, ―Akh,,,,Ikhh,, Ukhhh‖ Kyoko dan yumi menjerit hingga berpelukan, Jelita Indria memegang tangan ryusuke kencang-kencang dan menutup matanya, Angkara memejamkan matanya ngeri, sementara Akamatsu Kazama hanya menghela nafas berat saja. Ditangan Aram, sebuah benda bulat terkepal, tangan kirinya meraba kebalik baju, dan mengambil sebuah tabung transparan dari kaca, ternyata disana terdapat dua buah benda bulat seperti mata lainnya, Aram memasukan mata kanannya kedalam tabung itu, dan mengambil slah satu mata didalamnya, dengan cepat ia memasukan mata itu kedalam mata kanannya yag kosong dan dibuka, ternyata mata itu adalah mata seekor serigala, mata itu berbola mata perak indah
Dari celah mata itu keluar cairan berwarna kuning, akibat air dari dalam tabung.
427
―aku sudah selesai, bukalah mata kalian‖ Aram menitah. Keempatnya membuka mata, dilihatnya mata Aram itu berbeda, satu mirip serigala dan satu mirip rajawali. ―Set,,,... kyoko yang paling dekat dengan Aram menyapukan lengan kimononya untuk menyeka air yang membasahi wajahnya. ―Terimakasih‖ Kyoko mengangguk, dengan ragu-ragu ia bertanya. ―Sungguh aku merasa heran‖ ―Apa yang kau herankan?‖ ―dimana kau menyimpan barang-barangmu, perasaan waktu aku menemukanmu aku melihat kau tak membawa apa-apa‖ Ryusuke, dan yang lain menajamkan telinga, sebab merekapun ingin mengetahu jawabannya. ―Aku menggunakan salah satu ilmu yang bernama Sembunyi tangan Merogoh mutiara, dengan ilmu itu, aku bisa menyimpan benda apapun dan bisa dipanggil sesuai kebutuhan., baiklah semuanya, aku ingin mendengar awal permasalahannya sambil kita menunggu malam tiba. ―Ekhemmm‖ Akamatsu Kazama berdehem. dan melanjutkan.
―Sekitar setahun yang lalu, salah satu warga desa ini mendapatkan misi untuk membunuh salah satu keluarga di
428
daerah edo, namun ketika kami tiba disana rupanya seluruh desa tempat itu telah mati, bahkan ninja dari desa Emerarudo beberapa diantaranya ikut menjadi korban. setelah itu, warga dari desa kami itu datang pulang melapor, tapi tak lama kemudian beberapa ninja Emerarudo menyerang desa kami ini, mereka bilang mereka telah kehilangan Pedang Pusaka matahari perguruannya. dan ditempat itu ditemukan shuriken dari desa kami. begitulah awal dari permusuhan ini, kami mencoba tidak memperpanjang, namun mereka terus mendesak hingga kamipun merasa marah dan terjadilah peperangan, dan itu terjadi sampai sekarang...‖ Akamatsu menerangkan, begitulah mereka terus bercakap-cakap hingga malam menjelang. ―Siasat apalagi yang akan digunakan Aram untuk menghadapi ninja Emerarudo? ―Aaaaauuuuuummmmm‖ lolongan serigala bersahut-sahutan, menyambut serombongan sosok bayangan berwarna hitam. ―Selamat datang di gerbang kematian,... ― sebuah suara sinis menggelegar. suara itu menggaung-gaung tidak jelas arahnya. Pemimpin rombongan itu mengangkat tangan kanannya, sepertinya mereka terkejut dengan suara itu. ―siapakah anda?‖ pemimpin itu berteriak dalam, bisa diketahui bahwa itu hanyalah suara perut saja.
429
―Aku adalah wakil pencabut nyawamu, wahai sang ketiga‖ suara itu kembali menggaung. Pemimpin itu terkejut dengan kemampuan pemilik suara itu. meski ia sudah berusaha sekuat mungkin untuk menentukan arah suara namun tetap sia-sia belaka. Lebih terkejutnya lagi ketika suara itu menyebutnya sang ketiga.. bagi orang lain mungkin panggilan itu hanyalah panggilan biasa, namun tidak bagi pemimpin itu, mimik wajahnya berubah meski seluruh wajahnya terselubung kain tapi matanya berkilat-kilat emosi. ―Tunjukan wajahmu pengecut‖ teriak pemimpin itu. namun teriakannya itu tidaklah mendapat sambutan yang tak semestinya. tetap hening seperti dikuburan, hanya suara binatang malam saja kerap terdegar. ―Wusss...Crak...crakkk...‖ Suara besi beradu dengan kayu beradu ditengah malam yang pekat ini. Ditangan Pemimpin itu masih terselip sebuah senjata dari besi berbentuk bintang, atau biasa lebih dikenal dengan Shuriken. Dengan berteriak-teriak pemimpin itu memanggil suara tadi, namun tak ada sambutan, dengan menahah kemarahan pemimpin itu mengkomando kawan-kawannya untuk kembali berangkat. mereka berkelebatan diantara gelapnya malam.
Tiba -tiba terdengar suara bentakan dahsyat laksana guntur membelah angkasa, sesosok bayangan manusia berwarna
430
hitam dengan cepatnya meloncat menghadang dihadapan rombongan itu. ―Anda terlalu berani tuan, mengirimkan lima puluh ninja di sebelah utara, dua puluh di selatan, dua puluh di barat dan terakhir rombongan kalian ini‖ Sesosok bayangan yang menghadang menegur. ―heh, ternyata kau Akamatsu Kazama, senang bisa bertemu denganmu, aku pikir kau hanya bisa melakukan siasat anak kecil saja, heh‖ Ucap pemimpin itu mengejek. ―hahaha, aku takut bila menggunakan cara jantan kalian binasa terlalu dini, bila menghadapi siasat anak kecil saja kalian sudah kabur terbirit-birit apalagi dilakukan secara jantan‖ Pemimpin itu tertegun, wajahnya merah menahan malu. belum sempat pikiran kedua berkelebat dalam benaknya, serentetan cahaya tajam yang amat menyilaukan mata telah meluncur datang. Pemimpin ini jadi kaget, buru buru ia menghindar kesamping, dan menghadangkan shuriken yang dipegangnya hingga terbit lelatu api ―Traaannkkk‖
Menyadari dirinya diserang tanpa permisi ia menjadi naik pitam, ia balas membentak keras dan mencabut katana dipunggungnya, dengan menyabetkan pedangnya secara horizionta ia membalas serangan itu..
431
Akamatsu Kazama atau sosok yang barusan munculkan diri dalam kalangan Itu mendengus dingin, ia pegang katananya dengan kedua tangan, pedangnya diputar menangkis pedang dari pemimpin yang datang menyerang. lalu membabat kemuka. Cahaya pedang berkelebat menyilaukan mata, Pemimpi itu berkelit kesamping, sambil bersuit nyaring, katananya di ditaburkan melingkar-lingkar ke arah dada Akamatsu Kazama. Akamatsu menyurut mundur dua langkah langkah. katananya masih tetap dilintangkan di dada. ― Pengecut engkau akamatsu ..." maki Sipemimpin rombongan. ―haha, kau melupakan satu hal, kami adalah ninja, seorang pembunuh bayaran, hal-hal apapun kami lakukan bila itu memang dianggap perlu, haha, aku melupakan sesuatu.... kau adalah sang ketiga... bwahahaha‖ akamatsu terbahak-bahak. Menyadari bahwa lawan sudah mengetahui identitasnya sekarang, Pemimpin itu mulai ketakutan bila kawan sepihaknya mengetahui. dengan cepat ia berteriak. ―Kalian tunggu apalagi, lekas bantai dia‖ ―Hai‖ kawan-kawan dibelakangnya mengiakan dan segera mencabut senjatanya. senjata itu berupa katana, naginata, panah, ada pula tessen, shobo Kyoetsu shogei dan juga neko te.
Akamatsu Kazama tersenyum sinis, bila harus melawan sekian banyak shinobi-shinobi sendirian, tentulah ia akan kalah. Oleh karena itu segera ia bersuit nyaing tiga kali.
432
―Heh, kau memanggil bantuan rupanya, serbuuu‖ Sebelum Pemimpin dan rombongannya mengeroyok akamatsu Kazama, cahaya keperakan berkelebat menyambar. Dalam keadaan seperti itu terpaksa mereka menangkis sebab serangan itu bukan hanya ada satu melainkan serempak. ―Jrengg...‖ dihadapannya sepuluh sosok berwarna hitam berdiri disamping Akamatsu Kazama. ―Sekarang baru seimbang, seraaaanng.....‖ tak pelak lagi kedua pihak kini mulai bentrok, dentingan senjata mulai terdengar dimalam yang gelap ini. ―Akh....‖ Sipemimpin atau yang mulai saat ini kita panggil sang ketiga mendengus. rupanya pundaknya terkena sebuah sabetan lumayan dalam dari pedang Akamatsu Kazama. sang ketiga merasakan gelagat buruk cepat ia gerakan pedang. Tetapi baru dia gerakkan pedang, Akamatsu Kazama sudah miringkan tubuh dan ujung pedang dibabatkan pada lengan Sang Ketiga. Jika kena tentu lengan Sang ketiga akan kutung seketika. sang ketiga tak berani melanjutkan menyerang dan cepat-cepat menarik tangannya. Tring.....pedang Akamatsu Kazama yang membabat lengan berobah menjadi membabat katana Sang ketiga dan terjadilah, benturan senjata yang nyaring sekali.
433
Akamatsu Kazama diam-diam kerahkan tenaga murni kearah batang pedangnya. saat ini Akamatsu kazama tengah mengerahkan jurus andalannya yang diberi nama Kuji-in. sebenarnya kuji-in adalah kekuatan spiritual dan mental berdasarkan simbol-simbol yang terdapat ditelapak tangan. kuji-in ini merupakan hal yang paling terpenting untuk seorang ninja dalam penguasaan teknik (Ninjutsu). simbol tangan ini diambil dari praktek pada masa awal penyebaran agama budha, kuji-in digunakan untuk membangun kepercayaan diri dan kekuatan seorang ninja. kuji-in juga mampu meningkatkan kepekaan terhadao keadaan bahaya dan mendeteksi adanya kematian. Kuji-in memiliki 81 simbol dan yang utama hanya ada sembilan, kesembilan simbol itu kemudian oleh Akamatsu Kazama dimasukan kedalam jurus pedang andalannya yaitu, Rin (memberi kekuatan tubuh), hei (memberi kekuatan menyamarkan kehadiran seseorang), Toh (menyeimbangkan bagian padat dan cair pada tubuh), Sha (kemampuan menyembuhkan), Kai (memberi kontrol menyeluruh terhadap fungsi tubuh, memungkinkan untuk memperlambat detak jantung, menaikan atau menurunkan suhu tubuh. dll), Jin (meningkatkan kekuatan telepati), Retsu (memberi kekuatan telekinetik), Zai (meningkatkan keselarasan terhadap alam). Zen (memberi pencerahan pikiran dan pemahaman).
Saat ini Akamatsu Kazama sedang mengerahkan jurus yang diberi nama dengan Rin (memberi kekuatan tubuh), sepintas jurus ini seperti berbuat kebaikan dan sederhana padahal sebenarnya jurus ini mengandung banyak sekali tipuan yang mematikan.
434
Akamatsu kazama menyerang dengan membuka dadanya, seakan memberi kesempatan kepada Sang ketiga untuk menusuk dadanya itu. melihat sebuah kesempatan yang langka, sang ketiga segera menusukan katananya kearah dada. dengan mengalirkan tenaga dalamnya kearah ujung pedang, Sang ketiga berteriak. ―Topan pelindas bumi‖ Sang ketiga memutar katananya dan menodongka kemuka. ―Trankkk‖ Arus tenaga dalam yang melanda ke Akamatsu kazama seperti membentur benda keras yang membal sehingga arus tenaga dalam tertolak sehingga menyebabkan sang ketiga terdorong mundur sampai tujuh langkah. Tetapi diluar dugaan Akamatsu kazama juga terpental delapan langkah ke belakang. bukan hanya mundur, tapi Akamatsu Kazama terlihat sempoyongan. Melihat itu girang sang ketiga bukan kepalang. tanpa mempedulikan pertahanan Sang ketiga segera menyerang dahsyat. "Hayo seranglah dengan katana tumpulmu itu. tak usah sungkan!'' Tubuh Akamatsu Kazama bergoyang-goyang maju menghampiri. Sepintas nada ucapan Akamatsu Kazama itu seperti ucapan orang yang sedang terluka.
Melihat Akamatsu Kazama menantang dengan suara berat, hati Sang Ketiga makin mantap. Ujung katana sudah ditujukan pada
435
jalan darah maut di dada akamatsu kazama. Sepasang matanya berapi-api memancarkan hawa kemenangan yang menyala. ―Mampus kauuu...‖ Sang Ketiga menjerit keras dan katanapun segera bergerak memenyabet memancarkan cahaya perak yang menyilaukan mata. namun dipertengahan jarak katana itu terus menusuk jalan kematian dada Akamatsu Kazama. Pedang berkelebat laksana kilat cepatnya dan jarak keduanya amat dekat. Tak mungkin Akamatsu Kazama dapat menghindar. Tetapi suatu peristiwa yang menakjubkan terjadi pada saat itu. Pada saat katana menusuk, tiba-tiba Akamatsu Kazama merunduk dan meletakan pedangnya di punggung. ―Sreengggggg...........‖ Tahu-tahu Akamatsu Kazama telah nyelonong dibawah katana milik Sang Ketiga. Kejut Sang ketiga bukan kepalang. ia ingin menyabetkan katananya kebawah, namun katana milik Akamatsu kazama menahannya. ―Crassssss‖ ―Akkkkhhhrrgggg‖ Sang ketiga menjerit histeris,,.... tubuhnya terbagi menjadi dua, Akamatsu Kazama telah memenangkan pertempuran.
―Hemmm.... hanya menghadapi kombinasi dua jurusku saja nyawamu telah terbang ke akhirat‖ Ejek Akamatsu Kazama
436
sambil menyusutkan katana yang berdarah di baju Sang Ketiga yang telah menjadi mayat. Sebenarnya Akamatsu Kazama seperti yang dijelaskan diatas menggunakan jurus yang diberi nama Rin, tapi Ketika Akamatsu nyelondong di bawah katana milik Sang ketiga, Akamatsu kazama menggunakan jurus yang bernama Toh (menyeimbangkan bagian padat dan cair pada tubuh). memanglah jurus dengan gerakan milik Akamatsu Kazama tidaklah nyambung. namun itulah kehebatan dan keunikannya. malam semakin kelam, jeritan kematian dan auman suara serigala terus bersahut-sahutan menambah kengerian di malam tanpa bintang itu. Bagaimanakah pertarungan selanjutnya? dapatkah Aram menyelesaikan masalah Desa Kouraningun dengan tuntas? ―Apa Pendapatmu dengan kejadian dimalam ini Tuan Akamatsu?‖ sesosok bayangan hitam diatas pohon sedang ongkang-ongkang kaki bertanya kepada sesosok bayangan hitam tinggi besar yang berdiri disampingnya. ―Sungguh aku tak bisa membayangkannya jika ketua Aram tidak membantu‖ jawab sosok tinggi besar yang dipanggil tuan Akamatsu. Ternyata dua sosok diatas pohon itu Akamatsu Kazama dan Aram widiawan adanya. Tiba-tiba....
437
―Srettt...‖ dua bola mata bersinar-sinar di kegelapan dengan dua warna. satu mata Rajawali dan satunya lagi mata serigala. ―Tuan terlalu memuji,.... teknik Perang Sun Tzu yang anda ajarkan tadi sore juga sangat hebat... itu juga membantu untuk penentuan akhir saat ini... jadi bukan hanya aku tapi kita‖ Aram berkata. Diam-diam Akamatsu Kazama merasa takluk juga dengan sikap pemuda belia yang berada disampingnya ini. ―Bagaimana dengan daerah lain?‖ Akamatsu Kazama kembali bertanya. ―Daerah utara sudah dibereskan angkara dan jelita indria, daerah selatan sudah diberskan Yumi dan Ryusuke, sisanya Oleh Koyasha dan Tsume, selain itu mereka dibantu oleh sepasukan serigala juga didampingi tetua desa.,‖ ―Lalu...mer...‖ ―Shhhtttt... mereka datang‖ Aram mencegah obrolan dilanjut. Benar lah saja, dari arah timur muncul serombongan sosok hitam yang berjalan kearah mereka berdua, mereka datang lalu segera berkumpul di tanah depan dimana Aram dan Akamatsu Kazama sedang nangkring. Diantara mereka ada yang mengumpulkan ranting dan membuat api unggun. yang lainnya duduk saja bergurau satu sama lain.
438
―Kabarnya Akamatsu Kazama memiliki kemampuan yang luar biasa sehingga Saito yang kita tugaskan untuk mengadu dombakan Emerarudo dengan Kouraningun yang hanya merupakan anak dari Ninja Nara harus menemui ajal‖ Ucap seorang lelaki paruh baya dengan rambut sepundak, wajahnya sudah penuh dengan kerutan menandakan ketuaannya. ―bagaimana, apa sebaiknya kita langsung menyerang mereka? Aku yakin mereka takan menyangka akan kedatangan kita.‖ ucap salah seorang dari rekannya lagi. orang itu berkepala plontos dengan kimono ketat berwarna hijau. ―Hem... kalau kita menyerang tanpa perhitungan dan dihancurkan oleh mereka, tak akan membawa keuntungan apa-apa. kita lihat dulu keadaannya. ―Hemmmm... Akamatsu Kazama ya. sampai pelindung hukum berpikir dua kali sebelum melawannya, aku penasaran ingin melwannya.‖ Ditempat lain, disebelah barat kumpulan itu dua orang diatas pohon terlihat bercakap-cakap. ―ternyata perhitungan mereka lebih teliti dari perkiraanku, jika menyerang sekarang pasti banyak korban diantara kita.‖ bisik seorang lelaki setengah baya dengan pakaian khas ninja, hanya saja bagian kepalanya sedang dibuka. mereka tak lain akamatsu kazama dengan Aram.
439
―Jangan khawatir, kita akan menggunakan Manten Kakai (langit penuh, lautan meluap, atau juga menipu langit, menyebrangi lautan), teknik pertama dari Taktik Sun Tzu. ‖ Aram menjawab. ―Manten kakai....? apakah itu cukup tepat? bukankah manten kakai itu taktik yang membuat musuh terbiasa dengan penampilan palsu dan menyerang musuh habis-habisan begitu lengah..! lalu siapa yang akan melakukannya.‖ ragu-ragu Akamatsu kazama kembali bertanya. ―kita lihat saja nanti, lihat mereka datang‖ ―Emch, Angkara, Ryusuke, Yumi, Jelita indria..... Tsume, Koyasha, Yukari, Hokuto, nagatsuki.... sembilan orang...‖ hitung Akamatsu Kazama. meski kesembilan sosok itu memakai pakaian yang terselubung namun, Akamatsu Kazama dapat membedakan mereka dari simbol didada masing-masing juga perawakan mereka. Simbol baju angkara adalah kepala Kijang dengan latar bunga sakura merah muda, Ryusuke bersimbolkan sakura berteteskan darah. yumi bersimbol sakura polos, Jelita Indria bersimbol sakura kuning, Tsume dan Yukari bersimbol teratai putih dengan sebilah pedang bersilang, mereka adalah saudara kembar. sedangkan Koyasha, Hokuto dan nagatsuki bersimbol sama yaitu shuriken tiga mata, sebab mereka adalah saudara seperguruan.
440
―Heh, rupanya kehadiran kita sudah disambut..., pelindung hukum Natsuki todo biarlah kami yang memberekan mereka‖ ucap seorang pemuda berambut sepunggung diikat kuda. ―Baiklah Takada, aku serahkan semuanya kepadamu....‖ ucap seorang lelaki paruh baya dengan rambut sepundak, berkimono biru dongker dengan motif lautan. ―Siapa kalian, beraninya masuk kewilayah kami.. apakah kalian ingin bernasib sama dengan Sang Ketiga heh...‖ Seorang pemimpin rombongan membentak, dia adalah angkara adanya. ―Cis... berani kau bilang seperti itu,‖ Srengggg salah seorang dari mereka mencabut pedang dan enyabetkan kearah Angkara, ―Breetttt‖ Pudak Angkara terkena sabetan. ―Ukgg,,... kabur lekas beritahu tuan. lelaki barusan lebih jago dari Sang Ketiga,‖ Angkara kabur terbirit-birit. lelaki yang menyerangnya tertegun. ―Hahahaha,.... ternyata Akamatsu Kazama memiliki anak buah yang begitu pengecut..‖ Tawa mereka bergema di hutan itu. ―Ketua, Aram..‖ bisik Akamatsu Kazama. ―Jangan Khawatir, lekas kita pindah ke pos kedua‖ Wusssttt keduanya melompat dan menghilang dikegelapan malam.
―Pelindung hukum,... mari kita serang mereka sekarang...‖ dengan tertawa-tawa terbahak-bahak rombongan yang terdiri
441
dari dua puluh orang itu segera beranjak dan menyusuri hutan hingga tiba dihutan dengan dua belah batu yang mengapit. ―Siapa kalian.... lekas berhenti atau kalian kami panah‖ bentak sesosok hitam di atas pohon. ―Cisss,... buang-buang waktu saja, lekas bereskan‖ Ucap pemimpin rombongan yang bernama Natsuki todo itu. ―Baik....‖, ―wussshhh‖ Creppp...creeppp. .creeppp. .creeppp. .creeppp. .creeppp. .creeppp. .creeppp.‖ ―Arrggghhhhhh... Arrggghhhhhh... Arrggghhhhhh... Arrggghhhhhh... Arrggghhhhhh... Arrggghhhhhh... Arrggghhhhhh... Arrggghhhhhh...‖ ―Blukkk...Blukk...‖ Suara Benda tajam menancap di bagian tubuh lunak sebanyak delapan kali dan jeritan sebanyak delapan kali pula, dari atas pohon terjatuh delapan mayat bersosok hitam. rupanya salah satu dari rombongan itu melemparkan suriken dengan kecepatan laksana kilat.
―Hahaha,... ayo kita bantai desa ini, sepertinya mereka terlarut dalam kebahagiaan hasil kemenangan mereka‖ Ucap Natsuki todo.
442
Dengan santainya seolah semuanya akan baik-baik saja, rombongan itu masuk ke gerbang desa dengan candaan di mulut. Setelah mereka cukup jauh seorang lelaki paruh baya dengan pakaian hitam segera mendekati mayat yang terjatuh di tanah. ―Jangan khawatir tuan akamatsu... mayat itu adalah mayat yang kita kumpulkan dari hasil pertarungan engkau dengan pasukan rombongan Sang ketiga. Kalian keluarlah... kita segera berkumpul di pos ketiga untuk mengeksekusi mereka. ― Seorang pemuda bermata serigala dan Rajawali berkata dengan santainya. ―Ekh...‖ Akamatsu Kazama berpaling, benarlah saja dibelakangnya terdapat delapan sosok hitam sedang menyilangkan katana didada. ―Mari..‖ Aram mewakili yang lain segera melesat menembus kegelapan. dengan cepat semuanya mengekor dibelakangnya. ***** ―Cukup.... berhenti selangkah lagi nyawamu melayang...‖ Delapan sosok hitam mencegat, yang membentak itu adalah sosok bayangan hitam kekar dengan pundak dibalut, dia adalah Angkara adanya. ―Hahaha... ternyata kau lagi, manusia tak tau diri‖ yang berbicara adalah pemuda yang tadi menyabet pundak Angkara.
443
―Seraaannng‖ Angkara mengkomando, tampak kedelapan orang itu maju dengan hati-hati seolah ketakutan, dengan seenaknya rombongan penyatron menangkis dengan santai, tapi mereka semua kecele sebab tiba-tiba entah darimana datangnya tenaga itu. Tampak kedelapan ninja dari desa Kouraningun itu menyerang dengan dahsyat.... Tentu saja, Rombongan penyatron itu terkejut, mereka kelimpungan menghadapi serangan bak caah dengdeng itu (air bah yang datang secara tiba-tiba). mereka ingin meningkatkan serangan namun ternyata beberapa diantara mereka malah menggeletak pasrah dengan tubuh bersimbah darah. Natsuki Todo atau pemimpin rombongan itu terkejut, dalam hatinya ia merasakan gelagat buruk, segera ia berbalik untuk melarikan diri. Mendadak ―Jleegggg‖ Dihadapannya berdiri seorang Pemuda tampan dengan mata berinar-sinar tajam, mata itu adalah bola mata serigala dan Rajawali. ―Senang berjumpa denganmu Pelindung Hukum Nawa Awatara... Natsuki Todo..!‖
Natsuki Todo cukup sadar, bahwasanya orang yang berada dihapannya bukan orang biasa, terbukti dengan kedatangannya yang tanpa tanda. oleh sebab itu melihat datangnya pemuda
444
bermata aneh itu, dia tak berani bertindak gegabah, ujung kakinya segera menjejak tanah dan melayang mundur sejauh tiga kaki lebih. Aram tertawa dingin, tubuhnya mengejar lebih ke depan. . .sehingga keduanya masih dalam jarak yang sama dengan tadi. Belum lagi Natsuki Todo menginjak tanah dengan tegak, Aram sudah menubruk datang, dalam kejutnya dia membentak keras, sebuah bacokan tangan kanan segera dilontarkan ke luar. bacokan itu dilakukan dengan posisi merunduk keatas. Gulungan angin sabetan yang dahsyat dengan cepatnya menerjang ke dada Aram. Aram mendengus dingin, tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu sudah lenyap tak berbekas. "Blaammm!" Benturan nyaring menggelegar memecahkan keheningan, sebuah batu sebesar kerbau hancur menjadi serbuk debu, ternyata serangan dari Natsuki todo tak dapat dihentikan kelajuannya sehingga menggempur batu dibelakang Aram. Menyaksikan kejadian tersebut Natsuki todo merasa gelagat buruk, dengan perasaan terkejut dia segera membalikkan badan:
Pada saat dia sudah membalikkan badan itu dilihatnya aram sedang tersenyum mengejek dibelakangnya. Natsuki todo semakin penasaran, sambil membentak telapak tangan kanannya sekali lagi didorong ke muka..
445
"Blaammm!" ―Treeekkk...‖ ―Bruukkk..!‖ benturan keras menggelegar kembali terdengar, kali ini korbannya adalah sebuah pohon sebesar pelukan orang dewasa. sementara orang yang ditujunya menghilang entah kemana. Natsuki todo coba edarkan pandangannya dilihatnya dua tombak disamping kanannya pemuda yang ia hajar sedang memainkan rumput dibibirnya, Natsuki Todo kerutkan kening, kemudian pergelangan tangan kanannya diputar dan.. "Criing!" dia telah meloloskan katana-nya yang tersoren di punggung. Melihat Natsuki Todo sudah meloloskan pedangnya, Aram berpaling kelangit memandang bintang-bintang di-dinihari dimalam yang pekat ini. lalu berkata: ―Baiklah, setelah merasakan ninjutsu-mu (teknik beladiri dengan tangan kosong) yang hebat meski tidak pernah mengenai tubuhku. aku ingin merasakan Kenjutsu-mu (teknik menggunakan pedang)‖
―Berisik kau, rasakan ini.... Naga Liar Alam barjah‖ Teriak Natsuki Todo sambil melompat dan menyabertkan pedangnya dengan dahsyat. dengan tenang Aram mengalirkan tenaga dalam kekaki kanan lalu dijadikan poros sekaligus penunjang
446
dari tubuhnya yang melentik sehingga pedang itu nyosor se-inchi di atas tubuhnya. Bunyi pertarungan antara denting pedang, suara menggaung pedang dan senjata lainnya menjadikan musik indah bak denting piano dikala jemari menari merambat pelan dikesunyian malam Jalan di kota kanglam hari itu cukup ramai dengan hiruk-pikuknya kehidupan, pedagang dan pembeli saling bersitegang menentukan harga. Kota itu sangat ramai akan kehidupan dan keramahan, kota yang terkenal akan keindahan alamnya, pelajar-pelajar yang hebat juga gadis-gadis yang cantik. Ditengah jalan itu lima orang pemuda dan pemudi menjadi sorot perhatian orang banyak karena baju mereka bukanlah baju dari daerah situ. lelaki yang ditengah merupakan seorang pemuda dengan kimono biru langit, wajahnya tampan dengan bola mata elang, bibirnya ranum kemerah-merahan dibalut dengan kulit seputih salju, rambutnya panjang sepunggung dengan diikat ekor kuda, kepalanya diikat dengan kain berwarna coklat, dibelakangnya sebuah kujang kecil menonjol. bila orang yang tak mengenal maka ia pasti akan mengira bahwa dia adalah seorang pemuda yang lemah tak berdaya.
Disamping kirinya Seorang pemuda tampan berwajah kuning pucat, rambutnya sepundak riab-riaban namun tak menutupi ketampanannya, rahangnya kokoh dengan badan kekar tegap. ia memakai baju kimono hijau sambil menggandeng seorang
447
gadis cantik berwajah kekanak-kanakan, hidungnya bangir dengan mata sipit, ia memakai kimono berwarna merah muda dengan baju dalam merah. Sementara itu disamping kanannya seorang pemuda tampan berwajah sipit dengan rahang kokoh juga tubuh kekar berotot asik menggandeng sambil bercanda dengan gadis cantik bertubuh sintal dengan kimono merah. mereka adalah Aram Widiawan, Angkara, Yumi, Ryusuke dan Jelita Indria. Setelah tiba di negri itu mereka sedang berada di pegunungan bukit yang mereka tak tahu apa namanya, setelah berjalan cukup lama maka sampailah mereka dikota Kanglam. ―Ketua..‖ Angkara berbisik. ―Panggil namaku, jangan memancing harimau lapar..‖ Aram menasihati. ―Ba..ik.. Ar.. Aram..‖ ―Ada apa?‖ ―Aku lapar...hehe‖ ―Baiklah kita cari kedai dulu untuk makan.‖ ―Tapi.,‖ ―Tapi apa?‖
448
―Aku gak bisa bahasa daerah sini..‖ ―Jangan risaukan itu, perlahan kau juga akan bisa..‖ Hibur Aram sambil menatap sebuah kedai yang cukup besar ― ―Kalian ikutlah...‖ Ajaknya kemudian sambil ia segera masuk kedalam, dilihatnya dikedai itu cukup ramai juga, tampaknya mereka juga adalah kaum golongan rimba hijau, terbukti dengan pedang yang mereka bawa. Segera mereka masuk dan memilih tempat dipojok dekat jendela akan tetapi tidak ada seorang pelayan pun yang meladeni, sepertinya para pelayan sedang sibuk dengan melayani yang lainnya. tiba-tiba sudut mata Aram melihat seorang pelayan yang sedang nganggur segera ia memanggil. "Hai, kemari!" "Ya, ya, segera datang!" cepat pelayan itu bersuara, lalu mendekat dan bertanya dengan tertawa, "Tuan –tuan ini hendak pesan apa?" "Buatkan lima porsi burung dara goreng, lima porsi Pak-lay-cah, lima porsi Ang-sio-hi, seporsi ayam cah jamur, dan bawakan lima kati arak Li-ji-hong."
"Baik, baik, segera disediakan," sahut sipelayan dengan tergagap. Kiranya restoran ini terhitung rumah makan yang cukup besar, sehingga menu yang dipesan dapat disediakan
449
dengan baik. meski cukup kaget dengan pesanan itu tapi diam-diam ia juga merasa senang. Maklumlah, orang berusaha kedai, tentu tidak beralasan menolak tamu makan banyak, maka dicatatnya pula setiap pesanan itu. tak lama kemudian pesanan segera datang, dengan lahap mereka segera makan, ditengah asiknya makan itu yumi berkata dengan mulut penuh daging burung dara. ―Keua kau au iana etak peuruan ian ong pay? (ketua kau tahu dimana letak perguruan Thian Liong Pay) ―Sruputt... tidak, aku lupa menanyakannya...‖ Jawab Aram. ―Berarti kita harus bertanya?‖ Jelita indria menanyakan sesuatu hal yang lucu. ―Hahaha,.... tak usah.. mereka sudah ada diperjalanan, kita tunggu saja dikota ini..‖ Jawab Aram sampai menyeruput araknya. ―Heh, kapan? padahal semenjak tadi aku melihat kau tak melakukan hal apapun..‖ Jelita Indria Penasaran. yang dijawab hanya dengan senyuman saja.
―Sepertinya bakal ada kejadian menarik..‖ Angkara melirik kearah pintu masuk. di pintu masuk itu berdiri tiga orang berseragam hitam dengan gambar piramida berantai di dada.
450
Tangan masing-masing membawa bungkusan panjang, jelas yang terbungkus itu adalah senjata. Orang yang paling depan berperawakan tinggi tegap, orang kedua di belakangnya berbadan pendek tangkas, orang ketiga bertubuh ramping, dengan wajah tak lebih baik dari wajah manusia yang dikerok cangkang durian.. dengan tajam mereka tatap serombongan orang yang berdiri disudut ruangan. Sementara itu rombongan itu itu sudah menyongsong maju, tapi setelah berhadapan dalam jarak beberapa tombak mereka lantas berhenti dan saling tatap dengan penuh waspada. Dengan setengah mengejek orang yang berseragam hitam ditengah berkata, ―Apakah kalian yang berani membunuh salah satu anak buah kami?‖ ―Betul!‖ jawab salah satu orang dalam rombongan yang sejak tadi berada dikedai. Orang itu memakai pakaian biru tua, berbadan sedikit gemuk, dan berkumis tebal, berusia sekitar lima puluh tahun menjawab dengan dingin, dalam dunia persilatan ia lebih dikenal dengan sebutan Si Kumis beracun. ―tahukah kalian siapakah kami ini?‖ si baju hitam bertanya lagi. Kembali si kumis beracun menjawab, ―tentu, kalian adalah bergundal dari Nawa Awatara sang kumpulan duri dalam mata!‖ Si baju hitam dan kawannya menjadi gusar, teriaknya, ―tahukah kau akibatnya bila melawan kami?‖
451
―memangnya kenapa jika kami melawan kalian?‖. ―hem, kalian mencari penyakit sendiri, tak ada tempat lagi untuk kalian kecuali dunia barat‖ ―hahaha.... boleh saja kalian pentang gaya dengan mengandalkan pamor kalian di tanah seribu pulau, tapi disini kalian ini hanya kunang-kunang di hadapan rembulan‖ Seketika air muka Sang baju hitam berubah, tapi ia lantas menjengek, ―Kumis beracun, jangan salahkan jika kau ku kirim keneraka lapis delapan belas‖ ―Sudah tentu,sebab kaulah yang pertama kali akan kesana,‖ ujar si baju hitam. Dia bicara dengan kalem-kalem saja, tidak terburu-buru dan juga tidak alon-alon, tapi nadanya seperti sengaja dibikin-bikin. Dengan tak sabar Si baju hitam menggeram, teriaknya, ―Mati kau‖ Berbareng dengan itu kedua orang seragam hitam lainnya juga lantas menubruk maju. Si pendek tangkas itu mendahului menubruk ke arah rombongan yang berada dimeja yang berjumlah empat orang itu. Gerak tubuh orang ini sangat cekatan, gaya serangannya juga ganas, Duk.... salah seorang dari rombongan yang berusia cukup tua dengan jenggot sedagu menahan serangan. didalam persilatan ia dikenal dengan nama Sembilan langkah pembawa maut Beng san.
452
Sedangkan si perempuan baju hitam justru menubruk kearah seorang gadis cantik berbaju langsat. Ilmu silat gadis yang terkenal dengan gelar gadis cantik dari kanglam itu tergolong lumayan dan sudah dua tahu berkecimpung didunia persilatan, tapi menghadapi serangan yang aneh dan cepat itu, seketika ia menjadi kelabakan tercecar. Di sebelah sana sikumis beracun juga sudah bergebrak dengan si baju hitam yang tegap. Si kumis beracun terkenal dengan senjata rahasianya yang beracun, senjata itu terletak diantara kumis-kumis yang melintang diatas bibirnya sehingga serangan itu tidak dapat dipatahkan dan dipecahkan secara mudah, seain itu ilmu tangan kosongnya yang diberinama tujuh pukulan kumis beracun juga terkenal akan racunnya yang ganas juga serangannya yang aneh. Tapi si baju hitam yang tegap itu pun tidak kalah lihainya, sehingga mereka dapat bertarung dengan imbangnya. Pertempuran ini boleh dikatakan cukup hebat, bangku-bangku sudah berterbangan, tamu-tamu yang hanya seorang pelajar siang-siang sudah maburkan diri,. hanya beberapa kaum persilatan saja yang menonton ditengah kalangan.
Wajah mereka terlihat tegang dan cemas, pemilik kedai meringis ia takut jika orang-orang itu tidaklah mengganti rugi atas kehancuran kedainya, namun mana berani ia menghentikan pertarungan itu. Pemilik kedai yang merupakan seorang lelaki paruh baya melihat masih ada sebuah bangku dengan mejanya yang utuh. meja itu terlihat dikelilingi oleh lima orang pemuda
453
pemudi yang masih muda. pemuda dan pemudi itu tidaklah bergeming maupun terusik dengan pertarungan disisiya, mereka terlihat asik bercengkrama satu sama lain. yang lebih hebatnya lagi, rambut mereka tidaklah berkibar-kibar seolah diasana ada benteng penghalang. padahal di sisi pertarungan lain orang-orang berusaha untuk tidak ikut terbawa kencangnya angin yang bersileweran. Di antara mereka bertiga itu yang paling celaka adalah Sembilan langkah pembawa maut Beng San, baru belasan jurusia sudah keteter hebat. Sebaliknya si baju hitam yang pendek tangkas itu semakin bertempur semakin gagah perwira, mendadak ia mengelak sambil menerjang maju, sinar hijau berkelebat, tahu-tahu goloknya sudah berada di leher Sembilan langkah pembawa maut Beng San. Se inchi lagi golok itu maju maka kepala Sembilan langkah pembawa maut Beng San akan terbang meninggalkan tubuhnya, namun dari belakangnya ada orang yang menahan golok itu sehingga terdengar benturan nyaring. ―Trangg.......‖ Sungguh tidak kepalang kaget Sembilan langkah pembawa maut Beng San, semangat tempurnya juga runtuh seketika. untunglah temannya yang sejak tadi berdiam diri memperhatikan menolong jiwanya itu. sedetik saja terlmbat maka tentu jiwanya akan amblas.
454
―Engkau tidak apa-apa sute?‖ Sapa orang itu. ternyata orang itu merupakan orang yang paling tua diantara rombongan Bengsan. dia bernama Kim liong. dengan gelaran Naga Emas dari Hopak. ―Terimakasih Suheng, tanpa pertolonganmu tentu jiwa ini akan melayang‖ Jawab Beng San. ―Jangan lengah, lawan masing menghadang didepan mata.‖ ―Baik suheng...‖ Pertempran dalam kedai terus belangsung sengit, tampak rombongan Bengsan berempat segera akan menemui ajalnya dibawah serangan pedang milik Anggota Nawa Awatara. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara tertawa panjang seseorang, sesosok bayangan tahu-tahu menyelinap ke tengah-tengah kalangan. Menyusul itu lantas terdengar ―sarr ... serr ... serr ...‖ ―Klontrang.. Klontrang.. Klontrang..‖ ketiga batang senjata kawanan baju hitam mendadak mencelat semua ke udara, dan jatuh di lantai berkerontangan. Keruan ketiga orang berbaju hitam terkejut dan serentak melompat mundur. Mereka hanya merasa pergelangan tangan tergetar dan tahu-tahu senjata terlepas dari cekalan, cara bagaimana pihak lawan turun tangan sama sekali tak diketahui.
455
keterkejutan mereka bertambah ketika dilihatnya bahwa yang membuat mereka kalah hanyalah seorang gadis belia belaka. gadis itu adalah seorang gadis cantik berwajah kekanak-kanakan, hidungnya bangir dengan mata sipit, ia memakai kimono berwarna merah muda dengan baju dalam merah. dia tak lain adalah Yumi adanya. ―Nona, mengapa engkau suka urus campur urusan kami...‖ tanya lelaki baju hitam berwajah tegap. ―Aku tak paham bahasa kalian! jadi sampai copot tulang rahangpun aku tak bakalan mengerti ‖ Yumi menjawab dengan bahasa jepun. ―Eng...eh akh...‖ Lelaki itu tergagap karena merekapun tak mengerti, ―Kalian tahu itu bahasa apa?‖ bisik lelaki hitam berbaju tegap kepada temannya yang bertumbuh pendek. namun lelaki yang bertubuh pendek itu juga menggeleng menandakan ia juga tak paham. ―Dan kau?‖ tanya lelaki baju hitam bertubuh tegap kepada teman perempuan yang berwajah buruk. ―Tidak..jikalau tak salah itu adalah bahasa dari negri matahari terbit.‖ jawab siperempuan. ―Sudahlah nona, aku tak paham dengan bahasa mu.‖
456
―Sudahlah aku tak paham dengan bahasamu hitam, kita bertarung saja.‖ Yumi menjawab sambil memasang kuda-kuda. meski tak mengerti, tapi jika dilihat dari gerak tubuh si gadis yang memasang kuda-kuda ia mulai sedikit paham, segera ia berkata ―Nona mengapa kita harus bertarung, padahal diantara kita tak ada dendam sama sekali mending kita senang-senang‖ Tiba-tiba dari samping seserorang menjawab dengan dingin. ―Justru Kami memiliki dendam yang tak bisa dibendung lagi....‖ ketika mereka berpaling dilihatnya seorang pemuda dengan kimono biru langit, wajahnya tampan dengan bola mata elang, bibirnya ranum kemerah-merahan dibalut dengan kulit seputih salju, rambutnya panjang sepunggung dengan diikat ekor kuda, kepalanya diikat dengan kain berwarna coklat, dibelakangnya sebuah kujang kecil menonjol. Dibelakang pemuda itu pada dinding kedai yang terbuat dari batu cadas yang disusun terteralah sebuah tulisan ―AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH‖ Membaca tulisan itu, Pucatlah wajah ketiga kawanan baju hitam itu. diantara mereka siapakah yang tak mengenal tulisan itu. tulisan yang membawa alamat buruk bagi keselamatan dirinya.
457
Tanpa menghiraukan harga dirinya mereka segera berserabutan melarikan diri. namun dua orang pemuda menghadang didepan pintu masuk. ―Jika sudah masuk, mengapa harus ada keluar‖ Angkara berkata dengan menggunakan bahasa tanah Jawadwipa. meski tak begitu paham namun sedikit-sedikit mereka paham sebab markas pusat berada di negri itu. ―Yumi bereskan mereka...‖ Aram memerintah. ―Baik..‖ Yumi segera meletakan kedua tangannya disertai dengan kabut tipis tubuhnya menghilang dari pandangan. Merasakan gelagat buruk Sang baju hitam tegap segera pasang kuda-kuda dan meliarkan pandangan. tiba-tiba. ―Dessss‖ ―Ukghhh‖ Seperti bayangan saja tubuh yumi muncul dari dalam tanah dan meninju rahang Silelaki Pendek. tidak berhenti begitu saja yumi segera menyapu kaki Siperempuan buruk rupa hingga terjerembab. Gusar hati Silelaki berbadan tegap, segera ia meloncat keudara, ia pikir musuh muncul dari dalam tanah maka dirinya akan bebas dari serangan, dengan memanfaatkan keadaan ia akan menyerang sigadis dengan pukulan diudara.
sayang seribu sayang, yumi bukanlah gadis yang mudah dijebak begitu saja, empat buah senjata berbentuk bintang melesat dari
458
tanah kearah silelaki berbadan tegap. dengan sigap silelaki berbadan tegap menangkis dengan pedangnya,. ―Trang..trang tring..jrubb‖ meski Silelaki baju hitam mampu menangkis tap tak urung sebuah shuriken tetap menancp dipahanya. jelaslah kemampuan yumi dalam melempar shuriken telah meningkat drastis dari sebelumnya. diceritakan memang panjang, padahal kejadiannnya begitu singkat. brukkk Silelaki baju hitam terjatuh dilantai dan segera ditolong kawannya yang sudah bangkit. ―Senjata ini...‖ Desis siperempuan buruk muka lirih. ―Cucu kura-kura siapa yang berbuat keributan disini..‖ Dari Jendela seorang kakek-kakek berbaju berjubah hijau berkata lantang sambil meneguk Arak dari Guci. ―Maafkan kami Locianpwee kami hanya menyelesaikan sedikit urusan hutang‖ Aram mewakili. ―heh, bocah bau kencur cucu kura-kura. masakah engkau menagih hutang di rumah makan heh?‖ ―Begini locianpwee, bila locianpwee memberikan hutang pada orang lain lalu locianpwee hendak menagihnya, namun orang itu selalu melarikan diri. dan bila pada suatu hari locianpwee bertemu dengan orangnya apa yang akan dilakukan locianpwee‖ ―Tentu saja menagihnya goblok‖ bentak kakek itu.
459
―Nah beitulah dengan kami saat ini‖ Aram tersenyum penuh kemenangan. sikakek tergagap, ia terjebak dengan permainkan kata sianak muda. namun ia tak mau mengaku kalah, cepat ia berkata lagi. ―lihatlah seluruh kedai ini berantakan, bukankah itu malah merepotkan yang ketiga.‖ ―Sekarang ia, tapi nanti tidak.‖ ―Jangan berkata yang menyulitkanku bocah‖ ―Hehe, maksud boanpwee sekarang memang pihak ketiga akan dirugikan. tapi setelah ini pasti pemilik restoran akan ketiban untung‖ ―Untung kepalamu gondrong‖ Sikakek mencak-mencak. ―ia locianpwee, rambut boapwee memang gondrong locianpwee‖ Sikakek makin keki. ia segera meneguk araknya. ―Glekkk...‖ Tapi ternyata isinya telah habis sikakek segera kocok-kocokan gucinya namun tak ada suara. mulut sikakek manyun kebelakang, sebab giginya tidak ada sehingga terlihat lucu dimata Aram. Sambil menahan geli Aram berkata. ―Mari duduk disana locianpwee, disana masih ada tiga kati arak.., jikalau mau kita beli lagi‖ Aram mengajak.
460
Seperti anak kecil saja kakek itu mengikut dibelakang Aram. setelah sampai Aram mempersilahkan duduk dengan diiringi tatapan kagum oleh sekian banyak kaum persilatan. diantara mereka siapakah yang tak mengenal kakek itu, dalam dunia persilatan ia dikenal dengan sebutan Arak seribu kati, mengenai namanya tak ada seorangpun yang mengenalnya. Dia berprinsip Arak adalah segalanya, segala urusan beres bila dengan Arak, menang minum arak senang atau sedih juga minum arak begitupula bila kalah tetap minum arak. jadi kesimpulannya dalam suasana apapun arak adalah segalanya. "Arak yang bagus hehe?" kakek itu memuji. ―Akh, rasanya tak lengkap bila tidak ada tarian, jelita yumi menarilah dengan mereka‖ Kata Aram sambil menunjuk kawanan baju hitam ditengah kedai. ―Sampai mereka mati?‖ Jelita Indria bertanya. "Terserah kalian, boleh sampai mati atau sampai sekarat saja. yang penting hutang kita lunas" "Tarian apa bocah, kok sampai mati segala?" kakek itu bertanya. "Tarian mencabut nyawa,.."
"Menyeramkan sekali!" gumam kakek itu dengan mata memandang tajam ke arah arena sambil meneguk gucinya.
461
Aram edarkan pandangannya, dilihatnya disebelah kiri pemilik kedai mengumpat dimeja kasir dengan ketakutan. ―hey kemarilah‖ perintahnya lembut. Sang pemilik itu celingak-celinguk antara mendekati atau tidak, namun sepertinya ia tidak berani membantah. dengan terseok-seok ia mendekat. ―Ada yang hamba bantu, kongcu?‖ ―Ambilkan Arak terbaik sepuluh guci, ― Pemilik kedai itu melenggong, rupanya Aram mengerti apa yang dipikirkan Sipemilik kedai, ―jangan khawatir aku akan mengganti rugi keruksakan kedaimu juga makanan dan minuman yang kubayar‖ Dengan ragu pemilik kedai itu segera lri kebelakang namun hatinya sedikit lega juga mendengar janji Aram. Jelita Indria dan Yumi segera memandang ketiga kawanan baju hitam itu dengan mata dipicingkan. Angkara dan Ryusuke saling berteriak memberi semangat kepada kedua gadis itu. "Habisi dalam dua gerak tarian saja yumi!" "ayo Dria semangat tunjukan kebolehanmu!"
462
Mendapat dukungan dari sang kekasih yumi segera memajukan kaki kanannya tubuhnya memutar seiring dengan kaki kirinya, tangannya membuat lingkaran didepan tubuh sehingga lekuk tubuhnya menonjol, gerakannya sungguh indah dan gesit.tak ingin kalah Jelita Indria juga segera melakukan hal yang sama dengan yumi sehingga keduanya mirip seperti dua dewi yang sedang menari..
Sebenarnya itu adalah kembangan jurus dari jurus dewa dewi langit menari, jurus sang legenda persilatan tanah jawa Sepasang Dewa Dewi dari Jawadwipa. seharusnya jurus itu dilakukan berpasangan namun ternyata dilakukan sendiri juga tak mengurangi kehebatannya adapun jurus itu terdiri dari 5 jurus yaitu ewa dan dewi tersenyum, dewa dan dewi menebar kasih, dewa merayu dewi cemberut, dewi menari dewa bahagia, dewa murka dewi menangis, dan dewa dan dewi mengamuk. Wuuut, Wwess...! Yumi dan Jelita indria bergerak mendekat dan.....
Agaknya Kawanan baju hitam itu terbawa suasana tarian indah. tiba-tiba saja dari balik baju Jelita Indria dan Yumi muncul sebilah pedang pandak. dan segera menyerang. Kawanan Berbaju Hitam itu terperanjat melihat serangan yang begitu mendadak. Tebasan pedang Yumi kepada Lelaki berbadan pendek dihindari dengan tubuh miring ke kiri, tapi pedangnya segera disabetkan ke atas. Bretttt...! Pedang yumi merobek pakaian Silelaki berbaju pendek, meski tak menimbulkan luka
463
apa pun di tubuh Silelaki berbaju pendek tak urung wajahnya telah berubah pucat pasi. Sedangkan serangan Jelita indria menusuk dada siperempuan buruk muka, namun dipertengahan jarak, jelita indria segera membelokan pedangnya kebelakang kepada Silelaki baju hitam berbadan tegap. Dengan disertai angin tajam pedang Jelita indria menyambar leher Lelaki itu. ―akhhh‖ Dengan disertai jeritan kaget Lelaki berbadan tegap itu berusaha untuk mengelak. namun tak urung dilehernya tercipta goresan merah. tak berhenti begitu saja, jelita indria melemparkan pedangnya kebelakang. ―Jrubbb‖ ―Akkhh‖ Ternyata pedang itu menusuk lengan Si perempuan buruk muka, sekali dayung dua pulau terlampaui, benar-benar siasat bertarung yang luar biasa. "Hiaaaahh...!!" Jelita Indria melemparkan sebuah tali halus kearah pedangnya, dan tali itu kemudian melilit digagang pedang. dengan sekali sentakan pedang itu kembali kearah Jelita Indria.
464
Tiba-tiba, dari arah belakang jelita indria terhembus angin tajam menggiriskan kulit. Tetapi Yumi menangkis serangan itu menggunakan pedang yang ia pegang. Traaak...! Serangan itu dapat tertahan sehingga jelita indria dapat menerima pedangnya dengan baik sekaligus membabatkan kebelakang. Wuuut, crraass...! "Aaahkk...!" orang yang membokong itu mendelik seketika, perutnya robek dan isinya mulai berhamburan. tak kalah cepatnya yumi juga menyabetkan pedangnya yang bergerak dari atas ke bawah. Wuuut...! Craaas...! Pedang itu membelah tubuh pembokong yang tak lain adalah silelaki bertubuh pendek dari ubun-ubun sampai keselangkangannya.. tanpa ampun lelaki itu tumbang tanpa nyawa lagi. Brrruuk...!
Rupanya ketika silelaki bertumbuh pendek bertarung dengan yumi ia terdesak hingga mendekati Jelita indria, melihat kesempatan bahwa jelita indria tidak bersenjata lagi, ia nekat menyerang. namun naas, nasibnya tidak sebaik apa yang dipikirkannya. nyawanya melayang sebelum ia menebaskan pedangnya ditubuh Jelita Indria.
465
Kakek Arak seribu kati yang sejak tadi menonton pertarungan yang sadis itu kali ini ia bergumam. "Benar-benar sadis kedua perempuan ini. jurus-jurusnya benar-benar indah sekaligus mematikan, sebaiknya hentikan saja tarian ini" "apakah locianpwee merasa ngeri?." Kakek Arak seribu kati terdiam, ia benar-benar mati kutu bila berhadpan orang disampingnya, dengan menggerundel tak jelas kakek itu kembali memperhatikan pertarungan diarena. Aram tertawa ringan sambil kembali meneguk tuaknya, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang membuatnya tersenyum berseri. ―Dria, Yumi lekaslah,... rekan kita sudah datang...‖ ―benarkah, baiklah waktu bermain sudah habis mengasolah dialam baka.‖ teriak Yumi sambil menyerang siperempuan buruk muka yang sedang terluka, Dengan menekuk silang pada kaki dengan suatu putaran Yumi menyabetkan pedangnya kearah leher. ―Rubah merobek mangsa‖ Siperempuan buruk muka merunduk kebawah, namun tiba-tiba Yumi melemparkan pedangnya keatas, dan sebuah tendangan keras menghampiri mukanya.
466
―Desss‖ ―Akkkhh‖ ―Settt‖ Jrubbb...Brukk‖ Ternyata pedang yang dilemparkan keatas itu itu ditangkap ketika jatuh oleh Yumi dan dengan telak ditusukan kedada Perempuan itu. maka berakhirlah nyawa dari perempuan buruk rupa itu. Yumi berpaling kesamping, dilihatnya Jelita Indria juga telah menyelesaikan pertarungannya. setelah saling berpandangan keduanya tersenyum dan tertawa. lalu berlarian menuju kekasih hatinya yang disambut dengan pelukan dan ciuman mesra. Ternyata ketka yumi menyerbu Siperempuan buruk muka, jelita Indria juga secara berbarengan menyerang lelaki berbadan tegap yang telah terluka, terutama pahanya itu. ―Pedang Pemburu mangsa‖ Jelita Indria berteriak melengking sambil melemparkan pedangnya, dengan menganggap enteng Silelaki berbadan tegap menahan pedangnya menggunakan tangannya dengan merangkap dada.
―Tekk‖ pedang itu memang dapat ditahan silelaki berbadan tegap dengan menangkap batang pedang namun Jelita Indria melompat dan menendang gagang pedang itu sehingga menancap ditubuhnya. Maka Lelaki itupun mati secara
467
bersamaan dengan temannya yang lain. Melihat itu, Bengsan dan kawan-kawan terpengarah melihat kelihaian dua gadis itu, selama merek berkecimpung dalam dunia persilatan baru kali ini mereka sadari bahwa diatas langit memang ada langit. . . . **** ―A..Aram, apa yang hendak engkau lakukan,‖ Angkara bertanya, ―Bermain-main...‖ Aram berkata enteng. sambil mengangkat mayat lelaki berbadan tegap. kemudian ia melemparkan mayat itu kearah tulisan yang telah ia buat, seperti telah diperhitungkan sebelumnya, mayat itu tiba-tiba meledak mengagetkan semua orang yang ada disitu. lebih hebatnya lagi, darah mayat itu semuanya menggurat mengikuti tulisan itu tanpa berceceran seperti dagingnya.. jika bukan memiliki tenaga dalam yang tinggi mustahil bisa melakukan itu. Tiba-tiba.... ―Kalian ini, datang-datang malah membuat keributan, benar-benar membuat orang keki..‖ Sebuah suara yang akrab ditelinga orang berkata di pintu kedai. Aram berpaling, dilihatnya tiga sosok orang yang tidak asing lagi baginya. mereka adalah Thian Liong, Thian Hong Li dan Amuk Samudra. yang barusan berkata itu adalah Thian Liong. ―Sepasan pendekar Naga dan Hong.‖
468
―Pendekar Samudera mengamuk‖ berbagai seruan terkejut mengiringi kehadiran tiga sosok itu, memanglah sejak kedatangan kembali ke tionggoan dari tanah seribu pulau kedua bersaudara she Thian dan Amuk samudera itu menggegerkan dunia persilatan tanah Tionggoan, Kedua Saudara She Thian Kemudian digelari orang sebagai Sepasang Pendekar Naga dan Hong sedangkan Amuk Samudera digelari orang sebagai Pendekar Samudera Mengamuk, Mereka terkenal sebagai pendekar muda paling menonjol dari kalangan golongan putih, sedangkan Amuk samudera meski termasuk golongan putih ditanah tionggoan namun sifat dan kelakuannya lebih tepat masuk golongan merdeka sebab ia paling senang berbuat onar. ―hehehe.... kau juga datang Liong Ji, Hong Ji‖ Suara Kakek Arak Seribu kati. ―Susiok...‖ Kedua She Thian Berseru kaget lalu kemudian mendekati dan memberi hormat. ―Hahaa... bangunlah kalian berdua. hehe,,.. kalian bertutur sapa dengan pemuda liar ini, apakah kalian saling mengenal?, ..‖ Thian Hong berpaling kepada Thian Hong li. membuat wajah Thian Hong Li memerah malu. rupanya Kakek seribu katipun paham, ia segera tertawa terbahak-bahak menambah kemaluan Thian Hong Li.
469
―Sudah sana, kau pasti kangen dengannya!‖ Goda Kakek seribu kati, Thian Liong tersenyum kepada Thian Hong Li, dan rupanya Thian Hong li paham tanda itu, segera ia berlari menuju Aram yang sedang bersandar ditiang kedai., mereka segera berpelukan haru melepas rindu didada. Mata Thian Hong li yang dulunya sayu kini mulai bercahaya, dia tampak cantik dengan bajunya yang berwarna hijau muda dan jubah hijau tua. ―Kau kurus sekali, Hong Moay..!‖ Bisik Aram ditelinga Thian Hong Li yang membuat ia menggelinjang geli. dengan sebat ia berpaling kearah Aram namun ia kembali mundur, mengapa? ―Akh,... Engkoh matamu...!‖ Dengan heran dan ragu Thian Hong Li menatap mata Aram yang tajam seperti Rajawali. cukup lama mereka bertatapan hingga pada suatu ketika Aram menunduk, setetes air mata jatuh dipipinya, membuat suasana dikedai itu diliputi kesedihan dan kepahitan mendalam seakan ikut larut dalam kesedihan Aram. ―Aku hanya mengalami sedikit insiden kecil‖ Jawabnya setelah menimbang-nimbang. dan sepertinya Thian Hong Li pun tak mengatakan apa-apa ia tak bertanya apa-apa lagi. sebab ia paham apa yang sedang terjadi, ketika ia menatap mata Aram, kontak mata dan pikiran tak dapat dihindarkan lagi olehnya, sebab ia melihat dalam pikirannya apa yang terjadi waktu itu.
470
Thian Hong li menubruk Aram dan menangis tersedu-sedu. Thian Liong kebingungan dengan apa yang sedang ditangisi adiknya. segera ia mendekat bersama dengan Kakek Arak seribu kati. ―Aram...‖ Panggil Thian Liong. Aram berpaling kepada Thian Liong, seperti halnya dengan Thian Hong Li, merekapun berpandangn dengan cukup lama. betapa kagetnya Thian Liong ketika menatap mata Aram dan terjadi Kontak pikiran, ia melihat seakan mengalaminya sendiri ketika Aram dicambuki, dicongkel matanya, disayati tubuhnya juga ketika berjalan dengan merangkak. Thian Liong tak sanggup lagi melihatnya dengan segera ia melepas kontak pikirannya. Setelah terlepas Thian Liong muntah-muntah karena ngeri, Kakek Arak seribu kati terkejut segera ia menolongnya meski ia tak tahu apa yang sedang terjadi namun dilihat dari sorot mata kengerian dari Thian Liong ia cukup paham bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang akan atau sudah terjadi. ―Kau Tidak apa-apa Liong Ji?‖ Thian Liong tak menjawab namun segera ia merangkul Aram bersama adiknya.
―Sungguh-sungguh berat penderitaanmu Aram, syukurlah...syukurlah kau..‖ Thian Liong tak sanggup berkata apa-apa lagi. ia merangkul Aram dengan erat. yang melihatnya
471
sungguh terheran-heran... sebenarnya apa yang sedang terjadi pikir mereka. ―Sudahlah Kak, Hong Moay, semuanya sudah terjadi lagipula aku sudah berada disini bersama kalian! meski kini,... aku bukan manusia yang normal lagi‖ Aram menghibur. Tampaknya Thian Liong dan Thian Hong dibuat mengerti juga dengan berat hati mereka melepas pelukan itu. ―Syukurlah ilmu itu sudah kalian sempurnakan,.. aku turut berbahagia..‖ Aram mengalihkan pembahasan. ―rasanya tidak enak bila kita berdiri terus, sebaiknya kita mengobrol sambil minum minum itu terasa membahagiaakan‖ sambungnya lagi. ―Terserah‖ Thian Liong menjawab setengah ngambang. ruanya jiwanya masih belum juga kembali melihat kengerian dalam kontak batin itu. ―Pelayan sini‖ Aram memanggil pelayan yang diam mematung di meja kasir. ―Ya Kongcu..‖ ―Aram merogoh kantong dalam bajunya dari balik bajunya itu ia mengambil empat batang emas dan dua berlian sebesar kepalan bayi, ―Segini cukup..‖
472
Mata Pelayan itu membelalak besar melihat batangan emas dan berlian itu, ―Cuk..cukup kongcu, malah lebihh‖ Ucapnya gagap. ―Ya sudah, aku jamu semua tamu yang ada disini untuk makan bareng sekaligus carikan aku lima setel pakaian. untukku berwarna biru langit, dan kau lihat empat orang yang berbaju aneh itu, carikan juga pakaian untuk mereka warnanya samakan saja dengan yang mereka pakai, perlu kutambah uangnya?‖. ―tidak usah kongcu segini juga masih cukup malah masih ada sisa‖ ―hehehe, lekas hidangkan makanan untuk mereka, juga arak terbaiknya ditambah‖ Aram segera berkata lantang. ― Saudara-saudara sekalian, Cayhe bernama Aram Widiawan, maafkan bila kami mengganggu Tayhiap sekalian, sebagai permohonan maaf kami akan menjamu Tayhiap sekalian untuk mencicipi makanan di kedai ini, silahkan..silahkan‖ Riuh rendah sahutan Para kaum rimba hijau itu mendapat tawaran yang langka itu, mereka disuguhi pertarungan yang mendebarkan, Arak juga makanan, jarang-jarang ada pendekar yang bersifat seperti itu. meski ada namun dapat dihitung dengan jari saja.
Akhirnya mereka segera menikmati jamuan itu hingga larut malam, suara tawa gembira, candaan dan suara malam menjadi
473
satu dikedai itu, dalam keadaan itu pemilik kedai adalah orang yang paling diuntungkan apalagi setelah beredar tulisan dengan dicampuri darah anggota Nawa Awatara itu. MUNCULNYA SEBUAH PERKUMPULAN Nawa Awatara di daerah tionggoan menimbulkan tragedi berdarah dimanapun mereka mendirikan markas yang biasa disebut markas cabang itu. Hari itu masyarakat awam dan Kaum Rimba hijau sedang berpesta bahagia khususnya bagi mereka yang selalu ditindas, mengapakah demikian? Ternyata dalam waktu satu malam telah terjadi hal yang menggemparkan sekaligus mengejutkan. peristiwa yang meminta korban jiwa para Anggota Nawa Awatara yang dibantai habis seluruh anggotanya bahkan markasnya telah rata dengan tanah. Kematian mereka secara aneh dengan kondisi sama semuanya terpenggal kepalanya dan tak ada luka lain seakan para Anggota Nawa Awatara hanyalah patung yang bisa dengan mudah dipenggal. Padahal sebenarnya kemampuan dari mereka setingkat dengan jago-jago kelas satu lalu mengapakah bisa dengan mudahnya mereka mati terpenggal? tak ada saksi mata dalam pembunuhan itu, si pembunuh itu sama sekali tak meninggalkan ciripembunuhan hanya meninggalkan mayat yang bergelimpangan saja membentuk tulisan ―AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH‖.
474
Jika terjadi di satu tempat saja itu tidaklah aneh, lalu bagaimana bila kejadian itu terjadi sama di lima tempat yang saling berjauhan? Adapun tempat itu adalah Kanglam, Hopak, Ciat kang, Siauw an dan lokyang. dengan cepat berita itu tersebar kemana-mana sehingga membuat gempar seluruh daerah tionggoan, anggota kay-pang telah disebar demi mencari keberadaan sang Pembunuh. ciri-cirinya mereka ketahui keterangan dari Pemilik Kedai yang dulu dijadikan pertarungan Oleh Aram, apalagi tulisan pertamanya yang dibuat dengan disaksikan beberapa kaum persilatan sudah menjadi rahasia umum. Nama Sepasang Pendekar Naga dan Hong, Pendekar Samudera mengamuk bahkan Si Arak seribu Kati juga menjadi bahan pembicaraan seluruh umat persilatan ditanah tionggoan. Pasar, Kedai, Perguruan, danau, lautan bahkan di ladangpun berita itu selalu menjadi buah bibir. Sementara ditempat lain disebuah tebing yang menjulang tinggi mencakar langit sembilan orang sedang duduk menatap awan yang berarak di sebuah bangunan kecil dari bambu. ‗‘kau memang liar dan gila-gilaan anak muda,‖ Seorang kakek berbaju hijau juga berjubah hijau berkata kepada seorang pemuda tampan berbaju biru dengan jubahnya yang melambai-lambai.
475
―Ketua, aku tak melihat siapapun disini... kemanakah yang lain sehingga bangunan ini kosong begini....‖ Amuk Samudera menyela membuat Sikakek cemberut. ―Hemm...., ―Aram hanya menggumam saja tak menjawab pertanyaan keduanya. ―Ada yang bisa aku bantu engkoh....‖ Suara Thian Hong Li berbisik dalam batinnya. ―Dapatkah engkau mencari dimana nenek, dan yang lainnya sekarang..‖ Aram menjawab dalam batin, sehingga yang lain tidak dapat mendengar percakapan itu. Thian Hong Li bersila, ia meletakan telapak tangan kirinya didepan dada, sementara pergelangan tangan kanannya disimpan diatas tangan kirinya, tiga jarinya yaitu ibu jari, jari manis dan kelingking ditekuk menyisakan jari tengah dan telunjuk yang diarahkan keatas, kedua matanya terpejam, mengumpulkan segenap konsentrasinya. Awal mula terlihat gelap, perlahan-lahan Thian Hong li merasakan tubuhnya melayang-layang di sebuah ruang hampa, Thian Hong Li paham bahwa ia baru memulai pengembaraan Sukmanya, mulanya Thian Hong Li kebingungan harus memanggil siapa, setelah berpikir akhirnya ia memilih Nyi Permata Dewi atau Dewi Pemanah Asmara sebagai jembatan penghubungnya.
Thian Hong li memusatkan perhatian sekaligus mengingat wajah dan karater Dewi Pemanah Asmara, perlahan-lahan ia mengumpulkannya dalam sebuah bentuk dan mengirimkan
476
getaran batin untuk memanggil Dewi Pemanah asmara ke Alam yang ia ciptakan sendiri. Disebuah tempat lain di sebuah pegunungan hijau dengan dikelilingi awan yang menggumpal dan menari-nari empat orang manusia berlainan jenis dan usia sedang melakukan suatu aktifitas yang membuat tanya dalam hati. dua orang sedang duduk memperhatikan dan dua lainnya sedang bertarung dengan sengit, yang menonton itu adalah seorang kakek tua dengan dandanan super aneh, bajunya terdiri dari dua warna, kanan terbuat dari kain sutra berwarna biru, sementara yang kiri terbuat dari karung goni berwarna coklat. Celananya juga terdiri dari dua jenis, kiri pendek dan kanan panjang, dia tak lain adalah Ki Asmaradanu adanya. . . yang satunya lagi adalah seorang lelaki seumuran dengan ki Asmaradanu, dia memakai baju Kuning gading dengan guci ditangannya, matanya sayu dengan kantong mata yang cukup tebal. wajahnya pucat sepertinya ia terlalu keseringan mabuk. dilihat dari ciri-cirinya dia memanglah Sipemabuk dari selatan adanya.
Sementara yang bertarung itu adalah seorang wanita paruh baya berambut terurai sepanjang punggung. Perempuan itu mengenakan jubah tanpa lengan warna merah. Dadanya ditutup dengan selembar kain warna hijau muda. Namun masih tampak kencang dan menantang. dilihat dari ciri cirinya jelaslah ia salah satu datuk ilmu silat yang dikenal dengan julukan ‗Dewi Pemanah Asmara‘ yang bernama asli Nyi Permata Dewi. dengan seorang gadis cantik berhidung mancung diapit matanya
477
yang jeli dan sayu ia berbaju kain sutera berwarna kelabu dengan tubuh mungil namun berisi, teriakannya merdu melengking mendayu-dayu mengikat siapapun yang mendengarnya, sebab itu adalah sebuah ilmu milik Nyi Permata Dewi yang dinamakan Mengikat Pikiran menjerat jantung. ia adalh Melati yang sedang dididik olah kanuragannya oleh tiga orang datuk dunia persilatan jadi bisa dibayangkan jika olah kanuragannya sudah setingkat apa. apalagi dua guru sebelumnya yang memberikan dasar ilmu tinggi beserta jurus pamungkasnya menjadikan Melati seorang gadis cantik yang berimu bukan olah-olah. Tampak melati memainkan jurus-jurus silat penuh gelora semangat di bawah siraman sinar mentari hangat dan angin sepoi-sepoi yang dilayani oleh Nyi Permata Dewi dengan tak kalah hebatnya, "Hiaaa!" Pekikan lantang Melati menggelegar merobek langit mencakar udara. seraya menusuk perut Nyi Permata dewi dengan tangan kanannya. meskipun hanya tangan kosong ketajamannya tidaklah dibawah pedang mustika terbukti dengan desisan angin yang tersayat oleh tangan kanan itu., itu juga menandakan kalau tenaga dalam gadis ini sudah mencapai tingkat tinggi lebih daripada sebelumnya.
Serangan itu dipapaki dengan tangan kosong pula oleh Nyi Permata Dewi sehingga:
478
―Trang‖ ―Trang‖ ―Blaaarrrr!‖ Terdengar suara dentingan pedang yang beradu, rupanya tangan kosong mereka yang sudah dialiri tenaga dalam itu menjadikannya seperti logam, sehingga ketika dua tangan itu beradu terdengar dentingan pedang. ―Cukup, Anakku!" seru Nyi Permata Dewi. yang ternyata mendapatkan suatu tanda getaran dalam batinnya, segera ia bersila menenangkan hatinya. Sipemabuk dari selatan dan Ki Asmaradanu saling berpandangan, sedangkan melati juga tak kalah herannya namun ia ak mengganggu. segera ia bersemadi mengembalikan kekuatannya. Setelah Nyi Permata Dewi Bersemadi segera saja ia terasa melayang diruang hampa menembus kabut berwarna jingga. hingga ia sampai di tempat yang serba lembayung, didepannya seorang gadis cantik duduk bersila sambil tersenyum kepadanya, Tentu saja Nyi Permata Dewi terkejut sekaligus kagum akan kemampuan Gadis itu. gadis yang ia tahu sebagai kekasih cucunya. ―Nenek, maafkan Ananda hingga mengganggu nenek‖ Gadis yang ternyata adalah Thian Hong berbasa basi setelah Nyi Permata Dewi duduk dihadapannya.
479
"tidak apa-apa anakku, ada apakah gerangan?." tanya Nyi Permata Dewi Maklum. ―Engkoh Aram meminta ananda untuk memanggil nenek dan yang lain sekaligus mencari keberadaan nenek untuk segera datang kemarkas,..‖ ―Apakah Ia sudah Pulang.... Terimakasih Tuhan... Kau lindungi nyawanya..‖ Gumam Nyi Permata Dewi. ―Ia nek, ia pulang tapi.....‖ ―Tapi,...tapi Apa?‖ ―Seluruh Tubuhnya dipenuhi dengan luka, juga matanya yang dulu telah hilang berganti dengan mata yang lain..‖ ―Luka? ― Thian Hong li tak sanggup lagi membendung air matanya, dengan sedih ia segera menceritakan apa yang sudah terjadi dengan Aram yang ia ketahui melalui Kontak Pikiran. Setelah mendengar penuturan Thian Hong Li Nyi Permata Dewi menghela Nafas panjang juga tersenyum pedih, butiran air mata jatuh dipelipisnya. kemudian ia diam sehingga keduanya membisu dan asyik dengan lamunan masing-masing.... ―Nek...!‖
―Akh ya...‖ Nyi Permata Dewi tersentak dari lamunannya,.
480
―Ananda belum menguasai ilmu ini dengan sempurna sehingga ananda tidak dapat mempertahankannya lebih lama lagi..‖ Tak usah dijelaskan secara rincipun Nyi Permata Dewi Paham dengan ucapan Thian Hong Li segera ia berkata ― Tidak Apa-apa Anakku, nenek kagum dengan kemampuanmu ini, sangat jarang ada seorang gadis belia seusiamu dapat melakukan Perjalanan sukma..‖ Merah Wajah Thian Hong Li mendapat Pujian itu, untuk menutupi rasa malu itu melati segera berkata : ―Nek, Engkoh Aram akan menjemput nenek dengan sebuah lingkaran penembus dimensi, bilamana nenek melihat sebuah lingkaran berwarna toska masuklah kesana...‖ Perlahan-lahan tubuh Thian Hong Li lenyap dari pandangan mata, sepertinya gadis itu tidak dapat lagi mempertahankan ilmunya. begitupula dengan Tubuh Nyi Permata dewi yang mengabur dan segera kembali ketubuh asalnya. Nyi Permata Dewi buka matanya, benarlah saja disampingnya disebuah batu cadas terdapat lingkaran berwarna toska yang sedang dikelilingi oleh Sipemabuk dari selatan, Melati dan Ki Asmaradanu. ―Kau tahu apa ini?‖ tanya Sipemabuk dari selatan kepada Nyi Permata Dewi. Nyi Permata Dewi Tersenyum ia segelara berseloroh.
481
―Murid Tunggalmu sedang menunggu dibalik sana, mari masuk...‖ Nyi Permata dewi mendahului yang lainnya. meski ragu namun tiada tak ada pilihan lagi bagi mereka, akhirnya mereka segera masuk kedalam sana... ―Nenek, Ayah Guru ― Seru Aram sambil menghormat.... ―Murid sialan, semakin hari semakin gila saja ilmumu itu...‖ gerutu Sipemabuk Dari Selatan kepada Aram yang sedang cengengesan. ―Cucuku, kau Memanggil kami namun mengapa kau melupakan yang satu?‖ tanya Nyi Permata Dewi. ―Habisnya, masa aku harus menghormat kepadanya? bukankah itu terbalik nek‖ Aram manyun seraya merentangkan tangannya. Mendapat kesempatan emas, Melati segera berlari kepelukan Aram... melihat tingkah Aram semuanya tertawa menertawakan dirinya, namun Aram tak mempedulikan malah tangan kanannya dilingkarkan di pinggang ramping Thian Hong Li. ―Dasar serakah, satu saja belum kau nikahin kau malah nyosor yang lainnya..‖ Ki Asmaradanu berkomentar. ―Hihi....tidak apa-apa kok ayah mertua, lagipula ananda tidak sanggup melayaninya bila hanya sendirian, bahkan mungkin dua orang juga kita gak bakalan sanggup..‖ Celetuk Thian Hong Li membuat wajah Melati yang masih belum berpengalaman memerah.
482
―Husshh.... bicara apa kamu sayang, tapi benar juga yah.. satu mana cukup...‖ Timpal Aram membuat suasana semakin meriah dengan canda dan tawa. Pulau yang tak bernama dipesisir pantai selatan bergemuruh. Air laut menggapai-gapai karang tinggi menjulang.langit masih biru dengan garis putih keabu-abuan. Kelapa melambai-lambai digoyang angin. Seorang Pemuda tampan berbaju hijau transparan dan jubah panahan hijaunya mengikatkan sebuah pedang bermata delapan dipunggung. mata tajamnya mencorong tajam laksana rajawali, ―Jika tak berani menyantroni kandang macan tak mungkin aku bisa mendapatkan anaknya..‖ gumamnya dalam hati sambil meloncat-loncat seperti tupai diatas pepohonan. Seperti bayangan saja ia melesat menembusi pintu batu penembus tempat menuju dunia luar, Anak buahnya sama sekali tak mengetahui kepergiannya itu, sebab Aram melesat dengan cepatnya hingga tak membuat goyang api yang dilewatinya.
Setelah diluar segera ia merubah dirinya dengan mengeluarkan segenap emosi nafsu liarnya, Aram merasakan tubuhnya panas menggelegak melewati segenap simpul syarafnya. diatas kulit punggung dan bokongnya ia merasakan seakan ada energi yang akan meledak keluar, ia ingin menjerit namun yang keluar hanya lengkingan seperti Rajawali. ―Keeeeaaaakkkkk‖ suara itu menjerit merobek-robek gendang telinga siapapun yang mendengarnya.
483
Rambut yang dulu hitam kini perlahan memutih, namun bukan putih seperti orang tua, putih itu berwarna keperakan yang melambai-lambai tertiup angin. semilir angin malam begitu dingin meresap tulang. Dengan sekali sentakan tubuhnya meloncat dari tebing itu. ―Werrrr‖ Sayapnya yang sudah berkembang menghentak udara membuat tubuhnya melayang. setelah berputar-putar sebentar ia melesat menuju arah barat daya menyusurri hutan belantara diatas awan-awan kelabu. Ditempat lain disebuah pulau yang dikenal dengan nama Borneo, tepatnya di desa Mujung Sungkur seorang pemuda berusia sekitar duapuluh sembilan tahunan, wajahnya cakap dengan tahi lalat di atas alis sebelah kiri, hidungnya mancung, bibirnya tipis seperti perempuan. rambutnya sebatas pundak memakai baju merah darah, didada kirinya terdapat rajahan piramida berantai dengan bertulisan angka sembilan sedang duduk dengan ditemani empat orang perempuan berbeda rupa, yang pertama berwjah cantik dengan kulit seputih salju, yang kedua berwajah manis namun kulitnya hitam, yang ketiga wajahnya tidak memiliki keistimewaan apapun namun entah mengapa bisa bergaul dengan mereka, dan yang terakhir adalah seorang perempuan dengan wajah buruk lebih tepatnya mengerikan bersenda gurau sambil bertawa-tawa. Keempat perempuan itu dalam kondisi badan telanjang, ditubuhnya hanya melekat sebuah selendang transparan dilehernya, entah mengapa maksudnya itu.
484
Dihadapan mereka berjajar manusia-manusia dengan corak berbeda macam, suara gelak tawa berpadu dengan musik yang merdu dan sedikit membakar gairah berdenting nyaring, Beberapa perempuan bernyanyi sambil menari dalam keadaan polos membuat hadirin semakin panas, Salah satu dari Penari itu adalah seorang gadis belia berusia kira-kira sembilan belas tahun, wajahnya cantik jelita bagaikan bidadari, tubuhnya berkulit kuning putih bersih bagaikan susu khas tanah jawa, sepasang pipinya kemerahan seperti gadis yang sedang dicekoki tuak menambah gairah siapapun yang melihatnya. Sepasang matanya jeli dan sayu. sepasang bibirnya berbentuk indah, kecil penuh berkulit halus tipis, berwarna segar kemerahan bagaikan buah yang sudah masak. Hidungnya kecil mancung menyempurnakan kecantikannya. Rambutnya sepunggung agak awut-awutan kurang teratur rapi, akan tetapi hal ini, sekali-kali tidak mengurangi kecantikannya, bahkan mendatangkan gairah yang tak wajar buat kalbu tiap laki-laki. Bentuk tubuhnya menggiurkan, ramping dan penuh, kedua gunung dengan puncak kemerah-merahan mencuat bergetar-getar mengikuti gerak tubuhnya. bagian lembahnya bersih dan terawat rapi bahkan terlihat sedikit mengkilap. tubuhnya benar-benar proporsional untuk kalangan remaja seumuran gadis itu. mendatangkan pemandangan yang benar-benar luar biasa.
Tiga orang laki-laki tua mengikutinya menari disampingnya dengan sekali-kali mencolek bagian tubuh gadis itu. dan tampaknya gadis itupun tak keberatan dengan tingkah nakal
485
ketiga laki-laki tua yang mencolek-colek tubuhnya, bahkan gadis itu mengerang menikmati sentuhan itu. ―Emhhh..akhhhh...‖ Suara yang keluar dari bibir indah ini amat merdu bagaikan nyanyian burung dipagi hari membuat malam yang begitu dingin menjadi hangat dalam kalbu.mendengar suara itu, ketiga lelaki tua itu semakin bersemangat. salah seorang lelaki tua itu memegang kedua pundak gadis penari itu, dan menggoyangkan tubuhnya lalu berkata: ―Indah sekali tubuhmu, nona....!‖ Orang tua mata keranjang ini merasa betapa pundak penari itu terasa halus, lunak, dan hangat. Juga dari rambut penari itu tercium olehnya keharuman yang membuat semangatnya melayang jauh ke langit ketujuh. ―bagaimana menurutmu gadis yang kucekoki dengan pil Buluh rindu berahi itu..Tiga Setan Neraka?!‖ kata seorang Pemuda yang bermata liar dan licik. Pemuda ini adalah salah satu pelindung dari Ketua Nawa Awatara, jadi meski masih muda, kemampuannya tidak dapat diremehkan. dia adalah si Pangeran Keempat Pandara Gala. Mendengar ucapan Pangeran Keempat Pandara Gala ini, para tamu yang duduk terdekat di tempat itu tertawa dan semua bibir tersenyum dengan mata mengerling penuh arti ke arah penari itu.
486
―Ha, ha, ha! Kau memang hebat Pangeran Keempat, bagaimana jikalau gadis ini kita jadikan Kartu As malam ini!‖ kata Salah satu dari Setan Neraka. teriakan riuh rendah dari hadirin bergemuruh. ―Nah, bagaimana denganmu nona cantik...‖ yang satunya lagi berkata pada gadis penari itu. sunyi senyap diruangan itu, mendadak musik berhenti serempak juga para penari diam sebentar mengambil nafas. maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa semua orang memperhatikan jawaban ini. Dengan gaya yang memikat hati, gadis penari itu menundukkan wajah kemalu-maluan, kemudian ia memperdengarkan suaranya yang merdu. ―Baiklah...tuan-tuanku yang terhormat, namun kali ini izinkanlah aku untuk menari menghibur kalian.‖ ―Bagus, bagus! Benar-benar ide yang bagus!‖ Ketiga Setan Neraka berseru gembira sambil menepuk-nepuk pundak gadis itu dan mengelusnya. ―Baiklah Nona lekas menari. Aku tak sabar lagi untuk segera menikmati tarianmu yang indah!‖ Ucapan ini mendapat sambutan sebagai pernyataan setuju dari sebagian besar para tamu yang hadir di situ.
―Mau lekas menari atau mau yang itu..!‖ gadis itu cekikikan . lalu berdiri tegak, dan memulai tariannya, tarian itu begitu indah menggiurkan entah tariannya, atau mungkin juga gerakan tubuhnya yang menggiurkan itu.
487
Tubuhnya bergerak dengan lemah gemulai bagaikan sebatang pohon yang tertiup angin. Sepuluh jari tangannya yang kecil dan halus itu seakan-akan sepuluh ekor ular yang hidup dan bergerak amat indahnya. Pinggangnya yang ramping bergerak melenggang-lenggok mengikuti irama musik. Kerling matanya benar-benar menghipnotis setiap hadirin, apalagi gadis itu dalam keadaan telanjang, Setelah menari beberapa lama, gadis itu lalu memperliar tariannya, sehingga beberapa bagian penting dalam tubuhnya semakin sering terkuak. Makin terpesonalah semua hadirin menyaksikan tarian itu, karena benar-benar amat indahnya. Pada saat semua orang bergembira karena melihat betapa indahnya tarian gadis itu, mendadak ...., Terdengar bentakan nyaring menggelegar mengagetkan setiap hadirin., tahu-tahu di tengah ruangan itu telah berdiri seorang pemuda dengan sikap gagah. ―Aku Datang..... !‖ demikian Pemuda itu membentak.
Tentu saja semua orang terkejut sekali mendengar bentakan ini dan semua mata memandang ke arah gadis yang baru datang ini. Dia adalah Seorang Pemuda tampan berbaju hijau transparan dan jubah panahan hijaunya mengikatkan sebuah pedang bermata delapan dipunggung. mata tajamnya mencorong tajam laksana rajawali, ia berdiri dengan tubuh tegak dan dadanya membusung ke depan seperti orang yang menantang, kedua kakinya dipentang sedikit ke kanan kiri,
488
Para penari yang tadi kini telah serabutan melarikan diri kebilik ruangan, hanya gadis yang tadi dijadikan kartu as saja yang tampak berdiri melenggong dihadapan pemuda itu. Sementara para hadirin lainnya mundur kebelakang sebanb mereka sudah mengenal kehebatan pemuda yang menyatroni tempat itu, para Pelindung dari ketua Nawa Awatara yang tadi bersenang-senang mundur hingga mengelilingi ketuanya. ―Enyah Kau....‖ Pemuda yang tak lain adalah Aram itu membentak gemetar sebab ia mengenali gadis itu sebagai anak buahnya. Tanjung Putri itulah Nama Gadis itu. ―Selamat datang dikediaman kami Aram Widiawan, aku pikir kau telah mati dalam penyerbuan itu... ada apakah gerangan sehingga seorang pendekar sepertimu mengunjungi kediaman kami yang buruk ini‖ Sambut seorang pemuda berusia sekitar duapuluh sembilan tahunan, wajahnya cakap dengan tahi lalat di atas alis sebelah kiri, hidungnya mancung, bibirnya tipis seperti perempuan. rambutnya sebatas pundak memakai baju merah darah, didada kirinya terdapat rajahan piramida berantai dengan bertulisan angka sembilan sedang duduk dengan ditemani empat orang perempuan berbeda rupa itu. Aram tersenyum pahit, senyuman yang begitu gemas dan sedih sebab dilihatnya kenanga dan Nyi Mawar juga sedang main Api dengan Pemuda itu,
489
―Aku hanya menagih nyawa anak buahku‖ begitu sinis dan singkat ucapan itu. Ketua Perkumpulan Nawa Awatara alias Maharaja Sembilan Dewa itu manggut manggut dan maju kehadapan Aram hingga keduanya bertatapan tegang. Suasana yang tadi begitu gembira dalam waktu hitungan detik berubah menjadi tegang. tempat itu begitu sepi seakan badai yang sedang mempersiapkan senjatanya dan akan meledak setiap saat. ―Ketua, biarlah kami yang memberinya pelajaran..‖ seru salah seorang dari pengawalnya. Tampaklah tiga orang pengawal yang tadi diam dibelakang, dengan senjata terhunus dan wajah menampilkan sikap menghina selangkah demi selangkah mendekati Aram. Aram menjengek dingin menyaksikan kedatangan ketiga pengawal itu, lalu ia menegur dengan nada dingin "Kalian belum setimpal untuk bertarung melawanku"
"Bangsat Kubunuh dirimu" bentakan gusar tiba-tiba menggelegar diangkasa. Tiga pengawal itu membentak keras dan segera menerjang maju kedepan, bayangan pedang memburu dengan kecepatan yang luar biasa ketiga batang senjata tajam itu menerjang ketiga bagian penting Aram, Pengawal Pertama menyabetkan pedangnya kearah leher, pengawal ke dua kearah lutut dan arahnya berlawanan dengan serangan pengawal pertama, sementara pengawal satunya lagi menyabetkannya
490
dari bawah keatas. serangan itu benar-benar keji dan mematikan. Aram mengambil nafas dalam, tubuhnya sama sekali tidak berkutik dari tempat semula hanya meliuk-liuk mengikuti arah serangan sehingga serangan itu tak ada satupun yang mengenainya, itulah yang dinamakan dengan jurus Rubah melengang lenggok. Serangan yang dilancarkan ketiga pengawal itu benar-benar cepat dan sepenuh tenaga, akibatnya mereka tidak bisa menghentikan laju serangan dan terjadilah. ―Tranggg,,,‖ tiga buah senjata itu beradu sehingga pemiliknya merasakan tangannya dan bergetar. Tiba-tiba... laksana kilat aram mengangkat telapak kanannya dan mengirim satu pukulan kedepan, Tiada desiran angin tajam yang menggidikkan hati, tiada deruan angin pukulan yang menderu- deru udara tetap tenang dan sunyi. Tapi pada saat itulah ditengah angkasa berkumandang tiga kali jeritan melengking yang menyayatkan hati, ketiga pengawal itu mencelat sejauh dua tombak dari tempat semula dan terkapar didekat dinding ruangan itu dalam keadaan tak bernyawa lagi. "Oooh...." hampir semua orang yang hadir dalam ruangan itu menjadi kaget, mereka tak menyangka dalam satu gerakan tangan yang sederhana dari pemuda itu, dapat mengantarkan tiga Pengawal Maharaja Sembilan Dewa. padahal mereka tahu sendiri kekuatan mereka seperti apa.
491
Aram sama sekali tidak memandang tiga sosok mayat yang terkapar dalam keadaan mengerikan itu, dengan dingin ia berkata. "Jangan lagi mengorbankan Anak buahmu Maharaja." Dengan wajah menyeringai bengis dan tertawa seram yang memekakkan telinga, selangkah demi selangkah Maharaja Sembilan Dewa masuk kembali kegelanggang pertarungan. Tanpa sadar para jago jago Nawa Awatara semua mundur ke belakang, sorot mata Maharaja Sembilan Dewa menatap wajah Aram tanpa berkedip. kian lama jarak di antara mereka kian mendekat. ―Took.. took... took...‖ langkah kaki yang berat seakan-akan gada yang menghantam jantung setiapjago dalam ruangan itu. "kau memang pantas menjadi lawan utamaku Aram.... namun belum cukup untuk dapat membunuhku..." "Haa haa haa.. dapat atau tidak itu urusan belakangan, sebaiknya kita urus saja yang ada dihadapan kita..."
Sambil mengobrol selangkah demi selangkah Maharaja Sembilan Dewa lanjutkan tindakannya mendekati Aram. jika seandainya Aram hanya bernyalikan tikus mungkin ia bakal terkencing-kencing melarikan diri. namun Aram tetaplah Aram. seperti Anjing kepepet lompat ketembok, kucing terdesak naik kepohon, setelah tiba dan menantang bertarung tak ada dalam kamusnya untuk mundur tanpa bertarung, kalah menang sudah
492
biasa, hakikatnya ia sudah siap menghadapi segala resikonya. dalam keadaan terdesak apapun dan siapapun manusia akan menunjukan segala potensinya, dan itulah yang dimanfaatkan Aram, membiarkan dirinya kepepet dengan datang sendirian. lalu memanfaatkan tenaga naluri alamiah yang bangkit sebagai senjata utama, jika bukan Aram siapakah yang akan bertindak sedemikian rupa gilanya. Maharaja Sembilan Dewa memasang kuda-kuda, telapak yang semula lurus kebawah perlahan-lahan diangkat keatas, serunya ketus. "Sekarang bersiaplah, aku akan menyerang" "Aku sudah siap sedari tadi.. " ―Hiaaa‘....Hiaaa‖ bentakan keras berkumandang diruangan itu, Ditengah bentakan keras mereka saling menerjang kemuka secara berbareng, cahaya pedang dan bayangan pedang memancar keempat penjuru kedua serangan itu ganas, cepat dan luar biasa sekali, deruan angin pukulan menderu-deru dan nampak menyeramkan sekali. Ditengah ketegangan yang memuncak dan menyelimuti seluruh ruangan, Maharaja Sembilan Dewa segera mempergencar serangannya, tubuh yang kekar menerjang kemuka dengan cepatnya, bagaikan setan gentayangan dia menyerang Aram,
Serentetan dentingan pedang yang mendebarkan hati segera berkumandang dari ruangan tengah, Waktu itu napsu
493
membunuh telah menyelimuti seluruh benak kedua ketua dua perkumpulan itu, sambil mendengus dingin Maharaja Sembilan Dewa putar badan dan melancarkan serangan dahsyat. Serentetan cahaya merah yang amat menyilaukan mata memancar ketengah udara, Aram terkejut, segera ia melintangkan pedangnya dan Suara Teriakan kebahagiaan dari Anggota Nawa Awaytara bersahut-sahutan, ―hidup Maharaja Sembilan Dewa,... hidup Maharaja Sembilan Dewa‖ ―Ketua Maharaja Sembilan Dewa, apakah dia harus kita bunuh?‖ Salah seorang pengawalnya yang ternyata adalah Permaisuri ke dua geram, sebab kekasihnya mati dibunuh pemuda kita. ―Hahaha.... terlalu enak baginya bila ia harus mati dengan cepat, lekas bawa dia ke penjara neraka, ikat tulang pundaknya dengan rantai...‖ Perintah Maharaja Sembilan Dewa. Permaisuri itu tak membantah, segera ia menggusur tubuh Aram kesebuah ruangan lain disisi ruangan itu, kemudian Permaisuri itu menekan salah satu tombol dari batu sehingga lantainya membuka. setelah terbuka segera Permaisuri kedua, memabawanya kesebuah ruangan yang lembab, bau busuk dan bau amis. setelah itu ia segera disandarkan disebuah dinding yang ada rantainya, sebentar saja Permaisuri Kedua menyelesaikan tugasnya dan kembali keruangan atas.
494
Tak selang begitu lama, ketika Aram siuman didalam penjara, ia merasa kepalanya sangat berat, ia tidak tahu dimana dirinya berada saat itu dan sudah lewat berapa lamanya. Pelahan-lahan ia merasakan kesakitan pada punggung, paha dan bokong. Ia ingin membalik tubuh supaya tempat yang kesakitan itu tidak tertindih dibawah, tapi mendadak pundaknya juga kesakitan luar biasa, juga ia mendengar suara gemerincingnya benturan besi, waktu ia menunduk, ia lihat ada dua utas rantai menjulur turun dari pundaknya sendiri. Karuan ia kaget namun bibirnya malah tersenyum manis seakan memenangkan sebuah pertempuran, mengapakah demikian. "Hehe, otot tulangmu telah dirusak orang, kepandaianmu telah punah semua, he-he, tapi kau malah tersenyum gembira, aneh sungguh aneh!" tiba-tiba suara seorang berkata dengan dingin dipojok kamar penjara itu. Waktu ia berpaling, ia lihat diujung sana ada lima pasang mata menatapnya dengan sayu. Ia tidak terkejut. malah tersenyum lembut. ―apakah yang berhadapan dengan saya adalah Ketua Lima Perguruan Putih?‖ Aram bertanya.
Keempat orang itu wajahnya penuh berewok, hanya satu yang tidak ternyata ia adalah seorang perempuan. rambutnya panjang terurai sampai diatas pundak, bajunya compang-camping tak keruan hingga lebih mirip orang hutan. Ada juga persamaannya dengan dirinya, yaitu kaki-tangan orang itupun diborgol, bahkan tulang pundaknya juga ditembusi dua utas rantai.
495
"Hm, benar.. siapakah kau anak muda... maafkan mata kami yang tak bisa melihat wajahmu lagi semua ilmu kami sudah musnah?" keluh salah satu dari mereka. ―Jangan Khawatirkan itu, lebih baik kita segera meninggalkan tempat ini....‖ Aram berkata. ―haha... bagaimana caranya, sementara dirimu juga tak begitu jauh kondisinya dengan kami.‖ Aram tak menggubris, tangan kanannya segera melepaskan borgol rantai dikedua tangannya, dengan sekali sentakan rantai dari besi itu hancur berantakan, kemudian Aram segera mencabut kedua utas tali rantai di pundaknya dan berdiri. Tentu saja ketua Lima Perguruan Golongan Putih terkejut luar biasa, bagaimana mungkin seseorang yang dihancurkan tulang pundaknya dapat melakukan itu. Ternyata ketika bertarung, sewaktu ia melentik dan tangannya masuk kedalam saku ia mengambil dua butir pil, pil itu ia telan ketika ia melentik tanpa diketahui oleh Maharaja Sembilan Dewa. pil itu dapat menawarkan serangan Racun dari Telapak Darah Merah. juga dapat meringankan detak jantung layaknya seorang kercunan, jadi tidak salah jika Maharaja Sembilan Dewapun terkecoh.
Tubuh Aram bukanlah seperti layaknya orang Normal, ketika tubuhnya digusur sebenarnya ia sudah siuman, namun ia mematikan segenap rasanya sehingga ia tak merasakan apa-
496
apa ketika ia jatuh bangun sewaktu digusur oleh Permaisuri Kedua,. Ketika bagian Pundaknya akan di tusuk dan dihancurkan Aram merubah tulangnya kedalam bentuk halus, jadi meski ditusuk hanya luarnya saja yang kena. lalu mengapakah ia bersusah payah melakukan itu? ternyata ia memang bertujuan melepaskan tahanan, hanya cara yang ia pakai melebihi batas kewajaran, membiarkan diri terjebak dan dijadikan sandera itu adalah sebuah hal yang sangat lucu dan gila tapi dialah Aram sang pemuda kita. Aram segera melepaskan rantai, dan ikatan ikatan lainnya ditubuh para ketua lima perguruan itu, ―Tunggu disini, tenangkan pikiran kalian aku akan membawa dua orang lainnya..‖ Aram memerintah, tanpa membantah kelima orang itu segera melaksanakan perintah itu. Aram segera berjalan kesebuah sisi ruangan lain di tempat itu, disepanjang perjalanannya itu, sisa sisa daging dan tengkorak tampak berserakan. namun Aram sama sekali tak peduli, dengan menajamkan pendengaran dan penciumannya akhirnya ia menemukan sebuah titik yang ia cari,
Ruangan itu cukup terang dengan sebuah penerangan dari obor, dua sosok tubuh manusia berlainan jenis tampak sedang tergolek lemah berbaring dilantai yang dingin, tanpa berkata Apa-apa Aram segera membuka ikatan tubuh mereka, tak ada kata yang terucap dari dua sosok itu, sepertinya mereka sedang
497
berada dalam titik dibawah kesadaran, tubuh mereka berlumuran darah yang sudah mengering, bajunya compang campuing dan tubuh yang tinggal pembungkus tulang. Sekali angkat saja, Aram dapat mengangkat dua tubuh itu tanpa ada halangan yang berarti, setelah menimbang ia memilih untuk kembali keruangan tadi. singkat cerita akhirnya Aram dapat kembali keruangan tadi dengan sambutan gembira dari kelima orang ketua lima perguruan golongan putih. ―Siapakah yang berada dipundakmu Anak muda...?‖ tanya salah satu dari mereka yang perempuan. dia tak lain adalah Nyi Sawitri dari perguruan teratai putih adanya. ―Kijalak dan Nyi Renjani....‖ Aram menyahut singkat. segera ia meletakan kedua tubuh itu didepan Ki Ardam yang membuat kelima orang itu terkejut, diantara mereka siapakah yang tak mengenal dua sosok datuk persilatan itu, mereka tak menyangka bahwa dua datuk itupun ikut terjerumus kedalam penjara neraka itu.. Lalu ia mulai berkosentrasi dengan alam pikirannya lagi. Terlihat Aram bersujud kepada bumi, setelah bangkit tangannya diangkat kelangit seperti menahan benda jatuh, kedua tangannya ditarik kesamping membentuk ligkaran dan bertemu lagi didada seperti saat menyembah. dengan disertai teriakan nyaring tangannya didorongan kemuka.
―Wahai bumi, wahai langit pinjamkanlah nafas kalian padaku...Hiaaattt‖
498
―WERRR,....‖ Dari dinding kokoh penjara itu muncul sebuah lingkaran sihir berwarna toska. Kelima ketua perguruan putih lagi-lagi dibuat terkejut dengan ilmu yang dimiliki pemuda yang ada disampingnya itu, ―mari masuk,.... ― Aram segera memapah satu persatu kelima orang itu dapat berdiri meski dengan sempoyongan... tak lupa ia juga segera memanggul tubuh Ki Jalak dan Nyi Renjani keatas pundaknya. Dengan beriringan, akhirnya mereka masuk kedalam lingkaran itu, hingga mereka kembali kemarkas Bendera Awan Langit. Setelah tiba disana, ternyata mereka disambut oleh para anak buahnya yang rupanya sedang berkumpul panik mencari ketuanya yang hilang tanpa permisi... ―Akh... Ada kejadian apakah sehingga wajah kalian terlihat panik begitu?.. ucap Aram memecah keheningan.. ―Gerrr... Anak Sial, kalau pergi pamit dulu. jangan keluyuran tanpa ada seorangpun yang tahu, kau membuat kami jantungan saja... kau pergi kemana sih?‖ Sebuah suara mengguntur memarahi dirinya, dialah Sipemabuk dari Selatan adanya.
―Aku gak kemana-mana kok, hanya menengok markas Nawa Awatara sebentar, bersalaman dengan Maharaja Sembilan Dewa main-main kepenjaranya dan pulangnya membawa oleh-
499
oleh... nih oleh-olehnya..! ‖ Aram menunjuklan Nyi Renjani dan Ki Jalak beserta para Ketua Lima Perguruan. ―Melati, Hong moay, tolong siapkan dua buah pembaringan untuk dua orang ini, juga ruangan istirahat untuk Tamuku, Lima ketua Perguruan golongan putih..‖ timpal Aram sambil lalu dan melesat masuk kedalam bangunan rumah membuat para anak buahnya menangis tidak ketawa juga tidak hingga wajah mereka terlihat begitu lucu. Nyi Permata Dewi, dan Sipemabuk dari Selatan dan beberapa sahabat dekatnya menghela napas panjang, bukan hanya satu kali mereka melihat dan menyaksikan Aram bersikap seperti itu,... Mereka juga paham dengan ucapan Aram, menengok berarti menyantroni, Bersalaman berarti bertarung, bermain-main berarti dijebloskan, dan pulang berarti kabur sedangkan membawa oleh-oleh berarti melepskan tahanan lainnya. ―Kakang, siapakah Kedua orang ini?‖ Melati bertanya. ―Nyi Renjani dan Ki Jalak..‖ ―Aaakkkhhh‖ Melati terpekik dan menutup wajahnya.. beberapa tetes air matanya bercucuran dipipi menambah kecantikannya. ―Sudahlah, nanti malam ia akan siuman lagi, tolong kau panggil nenek kemari..‖ Aram memerintah lagi.
―Heem..‖ melati membalikan meninggalkan Aram yang sedang sibuk mengurut tubuh Nyi Renjani. butiran keringat tampak
500
berjatuhan dikeningnya, bau tumbuhan obat menyeruak disekeliling tempat itu, tak lama kemudian munculah Nyi Permata Dewi bersama Melati ketempat itu. ―Akh.... Kau sudah datang Nek, maukah nenek menolongku?‖ Aram berkata. Nyi Permata Dewi melenggong sepertinya ia sedang syok dengan keadaan waktu itu, meski ia sudah diberitahu melati bahwa orang yang tadi dipanggul Aram itu adalah sahabatnya namun tadi tak sebersitpun akan sangkaan itu, ―Apa yang harus kulakukan...‖ Nyi Permata Dewi berkata gamang. ―Urut dada Keduanya satu kali selama rentan waktu sejam dengan menggunakan tenaga dalam‖ Aram berkata tenang sambil merangkul pinggang melati dan beranjak meninggalkan tempat itu. Ketika mereka melewati lorong menuju tempat dimana kelima ketua perguruan, Seseorang mata menatap keduanya dengan mata sedih dan cemburu, namun sepasang mata lain juga melihat sosok mata yang sedang cemburu itu, lalu siapakah keduanya?. ―Emmmm..‖. Aram menggumam,... sepertinya ia juga dapat merasakn aura itu, namun ia tetap memajukan langkah kakinya, hingga mereka sampai diruangan yang dituju itu.
―Selamat Pagi semuanya...‖ Aram menyapa mereka.
501
Mereka itu adalah seorang Lelaki Paruh baya berusia enam puluh lima tahunan dengan baju serba kuning keemasan yang sudah compang camping. atau yang biasa dipanggil dengan Bintang Endrayana pewaris ketua generasi ke-124 Rajawali emas. yang kedua adalah Seorang Kakek berusia Tujuh Puluh lima tahunan dengan wajah ramah berbaju Ungu yang sudah compang-camping pula kakek itu adalah Ki Ardam adanya. yang ketiga adalah seorang wanita setengah baya dengan baju kebaya kuning yang sudah bolong sana bolong sisi,yang tak lain adalah Nyi Sawitri dari Perguruan teratai putih. yang keempat adalah Seorang lelaki berusia tigapuluh tahunan berpenampilan simple, hanya baju putih yang sudah kusam dengan kotoran dan darah dengan gambar kepala harimau ditembus dua golok yang menyilang, dia adalah Ki Bedu, yang terakhir adalah Ki Madya Dari Perguruan bintang kemukus. ―Selamat pagi jua, Terimakasih engkau sudah menolong kami Pendekar Seribu Diri,‖ Bintang Endrayana yang sudah dapat mengenali pemuda itu. ―Tak usah sungkan, Istirahatlah... Baringkan tubuh kalian, supaya kalian lekas mengembailikan tenaga dalam masing-masing.‖ Aram menasihati sambil tersenyum. Ia segera memeriksa mereka satu persatu, dia bergumam dengan tenang disamping mereka.
―Ki Bedu, kau ganas dan berangasan... berani namun ceroboh, bila kau marah maka tak peduli kawan maupun lawan kau babat
502
habis mirip sifat Api...,‖ Merah wajah Ki bedu Si Golok Harimau api. Aram segera melanjutkan ucapannya. ―Bintang Endrayana,... kau tidak memiliki pegangan yang kuat, kadang ini kadang itu tergantung keadaan.... sifatmu terlalu angin-anginan., lebih identik ke sifat angin.Ki Ardam, tenang namun keras, membiarkan apa yang terjadi seperti air yang mengalir, lebih tepat keair yang dalam. Nyi Sawitri, Lembut namun tangkas, lebih tepat kekapas dan Ki madya teguh dan mantap, kau pantas memiliki sifat tanah. yasudah, malam ini kalian harus belajar memahami kawan kalian, sebab aku akan membentuk barisan kalian berlima.‖ Aram berkata sambil meninggalkan mereka yang melenggong dengan menggandeng melati kesebuah ruangan Pribadi Milik Aram, ‗ Ternyata disana juga ada Thian Hong Li yang sedang menunggu kedatangan mereka berdua dan menyapa. ―Wah, mesranya...‖ ―haha...Ayo sayang malam ini kita lepaskan kepenatan‖ Ajak Aram. ―Ayuk..‖ Jawab Melati polos. Thian Hong Li tertawa cekikikan sebab ia tahu itu adalah tanda bahwa mereka akan melakukan ‗sesuatu‘ berbeda dengan melati yang tak tahu apa-apa. ―Kau tahu maksud ucapannya melati?‖ Thian Hong Li bertanya. ―Tidak...‖ jawab melati heran.
503
―Itu Artinya kau bakal menangis malam ini...‖ ―kok begitu?‖ Aram dan Thian Hong Li tertawa lucu, sedangkan Melati tampak kebingungan, meski tak mengerti, daripada ia tak tenang akhirnya ia memilih untuk ikut tertawa. Ketiganya kemudian masuk kedalam ruangan itu dengan hati yang riang gembira. Setiba di dalam ruangan atau kamar sambil terkikik kecil Thian Hong Li berkata ―Lati, ayo lekas buka pakaianmu...‖. Kamar itu sangat besar dan bersih, Sebab Aram adalah Ketua dalam perkumplan ini, sehingga kamarnyapun yang paling besar dan indah.. ―Tapi....‖ Melati mulai paham apa yang akan dan sedang terjadi. ―haha... bukankah kau sudah menyetujuinya sejak tadi diluar?‖ Thian Hong Li tertawa ringan. Dengan perasaan serba salah Melati hanya mengangguk lemah. dengan gerakan lemah dan ragu penuh kemalu-maluan melati perlahan-lahan melepaskan pakaian yang dikenakannya. Terlihat pundaknya yang putih mulus, leher yang jenjang dan pakaian dalam warna merah menyala, terpampang belahan bukit membusung ketat di baliknya.
504
Melati berhenti sebentar, ia melirik kearah Aram yang sedang memperhatikannya dengan senyuman lembut dan penuh cinta dan berahi. kemudian ia berpaling kepada Thian Hong li, ternyata tanpa merasa malu Thian Hong Li juga mulai melepaskan pakaian luar dan pakaian dalamnya yang ketat dan segera tampak sepasang bukit yang montok dihiasi puncaknya yang kecil kemerahan. Tiba-tiba ia melepaskan rok panjang yang dipakainya dan tampak pahanya yang mulus dan langsing, sambil tersenyum tipis Thian Hong Li memiringkan tubuhnya yang padat berisi sedikit menghadap Aram hingga terlihat jelas dihadapannya bagian inti seorang perempuan. semua bagian tubuhnya sangat menakjubkan. Setiap lekuk tubuhnya mampu membangkitkan gairah setiap laki-laki. Melati tertegun, tanpa ada pilihan lain iapun segera melepaskan baju dalamnya hingga langsung sepasang bukitnya mencuat menantang. wajahnya segar dan bibirnya merah delima merekah dengan sorot mata yang kemalu-maluan hingga menambah kecantikannya. Tubuh Aram tergetar, tanpa menunggu Melati melepaskan celananya, Aram sudah memeluknya dan melumat bibirnya dengan rakus, Thian Hong Li tersenyum, dengan lembut ia membimbing mereka untuk berbaring dipembaringan,
Malam semakin larut, deruan nafas yang memburu diantara insan manusia bersahut-sahutan, suara jeritan kesakitan terdengar melambangkan bahwa suatu dinding penghalang dalm
505
cinta telah terbobol, namun tak begitu lama kemudian terdengar rintihan pelan menjadi melodi dalam keheningan hingga pada suatu kesempatan mereka sudah mencapai dan menjerit, bukan jeritan ngeri, bukan pula jeritan kesakitan melainkan sebuah jeritan pengepresian diri dalam cinta. Terlihatlah tubuh Aram memeluk tubuh Melti yang melengkung indah kebelakang dengan erat. leher jenjang melati terpampang begitu saja hingga Aram tak tahan untuk mengecupnya dengan lembut. tak berhenti begitu saja, Aram segera bangkit dan menindih seorang perempuan lainnya yang berbaring disamping menunggu giliran sejak tadi,.. begitulah mereka bertamasya ke puncak kesenangan dalam surga keindahan. nyanyian merdu yang dikemas dalam jeritan begitu merdu dan memabukan siapapun yang mendengarnya. Tanpa mereka sadari dibalik pintu itu seorang gadis cantik bertangis pilu bercucuran air mata. wajahnya sembab tubuhnya sudah lunglai, dengan lesu gadis itu meninggalkan tempat yang membuat hatinya dirundung pilu itu. Cinta memang menyakitkan bila tak terbalas, lebih sakit lagi bila cinta itu tidak kesampaian sebab sudah ada yang memiliki.
Fajar mulai mengintip dalam bayang bayang kegelapan, bintang-bintang sudah menyelimutkan dirinya diantara langit yang hitam, seorang pemuda tampan bertelanjang dada dengan tubuh penuh luka berjalan santai menelusuri lorong-lorong dalam
506
kesunyian, langkah kakinya begitu ringan seperti kapas yang turun kebumi, ia terus berjalan hingga sampai disebuah perpustakaan yang dipenuhi dengan rak-rak buku yang berjejer rapi. Perpustakaan itu lumayan besar, dindingnya terbuat dari batu cadas yang berlumut hijau, beberapa ukiran indah menghiasi tempat itu, obor-obor berjejer disekelilingnya menerangi ruangan itu. batu-batu berbentuk balok berjejer rapi, sepertinya itu merupakan sebuah bangku tempat membaca, perpustakaan itu dibagi menjadi beberapa ruangan yang didepannya sudah diberikan tanda berupa tulisan keterangan. Ruangan paling kiri yaitu ruangan pertama bertuliskan ―Kitab Ilmu Silat dan Perang‖, sebelah kanan ruangan itu yaitu nomor dua, bertuliskan ―Kitab Perbintangan dan bumi‖ ruangan nomor tiga bertuliskan ―Kitab Obat dan Racun‖ ruangan nomor empat bertuliskan ―Kitab Sastra‖ dan yang terakhir bertuliskan ―Ruang Senjata‖. Ia masuk keruangan sebelah sisi kiri yang bertuliskan ―Kitab Ilmu Silat‖ dan terus meneliti kitab-kitab yang sudah lapuk maupun yang masih baru., namun Aram belum juga berhenti meneliti hingga ia menemukan enam buah kitab yang diinginkannya.
Kitab pertama bernama ―Kitab Api Neraka‖ Kitab Kedua bernama ―Kitab Angin Topan‖ Kitab Ketiga bernama ―Kitab Samudera Kematian‖ Kitab Keempat bernama ―Kitab Kapas Surga‖
507
Kitab Kelima bernama ―Kitab Tanah Inti Bumi‖ Dan yang terakhir adalah Kitab ―Barisan lima elemen semesta‖ Kelima kitab itu merupakan kitab yang sudah lama tak beredar dalam dunia persilatan, tebukti dengan kitabnya yang terbuat dari lembaran kulit kambing, dan tulisan kuno. sedangkan kitab barisan lima elemen semesta merupakan kitab ilmu silat tunggal yang tak pernah turun kepada pewaris lain dari lima Pendekar Semesta Raya karena tak ada ahli warisnya yang sanggup menguasainya. Setelah itu, ia segera keluar dari ruangan itu kemudian masuk kedalam ruangan senjata, diruangan itu beribu-ribu macam senjata berserakan, senjata rahasia, pedang, cerulit, pisau, panah, kapak, cakram, golok, kaitan juga senjata senjata lainnya tampak menggantung dan tergeletak begitu saja diruangan itu. namun Aram tak melirik semua senjata itu, ia hanya mengambil sebuah peti berukuran sedang, bergambarkan element-elemen yang ada dibumi, setelah dibuka, ternyata isinya hanya sarung tangan dari bahan yang sama namun dipunggung telapak tangan itu tertera simbol-simbol alam, diantaranya adalah lima elemen tadi juga masih banyak lainnya seperti petir, kayu, besi, emas, dan lainnya. Diambilnya lima pasang sarung tangan kelima elemen tadi dan menutup kembali petinya, setelah itu, ia segera beranjak meninggalkan perpustakaan menuju dimana ketua lima perguruan berada.
508
Setelah tiba, ia segera mengetuk pintu itu, tak begitu lama seraut wajah cantik yang sudah tertelan usia membukakan pintu, wajahnya begitu bercahaya dan berseri-seri. ―Akh, Ketua eh maksud saya tuan pendekar, silahkan masuk...‖ Ucapnya ramah. ―Terimakasih Nyi...‖ Aram menjawab sambil masuk kedalam ruangan. diruangan itu terlihat empat orang lainnya sedang duduk bersila diatas pembaringan masing-masing, sepertinya mereka baru bersemadi. ―Bagaimana keadaan kalian saat ini?‖ Aram berbasa-basi. sambil duduk dikursi yang disediakan Nyi Sawitri. ―Kami merasakan lebih baik, berkat tuan pendekar,... kami masih belum mempercayai bahwa tenaga dalam kami pulih meski hanya sebagian, ― Ki Ardam mewakili yang lain. ―Baiklah jikalau sudah merasa baik, saat ini kita sedang berada dalam perang sebaiknya kita bergegas, semakin cepat semakin baik... mari kita kesebuah tempat...‖ Aram berdiri dan meninggalkan mereka. kelima ketua perguruan melenggong dengan sifat Aram, namun mereka tidak memasukannya kedalam hati, segera mereka mengikut Aram menyusurri lorong-lorong markas, beberapa Anggota Bendera Awan langit tampak sibuk dengan aktivitasnya, ketika bertemu mereka segera menyapa meski hanya sebagai basa-basi.
509
Aram dan kelima Perguruan kini sudah berada diluar ruangan, langit biru kehitaman, matahari tampak kemalu-maluan memunculkan dirinya dibalik bukit, daun-daun gemerisik menyambut pagi dengan sapaan angin yang lembut. Disebuah lapangan rumput dengan hiasan bebatuan, enam orang manusia berdiri berhadapan. seseorang diantaranya yang ternyata Aram segera berkata. ―Ini adalah lima kitab ilmu silat berdasarkan element, yang ku sesuaikan dengan sifat masing-masing dari kalian, dalam kitab ini berisi cara menghimpun tenaga dalam, menyembuhkan luka, pertahanan maupun serangan. aku harap kalian menguasainya dalam waktu singkat, untuk sementara kalian berlatihlah disini menurut kitab yang kuberikan, dan yang satunya lagi merupakan kitab barisan dari ilmu yang kalian pelajari, semua kitab ini merupakan kitab yang sudah lama tak beredar dalam dunia persilatan, jadi jangan heran bila kalian tak mengetahuinya, yang kedua ini adalah lima pasang sarung tangan elemen sebagai pembantu dari ilmu kalian, bisa dikatakan ini merupakan senjata tangan kosong, sebab sarung tangan ini kuat senjata tajam, juga racun. ini ambilah....‖ Aram menyerahkan kitab dan sarung tangan itu ketangan masing-masing dan menyerahkan kitab yang keenam kepada Ki Ardam. ―Entah apa yang harus aku ucapkan dengan budimu ini anak muda,....‖ Ki Madya terenyuh hatinya, matanya berkaca-kaca haru.
510
―Tak usah dipikirkan,... belajarlah dengan giat maka kalian sudah membalas budiku,...‖ Aram menjawab degan tubuh yang mulai kabur, ―Anak...‖ Bintang Endrayana tak melanjutkan ucapannya sebab tubuh Aram sudah lenyap dari pandangan,. ―Benar-benar bukan kemampuan yang bisa dianggap cetek..‖ Ki Bedu mengomentari. ―Sudahlah mari kita berlatih...‖ Nyi Sawitri mengingatkan, tanpa berkata apa-apa lagi mereka segera membuka kitab masing-masing, lembaran demi lembaran mereka baca, ekspresi kekaguman muncul dari wajah masing-masing. hanya dengan membaca sekilas saja mereka sudah dapat melihat kwalitas dari ilmu tersebut. Kembali ke Aram, Setelah mengatakan apa yang diinginkannya Aram segera kembali ke-aula markas, kedatangannya ternyata telah di tunggu oleh seorang lelaki paruh baya berusia empat puluh delapan tahunan, berbaju hitam seperti orang yang berduka cita, ya dia adalah Adipati Rajalela sang Raja ditanah sunda ini. ia berduka cita atas kehancuran kerajaannya,. Adipati Rajalela tersenyum ramah, dengan perlahan ia maju kedepan Aram dan bersoja. Aram tersipu, dengan senyuman dibibir ia bangunkan Adipati itu dan tersenyum. ―Tak usah banyak adat yang mulia,‖
511
―jangan memanggilku yang mulia Ketua, panggilah namaku‖ Adipati Rajalela menolak. ―Hem, baiklah Adi ada apakah gerangan?‖ ―Heh.... Hamba Ingin meminta tolong...?‖ ―meminta Tolong?‖ Aram heran. ―Laraspati, anakku.... ia.‖ Adipati Rajalela terdiam, ―Ia mengapa?‖ ―akh,... Ia kabur dari kamarnya‖ ―Oh, Apakah Adipati ingin saya mencarinya?‖ ―Bukan...‖ ―Loh Kok bukan?‖ Aram semakin bingung. ―Anakku mencintaimu... sepertinya ia sedang cemburu― ―Ohh....‖ Aram mulai paham arah tujuan pembicaraan ini... ―Tapi, meski saya bisa menghiburnya tak mungkin saya meninggalkan kekasihku, kecuali‖ Timpal Aram. ―Kecuali apa?‖ mata Adipati yang sudah tak bersemangat kembali bersinar.
512
―Kecuali bila Laraspati mau tinggal bersama kami bertiga dan Kedua kekasihku mengijinkan..‖ Adipati Rajalela terdiam, membujuk anaknya untuk menerima hidup bersama Aram berempat masih mungkin. namun membujuk dua kekasih Aram untuk menerima anaknya adalah hal yang paling tersulit. ―Baiklah Adi, mungkin saya akan berbicara dulu kepada mereka berdua baru saya akan putuskan tindakan selanjutnya....‖ Putus Aram. ―Baiklah ketua, terimakasih atas pengertianmu...‖ Adipati Rajalela bersoja dan meninggalkan Aram yang termangu-mangu. akhirnya ia putuskan untuk kembali keruangannya dan membatalkan niatnya untuk berdiskusi dengan mantan anggota ksatria satwa. Tanpa memperlihatkan kesekelilingnya Aram berjalan dengan melamun, orang yang disampingnya tak ada yang mengganggu sebab mereka tahu, bila ketuanya kadang bersikap aneh bila akan melakukan sesuatu, tapi ada satu orang yang paham ada yang sedang dengan keadaan Aram. Orang itu kemudian menyikut temannya yang sama sedang memperhatikan dan mengikutinya masuk kedalam ruangan Pribadi Aram. mereka melihat Aram duduk di pembaringan dengan meletakan tangannya didagu tanpa menyadari bahwa ada yang mengikuti dan memperhatikannnya.
513
―Ada apa engkoh?‖ Orang pertama dari mereka menegur. Aram terperanjat kaget, dilihatnya Thian Hong Li dan Melati menatapnya dengan pandangan heran dan khawatir. ―Ekh, akh Anu..‖ Aram tergagap. ternyata orang secerdas dan segagah dirinyapun masih tergagap bila berhadapan dengan masalah CINTA. ―Anu apa?‖ melati bertanya sambil mengusap pundaknya lembut. ―Adipati memintaku untuk meminang Anaknya ....‖ Aram berkata ragu. ―hihihi...‖ Melati dan Thian Hong Li cekikan. ―lihat, setan cilik mata keranjang ini sudah mendapat korban baru...‖ Thian Hong Li berkata kepada melati membuat Aram menunduk lesu. ―oh, kakang... pergilah temui dia, kasihan dia menangis sendiri di sebelah barat pantai... kami rela menerimanya sebab kami sudah mengetahui bahwa putri itu sudah menyukaimu..!‖ Melati menghibur. membuat mata Aram bersinar dan merangkulnya lalu menciuminya dengan rakus sampai melati ngos-ngosan. lalu tanpa pamit Aram juga merangkul Thian Hong Li dan menciuminya, setelah puas tubuhnya melesat kejendela meninggalkan dua gadis yang sedang ngos-ngosan itu.
Setelah menerobos hutan akhirnya sampailah Aram disebuah pesisir pantai, benarlah saja disana terdapat gadis yang sedang
514
berselonjoran sambil menangis, kakinya yang putih mulus indah itu dipermainka ombak membuat suasana semakin romantis. suara gemericik air menjadikan sebuah musik pengiring dalam suasana seperti itu..Gadis itu mendongakkan kepalanya melihat langit biru yang menjadi atap dalam hidupnya.. Matahari mulai bersinar sangat terangnya, cahaya keperakan, menimpa air laut dengan tenang dan lembutnya membuat wajah cantik itu tergambar jelas didalamnya . Mata Aram tak bisa lagi berbohong bahwa gadis yang bernama lengkap Rismi Laraspati itu benar-benar cantik, apalagi baju merahnya yang berumbai-rumbai menjadikannya lebih sempurna. Tanpa permisi Aram memeluknya dari belakang, membuat wajah gadis itu kaget dan ketakutan, namun ketika melihat wajah dibalik bayangan air laut ia merasakan bahwa langit ambruk bumi bergoncang, hatinya luruh tak keruan, ketakutan dan kemarahan semula yang menghantuinya mulai menghilang digantikan dengan rasa gembira yang meluap-luap.
Tangan Aram yang melingkar di pinggang gadis itu mulai naik dan merambat menelusuri lekuk tubuh gadis itu, gadis itu menggelinjang dan menggeliat, tak ada penolakan dalam tubuhnya, semuanya berlancar dengan mudahnya tanpa sedikitpun ada hambatan, sepertinya gadis itu telah memasrahkan seluruh tubuhnya dengan berlandaskan cinta yang sudah merasuki akal sehatnya, cinta memang gila, segala
515
hal apapun akan dilakukannya demi sebuah kepuasaan meski cuman sesaat begitu pula dengan Rismi Laraspati itu. Satu persatu, kain yang dikenakan gadis itu berjatuhan dipasir putih, pasir yang suci akan sebuah jamahan, hingga gadis itu kini sedang dalam keadaan polos tanpa selembar benangpun. Sepasang mata Aram tidak lepas dari tubuh yang sangat menggiurkan itu, terlebih-lebih terlihat jelas dalam keadaan telanjang bulat seperti itu, Aram benar-benar terlena. sepertinya Rismi Laraspati merasa bangga dengan memperlihatkan tubuh telanjangnya yang sintal, indah dan sensual. Sepasang bukit yang kenyal dan mungil bergoyang-goyang mengikuti gerak tubuhnya yang putih mulus dan tarikan nafasnya yang mulai memburu. Jantungnya berdenyut lebih kencang daripada biasanya, cintanya benar-benar telah mendapatkan pelampiasan yang tepat hingga ia tak mampu untuk tidak tersenyum. Dalam keadaaan seperti ini tidak ada seorang lelaki pun yang sanggup bertahan terhadap godaan di depan matanya ini kecuali seorang lelaki yang tak memiliki hasrat untuk bercinta! Aram benar-benar terlena, Bau harum segar seorang gadis muda terpencar menerpa hidungnya dan membuat gairahnya bangkit perlahan-lahan. Aram mencium dan memagut bibir Rismi Laraspati yang merah terbuka bagaikan ombak mencium pasir dengan lembut dan membuat Laraspati mendengus kecil.
516
Dengan lembut Aram membaringkan tubuh Laraspati di atas pasir putih bak permadani taman surga, Laraspati merasa bagaikan berada di langit ke tujuh. ketika tubuhnya dimandi kucingkan, remasan ditubuhnya seperti pijatan refleksi dikala tubuhnya lelah. tak ada kata cinta diantara mereka, hanya tatapan mata yang penuh kasih sayang dan bahasa tubuh mereka pancarkan dalam permainan indah itu, Permainan semakin memuncak ketika pedang tumpul telah keluar dari sarangnya, terbang mencari sasaran hingga darah meleleh, jeritan kesakitan terdengar, namun itu tak menyurutkan semangat mereka mereka berpacu seperti kuda pacuan hingga mereka mencapai puncak kemenangan dengan kata lain garis finish. ―Serrr..Serr‖ ―Akkkhhh‖ Dengan tubuh lunglai Aram berbaring di samping Rismi Laraspati yang sedang tersenyum lemah penuh kepuasan. Daun kelapa melambai, angin laut pagi yang segar membelai wajah mereka yang kuyu. Dengan perlahan Aram menyentuh dan membelai-belai wajah sayu Rismi Laraspati. Aram menatap wajah Rismi Laraspati. Ia bertanya apakah ia menyesal dengan apa yang barusan mereka lakukan. ia berkata ― Rismi,... dindaku apakah kau menyesal dengan apa yang sudah kita lakukan?‖
517
Dengan perasaan malu dan bahagia Rismi Laraspati memegang tangan Aram dengan erat tanpa sanggup berkata-kata. Tiba-tiba.... ―Hayoo... mau sampai kalian akan berdiam diri?‖ Sebuah suara merdu menegur mereka. Rismi Laraspati terkejut segera ia menutupi tubuhnya namun Aram masih tenang, ―Ayo sapa kedua kakakmu Dinda Rismi...‖ Aram berbisik di telinganya. ―Ekh... Akhhh...‖ Merah wajah Rismi Laraspati. ―Sudahlah, jangan menggodanya terus, biarkan ia berpakaian dulu..‖melati mengajukan usul. Tanpa berkata lagi, Rismi Laraspati segera mengenakan pakaiannya, meski canggung mereka mengobrol dengan riang gembira, lalu Mereka kemudian meninggalkan pesisir pantai yang menjadi saksi bisu keintiman yang dilakukan sepasang manusia ini. *** Matahari kini tepat berada diatas kepala, panas menyengat kulit seorang pemuda berkulit putih, seputih salju yang sedang bertelanjang dada penuh dengan luka seakan menantang sang matahari untuk membakar kulitnya itu. dialah Aram Widiawan.
Dihadapannya seorang kakek berbaju Kuning gading dengan guci ditangannya, matanya sayu dengan kantong mata yang
518
cukup tebal. wajahnya pucat sepertinya ia terlalu keseringan mabuk. dilihat dari ciri-cirinya dia memanglah Sipemabuk dari selatan adanya. Mereka bersila tenang, mereka saling berhadapan dalam diam,diam itu tak ada kata, diam itu tak bergerak, diam itu berhenti, ataupun makna lainnya, ya, hakikatnya itu yang mereka lakukan... Namun tiba-tiba pemuda itu bersenandung lirih, ― Begitulah kisahnya, kisah sang raja yang perkasa dan panglima yang saling berseteru, sang raja yang maha sakti dan panglima yang maha cerdas, ribuan jurus mereka hambur-hamburkan.. sang raja yang perkasa hanya memainkan sembilan dari jumlah ragam jurus sipanglima, bila sang raja adalah gulanya maka sang panglima adalah semutnya, penasaran bukan kepalang hati sang panglima, mengapa jurusnya yang beragam tak mampu menumbangkan sang raja.. dalam keputusasaannya sang panglima mengambil langkah penyelamatan diri dibalik kematian, siapapun yang berada diatas angin pasti akan takabur, siapa yang berada diatas langit ia akan lupa diri bahwa masih ada langit, aneh sungguh aneh, tapi itulah manusia. dasar kau panglima, panglima cerdas yang malang....‖ Diam lagi.... Tak ada suara....
Nyanyian berhenti menambah kerutan di dahi sang kakek. sepertinya ia sedang mencerna ucapan itu.
519
Semilir angin lembut membawa setiap patah kata yang ia ucapkan, adapun ucapannya itu ialah seperti ini. ―Kau melupakan sang satu, sang maha perkasa, percuma kau menjadi seribu bila kau tak mampu menjadi satu, satu adalah seribu, namun seribu bukanlah satu.‖ Diam lagi.... Aram merenung, mendengar kata gurunya tiba-tiba ia teringat akan suatu kitab dimasa kecilnya, tanpa sadar ia bergumam. ―Satu adalah seribu, Seribu Adalah satu, Semua berawal dari Satu maka kembalilah menjadi satu, panas dan dingin akan menjadi mengerikan apabila telah menjadi satu, satu adalah sumber, sumber adalah kekuatan, kekuatan adalah kosong kosong adalah diam‖ ―Kitab Satu bukan dua atau seribu bagian dua penyatuan Hawa dan bentuk‖ Sipemabuk dari Selatan terpekik kaget. ―Apa itu kitab Satu bukan dua atau seribu bagian dua penyatuan Hawa dan Bentuk?‖ Aram heran,... ―Kitab yang ditulis oleh sang maharaja Deva Cakravala, seorang jenius ilmu silat pada beberapa ratus tahun yang lalu, itu merupakan kitab teraneh dalam sejarah manusia, kitab itu dibagi menjadi dua.... kitab bagian pertama menceritakan tentang sebuah pedang yang tak memiliki mata yaitu lidah. dan yang kedua yaitu kitab yang kau baca barusan‖
―Pedang? Lidah?‖
520
―Ya, itulah senjata paling tajam didunia, satu kata dapat membunuh ribuan jiwa atau biasa dikenal sebagai kambing hitam. dari kitab itulah manusia ditanah jawa mengenal istilah Kambing Hitam‖ ―Luar biasa..... Saya yakin itu merupakan kumpulan dari segala ilmu siasat...‖ ―Ya, setahuku Maharaja Deva Cakravala mencuplik ilmu itu berasal dari sebuah kitab dari kulit kambing dari gurun pasir dimana terdapat mata air yang mukzizat, juga buah yang lezat dinamakan dengan kurma, menurut kabar lembaran kitab itu dinamakan oleh orang muslim dengan Al-Qur‘an‖ ―Al-Qur‘an!...... meski Saya tak mengetahui bentuknya, saya yakin itu merupakan kitab yang luar biasa....‖ Aram mendesah. ― Aram,‖ ―Ya, Guru...‖ ―Satukanlah segala ilmu silat yang kau miliki, agar engkau memiliki pegangan yang kuat dan tak kebingungan mencari jurus...‖ ―Saya Paham guru.... mumpung sempat, kita akan melakukannya sekarang guru, apakah engkau bersedia?‖ ―hahaha.... tentu saja muridku.... aku gurumu, semakin engkau maju maka akulah yang berbahagia...‖
521
―Terimakasih Guru, letakanlah tanganmu ditanganku guru. saya mohon‖ Meski tak mengerti, Sipemabuk dari selatan menurut juga, ia letakan ditangannya.... Mereka bersemadi, mencapai apa yang disebut dengan Badai dibalik ketenangan.wajah mereka semu merah dengan uap tipis di kepala. Sipemabuk dari selatan dan Aram merasakan tubuh mereka melayang kesebuah ruang yang tak ada batasnya, tubuh mereka begitu ringan dari sebuah bulu yang tertiup angin, perasaan mereka tenang seakan tak memiliki beban..... Aram tahu mereka sudah sampai ditengah perjalanan, Aram segera mengerahkan segenap imajinasinya untuk membentuk sebuah alam yang ada dalam pikirannya, benar lah saja, perlahan-lahan ruangan putih tiada batas itu mulai membentuk dataran, gunung, bukit, pepohonan, dan yang lainnya mulai terbentuk. takjub tak terkira perasaan Sipemabuk dari selatan menyaksikan pemandangan dari imajinasi yang dibuat oleh muridnya. Bunga mawar, melati bertebaran disekeliling mereka membuat perasaan semakin nyaman...bukit cadas menjulang diangkasa, Aram tahu kini mulai tiba saatnya ia melatih ilmunya lalu menggabungkannnya menjadi satu.
―Guru, saya akan memulai mohon petunjukmu‖... Tanpa meminta jawaban, Aram mulai mengosongkan pikirannya, tubuhnya bergerak kesana kemari, seperti air yang mengalir
522
jurusnya keluar begitu saja, ia memulai dari jurus-jurus yang dimiliki lima perguruan, lalu ilmu lainnya seperti ilmu Pedang lintasan satu garis, halilintar perobek bumi, Silat Rubah, Aura Kematian dan jurus-jurus langka lainnya, entah berapa waktu telah habis, entah berapa ratus macam ilmu yang dikeluarkannya, Aram semakin terlena dalam kesenangannya, bumi menggelegak langit bergemuruh, Sipemabuk dari selatan yang membentengi dirinya dengan pembenteng batin yang ia miliki hampir tidak kuat menahan ledakan ilmu ilmu yang rata-rata bukanlah ilmu kelas rendahan. ia bergidik bila membayangkan Aram melatih ilmunya dialam nyata, entah berapa jiwa yang akan melayang terkena amukan jurusnya itu. Kini ia tahu seperti apa kemampuan dari muridnya yang selalu tenang dibalik senyuman lembutnya, bila muridnya ini bertarung seimbang dengan Maharaja Sembilan Dewa maka bisa dibayangkan kemampuan dari Maharaja sembilan Dewa itu. Ia hidup sudah hampir setahun adanya, namun ketika menyaksikan kemampuan dari muridnya ia merasakan bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, ia mulai mengerti apa yang dimaksud dengan diatas langit masih ada langit. diatas gunung yang tinggi masih ada langit.
Amukan Bumi dan langit dalam alam pikiran itu mulai mereda, sepertinya Aram sudah mencapai puncaknya, diantara kepulan debu yang mengepul Aram berdiri tegak mematung, matanya tertutup rapat, perlahan kaki kanannya berjinjit dan kepalan tangan kanan ditempelkan pada telapak tangan kiri, seperti layaknya suatu penghormatan pembukaan, kemudian ia
523
memutar balikan tangan kanan yang telah dibuka pada jari-jarinya, dengan kecepatan bagaikan kilat, ia melakukan gerakan putaran tangkisan pada tangan kiri lalu mengayunkan silang pada tangan kanan untuk menutup dan tangan lainnya melakukan suatu tusukan tajam dengan ujung jarinya yang bersinar keperakan. sepintas jurus itu memang terlihat sederhana, namun kecepatan dan gerak serangan itu lebih cepat dari kesiuran angin yang terpukul, membuktikan bahwa serangan itu lebih dahsyat dari yang terlihat. tiba-tiba. ―Duaaaarrr.....‖ sebuah batu sejauh lima tombak hasil ciptaan fikirannnya hancur berantakan. padahal waktu itu Aram sedang berdiri tegak tak melakukan sesuatu apapun. ternyata sinar yang muncul dari jarinya itu sudah menghancurkan batu yang tepat ada didepannya, dan batu itu meledak ketika waktu sudah cukup lama. bila dibayangkan serangan itu mengenai manusia maka lawan yang terkena serangan itu tak akan sadar bahwa tubuhnya telah hancur.
Tak berhenti begitu saja, Aram menekuk silang pada kaki dengan suatu putaran tangkisan atas yang dilakukan oleh tangan kiri, sementara tangan kanannya melakukan suatu pukulan yang sangat keras, ― Blaaarrrr‖ kini yang menjadi korbannya adalah sebuah pohon sebesar dua pelukan orang dewasa. tapi sepertinya itu masih belum cukup. terbukti dengan dilanjutkannya dengan suatu gerak tendangan pada kaki kanan serta dorongan yang dilakukan oleh tangan kanan yang telah diputar sedemikian rupa, untuk menghimpun tenaga secara cepat.... gerakan kedua ini dahsyat luar biasa sebab disekeliling tempat itu pohon-pohon pada layu, terkena hawa yang terpancar
524
dari setiap gerakan Aram itu. gerakannya itu dahsyat bagaikan seorang ksatria membabat angkara. Aram yang sudah berada dalam posisi kuda-kuda segera mendorongkan kedua telapak tangannya dengan kuat mendorong angin seakan angin itu memiliki bobot ribuan kati. entah bagaimana kejadiannya, kedua tangannya itu masih mendorong angin namun entah juga darimana datangnya, aram memiliki dua tangan lagi yang mengayun simpan menyamping pada tangan kanan yang diayunkan kedalam dan tangan lainnya yang terkepal untuk disilangkan didepan dada, perlahan kedua tangan yang mendorong angin telah hilang, sambil menyelinapkan tubuh kedepan maka disini tangan kiri melakukan suatu totokan yang cepat pada daerah yang lemah ditubuh lawan.... setelah itu Aram segera berdiri tegak mematung. ―Wuuurrssshhhh... Blaarrr....Crekk...crekkk‖ Gulungan angin tornado bergulung gulung dari tempat dimana kedua telapak tangan Aram mendorong angin, berat namun cepat, itulah salah satu rahasia dari jurus itu. diam namun bergerak, gerakannya kosong seperti tak berisi, namun memiliki sumber, sumber kekuatan tenaga dalam dari alam yang diolah ditangan tanpa memasuki tiantan. sesuai dengan ajaran penyatuan dari kitab Satu bukan dua atau seribu bagian dua penyatuan Hawa dan bentuk.
Aram yang berdiri tegak mematung memajukan kaki kanan disamping kaki lainnya, sambil sedikit menekuk rendah pada
525
kuda-kuda dengan kedua tangan yang menekuk, lalu mengayunkan kaki kanan kebelakang sambil mengangsurkan kedua tangan kedepan untuk mengimbangi kaki kanannya yang terangkat tersebut, dengan cepat ia mengayunkannya dengan gerakan yang cepat laksana kilat untuk berjongkok (jari-jari kakinya berjinjit) dengan kedua tangan diturunkan sedemikian rupa, dan sebagai kelanjutannya, adalah meloncat mengudara setinggi empat sampai lima tombak dengan kedua tangan terangkat tingi-tinggi. kemudian ia mengangkat kaki kanannya berupa tendangan keatas, tangan kirinya diturunkan kebawah ―Wusssttt‖ Blaaarrrrrr...‖ Tanah merekah terkena tendangan itu, membuktikan bahwa tendangan itu bukan hanya tendangan biasa saja, hawa kematian dan hawa magis bertebaran disekeliling tempat itu. matanya mencorong tajam luar biasa, ia segera memasang kuda-kuda dan menarik kedua tangannya secara perlahan seakan menarik angin, dengan suatu gerak putar pada pergelangan tangan, maka tangan kanan melakukan suatu tangakapan, dan tangan lainnya, melakukan suatu tebasan yang tajam dengan tenaga yang tersalur secara sempurna, selarik sinar kilat bersamaan dengan suatu gema menggelegar laksana guntur keluar dari tangan yang menebas itu menerobos semak belukar yang langsung terbakar dengan dahsyat,
―Jelegar,..... Kretek....kreteekkk‖ Suara itu mengiringi Aram yang berdiri membuka kakinya dan menaikan kedua tangannya dalam keadaan jari-jari menunjuk keatas, lalu perlahan menurunkan kedua tangannnya kedepan dada dengan jari-jari masih
526
menghadap ketas, lalu mengepalkan jari-jari tangan untk diletakan disisi pinggang masing-masing dan menurunkan kebawah dengan jari jari yang terbuka kembali. Setelahnya ia segera duduk bersemadi, selain untuk menenngkan pikiran dan mengembalikan kekuatannya, ia juga bermaksud untuk memberi nama-nama jurus yang barusan ia keluarkan. uap tebal diatas kepalanya menandakan bahwa Aram sudah mencapai suatu taraf yang tinggi dalam tenaga dalamnya, diam-diam Sisinting dari selatan juga mengakui itu. ARAM bangkit dari semedi, tanpa meminta pertimbangan gurunya yang menatap takjub ia segera memainkaan lima jurus yang baru saja di ciptakannya itu. jurus itu ia ciptakan dari Jurus Halilintar Perobek bumi yang pada walnya jurus yang berasal dari Thiantok atau Gujarat itu, lalu jurus Silat Rubah yang merupakan jurus gabungan dari Negri malaya dan Tanah Jawa peninggalan dari Guru Pertamanya, selain itu terdapat jurus dari Tornado Arwah, Totokan Si Kelabang biru, Ninjutsu, Genjutsu, Sihir penysat Sukma dan Aura Kematian. jadi bisa dibayangkan betapa hebatnya jurus itu. Beberapa kali ia mengulang barulah ia berhasil menguasai dengan lancar. Adapun jurus itu ia namakan dengan jurus ksatria langit yang terdiri dari : ksatria memberi sembah, ksatria menolak angin, ksatria menerima angin, ksatria langit turun bumi dan ksatria membabat angkara.
Aram tidak melangsungkan menggabungkan jurus yang lain, ia sadar bila semua ilmunya digabung menjadi satu membutuhkan
527
pemikiran yang lebih dahsyat, maka ia putuskan untk menjadi dua atau tiga rangkaian jurus saja. dengan senyuman dibibir didekatinya Sipemabuk dari selatan lalu duduk dihadapannya. ―Guru....‖ ―Ya, Ada Apa muridku?‖ ―Emhhh, apakah guru ingin tetap disini menungguiku atau kembali kealam nyata?‖ ―hahahah..... kau pikir aku ini lelaki apa, tentu saja akau akan setia menunggumu disini....‖ ―Tapi guru,‖ ―Gak ada tapi-tapian, aku tahu kau tak ingin aku menunggu kesepian bukan? jangan khawatir selama ada tuak hidupku akan tentram....‖ ―Baiklah jikalau itu sudah menjadi keputusan guru‖ Aram menyerah dan kembali ketempat dimana ia tadi berlatih. ia merenung, matanya terpejam, sepertinya ia sedang mengumpulkan segenap rasa dan ciptanya, wajahnya yang putih mulai memerah, dan semakin memerah, ketika matanya terbuka sebersit kilatan tajam bersinar dari mata Rajawalinya itu,
Hawa panas dan dingin menyeruak tajam, Aram yang sedang bersiap dengan kuda-kudanya melaksanakan tendangan ringan kebawah yang ditujukan kepada lutut lawan, dan itu dikaburkan dengan suatu gerakan serangan pada kedua tangan yang akan
528
membuat lawan tidak menyangka terhadap serangan bawah ini, seperti seorang yang bertarung dilangit namun tiba-tiba menyerang dipusat bawah dengan merobek bumi. Tak ada keistimewaan lainnya dalam serangan itu, tak jelas maksud Aram menggabungkan jurus yang hanya sedemikian rupa. tapi dia terkenal akan kecerdasannya bahkan Sipemabuk dari selatan juga meyakini hal itu, Dan benar lah saja, secara tiba-tiba Aram menurunkan kaki kanan dan menggeser maju cepat pada kaki lainnya untuk mengiringi dengan suatu tamparan serta bacokan dengan tangan lainnya, ―Jelegaaarr.....‖ bukan sesuatu yang ada dihadapnnya yang menggelegar, namun sebuah kilat putih menyambar tajam setombak didepannya, anehnya lagi, kilat yang membelah langit itu tidak sama sekali menyentuh tanah, bila dihadapannya terdapat lawan barangkali lawan itu akan menghindari serangan tangan, tanpa sama sekali menyadari bhwa serangan sesungguhnya beraal dari alam. akibatnya lawan itu jelas akan mati gosong tersambar kilat itu.
Aram menendang kesamping dilanjutkan dengan menurunkannya dengan perhitungan membalik kearah kiri belakang yang berarti harus membalikannya sedemikian rupa, dan berganti dengan mengangkat kaki kanan tinggi-tinggi. dan kedua tangan adalah untuk bersama-sama ditarik kebagian tengah seakan menutupkan sayap, gerakan membalik ini merupakan suatu kepandaian khusus yang tidak lain adalah gabungan jurus Kelelawar dan jurus rubah, satu elemen udara dan satu elemen darat, dengan ciri-cirinya yang anh itu maka serangan ini dapat membingungkan lawannya. sanggahan pada
529
satu kaki harus dapat dikuasai terlebih dahulu untuk memperoleh keteguhan dalam ekspresi gerakan-gerakan tersebut.. Lalu ia menurunkan kaki kiri yang mantap disusul pula dengan dinaikannya kaki kanan dan tangan kiri diayunkan mengarah samping kiri dengan jari-jari menunjukan kekiri ―Heaaaaa....‖ Aram berteriak mengguntur, Sipemabuk dari selatan terperanjat, sebab telinga luar dan telinga batinnya seperti digedor jutaan gong, dengan mengerahkan segenap kemampuannya akhirnya suara itu dapat diredam juga meski tak sepenuhnya, ia melihat Aram yang melangkahkan kaki kanan disertai ayunan tangan kiri kebelakang dan tangan lainnya kearah depan. gerakan itu benar-benar terpadu dan mantap.
Sebagai kelanjutan daripada gerakan sikap terdahulu, maka pandangan Aram dialihkan kearah kiri dengan tangan kiri yang telapaknya digerakan kearah samping bawah dan tangan lainnya yaitu tangan kanan didekatkan kedepan pusar sambil menarik nafas cukup panjang. penarikan nafas tersebut adalah suatu cara pemantapan cadangan untuk suatu gerakan yang panjang serta juga menambah potensi daripada suatu serangan. dengan secepat kilat ia mengayunkan tubuhnya dengan menyanggahkan kedua tangan pada tanah sambil menyapukan kaki kanan pada sasaran. dan mengalihkan dalam suatu putaran tubuh kekanan dengan sanggahan dua tangan dan berganti kaki kiri yang melakukan sapuan... tak berhenti begitu saja, ia
530
melanjutkan dengan gerak maju pada kaki kanan sambil mengayunkan serangan memutar dari bawah keatas pada tangan kanan, dan tangan lainnya ditarik memutar keatas. dijabarkan memang panjang, namun kenyataannya serangan itu cepat dan dahsyat, serangan ini seperti bumi yang merekah saja yang dapat merusak serta menjatuhkan lawan yang dihadapinya, juga seperti seorang manusia yang sedang merobek-robek bumi dengan dahsyat. seperti diketahui ia memiliki ilmu yang beragam yang berjumlah hingga ratusan jurus, maka dari itu, jurus yag dimilikinya juga tidak mungkin dibuat kedalam satu jurus, maka dari itu ia pun semakin mempergiat pembuatan jurusnya, satu dua tiga dan seterusnya ia gabungkan menjadi satu, hingga jurus yang ia ciptakan berhasil digabung menjadi dua rangkaian jurus yang ia berinama dengan jurus ksatria langit yang terdiri dari 5 jurus dan barusan yang diciptakannya ia berinama jurus pukulan perobek bumi pembelah langit yang terdiri dari delapan jurus yaitu pangeran langit merobek bumi, raja langit membelah langit, bumi dan langit merindu, guntur menyalak pencakar langit. langit terbelah bumi merekah. bumi berhenti berputar. langit gelap bumi tak tau arah. langit terobek bumi porak poranda.
Dalam alam pikrannya itu genap sudah satu purnama Aram menyatukan ilmunya, selain dua jurus yang dia ciptakan dulu ia juga telah ciptakan jurus pamungkasnya dari jurus-jurus yang dimilikinya yang ia beri nama ― jurus tunggal jagad‖ jurus itu terdiri dari : ‗pedang tunggal melintang jagad‘, ‗pukulan tunggal perobek jagad‘, ‗totokan tunggal paku jagad‘, ‗racun pemusnah
531
jagad‘, ‗obat penghalau murka jagad‘ ‗Panca menuju tunggal‘ ‗tunggal menjadi kosong. Hari itu Aram berlatih diatas sebuah bukit yang menjulang tinggi bersama Gurunya Sipemabuk dari selatan, tampak keduanya bertarung dengan serius, mereka kelihatan sedang melatih jurus yang sama dengan cara bertarung. kaki kanan Aram berjinjit dan kepalan tangan kanan ditempelkan pada telapak tangan kiri, seperti layaknya suatu penghormatan pembukaan, kemudian ia memutar balikan tangan kanan yang telah dibuka pada jari-jarinya, dengan kecepatan bagaikan kilat, ia melakukan gerakan putaran tangkisan pada tangan kiri lalu mengayunkan silang pada tangan kanan untuk menutup dan tangan lainnya melakukan suatu tusukan tajam dengan ujung jarinya yang bersinar keperakan. Tanpa diperingatipun Sipemabuk dari selatan sudah paham bahwasanyaa jurus tersebut bukanlah jurus yang bisa dianggap remeh. ia tahu Aram sedang menggunakan jurus ksatria memberi sembah dari rangkaian jurus ksatria langit. segera iapun memapak dengan jurus yang tak kalah lihainya, ksatria membabat angkara. terlihat Sipemabuk dari selatan menekuk silang pada kaki dengan suatu putaran tangkisan atas yang dilakukan oleh tangan kiri, sementara tangan kanannya melakukan suatu pukulan yang sangat keras, ― Blaaarrrr‖
532
Dua buah tenaga sakti diudara beradu, dua tenaga dalam yang berlawanan, Panca menjadi tunggal yang dikeluarkan oleh Aram dan Tunggal menjadi kosong oleh Sipemabuk dari selatan. dua buah tenaga dalam yang digabungkan oleh Aram dari seluruh penjuru dunia, Segala tenaga dalam yang mengandung unsur elemen seperti, Api, Air, Tanah, Kayu, Angin dan logam/ metal ia gabung menjadi satu dalam jurus yang bernama Panca Menjadi Tunggal, sedangkan Jurus yang mengandung unsur keras dan lunak ia gabung menjadi satu dalam jurus yang bernama Tunggal menjadi kosong. jurus itu ia gabung berdasarkan pemahaman dari―Kitab Satu bukan dua atau seribu bagian dua penyatuan Hawa dan bentuk‖ yang berbunyi panas dan dingin akan menjadi mengerikan apabila telah menjadi satu, satu adalah sumber, sumber adalah kekuatan, kekuatan adalah kosong kosong adalah diam‖ Tenaga sakti itu benar-benar luar biasa, hawa dingin dan panas bersatu dalam udara sekitar, hawa magis dalam sihir, hawa pembunuhan, hawa kemenangan, hawa kebahagiaan, hawa ketenangan bergulung-gulung dalam udara itu. menjadikan suasana begitu mencekam akan suatu perasaan yang tak bisa dilukiskan. seluruh tempat itu telah porak poranda tak keruan, rupanya mereka sudah bertarung dengan cukup lama.
Setelah debu dan alam mulai tenang, Aram dan Gurunya berpandangan penuh arti, secara bersamaan keduanya menganggukan kepakla, satu persatu alam itu mulai musnah kabur tertelan sebuah cahaya putih hingga semuanya menjadi
533
ruangan serba putih yang tak keruan dimana ujungnya, bukan hanya Alam itu, rupanya tubuh merekapun mulai menghilang semu kembal kedalam badan masing-masing ***** Layung beureum... Luhur gunung Mukakeun rasa tunggara Layung beureum narembongan Kananga ge ngarangrangan Panutan nu kungsi nyarengan Ayeuna tinggal lamunan Kiwari tinggal waas na Ngupahan paitna rasa Kabagjaan nu kungsi kasorang Ayeuna tinggal tunggara Cinta, cinta urang Ayeuna tinggal lamuna Duriat, duriat urang Ayeuna ukur waasna Bagja, bagja urang Ayeuna tinggal impian Deudeuh, deudeuh keur urang Ayeuna tinggal kalangkang
534
Sebuah lantunan sajak sunda terdengar indah dikeheningan malam yang tanpa bulan itu, sebuah lantunan sajak yang dilantunkan oleh seorang gadis cantik bermata sipit dengan rambut dikuncir kuda, wajahnya begitu ayu dan lembut saat terkena cahaya obor yang temaram. disampingnya juga terdapat kumpulan dari sahabat-sahabat Aram, antara lain mantan Anggota Ksatria satwa, Nyi Permata Dewi, Ki Asmaradanu, Ki Guntur, Rehan, Adipati Rajalela, tak lupa juga Melati dan Rismi Laraspati. Gurat-gurat cemas dan harapan tersampir diwajah mereka. Mereka duduk mengelilingi dua orang yang bersemadi diantara mereka, jika bersemadi selama satu hari mungkin mereka tak akan secemas itu. tapi Aram dan Sipemabuk dari selatan sudah bersemadi selama tujuh hari tujuh malam tanpa henti, wajah mereka merah seperti kepiting rebus, Uap mengepul tinggi seperti pembakaran lokomotif. Wajah cemas mereka sedikit hilang ketika mereka mendengar lantunan indah dari Thian Hong Li, diam-diam Melati merasa malu juga ketika Thian Hong Li yang berasal dari Negri tetangga dapat menyanyikan sajak indah dari kesastraan sunda itu. ―Akkkhhh....‖ Sebuah suara seorang gadis menyentak semua orang, dilihatnya Rismi Laraspati menunjuk Aram yang sudah siauman, matanya begitu mengkilat tajam memberikan sebuah perasaan segan dan gentar bagi siapapun yang melihatnya, tak begitu lama akhirnya Sipemabuk dari selatan juga mulai siuman,
―Uhukkk...‖ Sipemabuk dari selatan Muntah darah dan pingsan tergeletak, tentu saja mereka kaget dan segera memburunya,...
535
belum satu diurus Aram juga menyusul Pingsan, membuat semuanya merasa sibuk dan cemas, dengan hati-hati dan penuh perasaan segera mereka membopong keduanya masuk kedalam ruangan meninggalkan setumpuk api sisa pembakaran.... *** Hari itu Aram sebagai ketua berdiri gagah dengan baju hijau transparan dan jubah panahan hijaunya.. Semua Anggota Perkumpulan bendera awan langit duduk berbaris rapi, mempersiapkan diri untuk menghadapi Perkumpulan Nawa Awatara yang telah mengembangkan sayapnya. Sebelum pertemuan Anggota dimulai Aram sudah memanggil Anggota Ksatria satwa untuk melakukan suatu tugas bersama Adipati Rajalela, disana mereka berdiskusi dari siang sampai fajar menjelang. dilanjut dengan berdiskusi dengan Ketua lima perguruan untuk melaksanakan tugasnya demi kesejahteraan umat persilatan tanah jawa atau lebih besarnya Nusantara <.mengenai isi diskusi itu kita bahas dilain bab.> kita kembali ke pertemuan lagi. ―Adakah diantara kalian yang paham mengapa kalian aku kumpulkan?‖ seperti biasanya Aram bertanya untuk meminta jawaban kepada setiap anggotanya. Semua hening dan diam.... ―Adakah diantara kalian mengetahui bahwa Aggota Tingkat enam setara dengan kemampuan Angkara dan kawan-kawan?‖
536
Hening lagi.... tak ada kata, hakikatnya dari dulu mereka paham akan itu, maka dari itu selain berlatih mereka tak berani keluar sebab mereka hanya sebanding dengan tingkat delapan dari sepuluh tingkat Anggota Nawa Awatara. ―Lalu apa yang harus kita lakukan ketua‖ Seseorang beramput pitak bertanya lemah. ―Kita akan pergi ke Tempat terjun dibalik gunung itu....‖ Aram menunjuk sebuah gunung di samping kirinya. ―Lalu apa yang akan kita dilakukan disana?‖ Ia bertanya lagi. setelah itu ia diam, ia sadar bahwasanya ia telah kelepasan omong, keringat dingin bercucuran ditengkuknya, teman yang ada di sampingnya paham apa yang sedang ditakutkan temannya itu, namun mereka tercengang dengan sebuah ucapan ketuanya menanggapi pertanyaan itu.
―haha... benar-benar ucapan yang bagus dan tepat sekali pertanyaanmu saudaraku..., kita akan berltih bersama disana, membuang seluruh ilmu yang kalian miliki sekarang, sebab ilmu yang kalian miliki sekarang kita akan sebarkan disegenap penjuru.....‖ betapa gembiranya perasaan lelaki berambut pitak itu, dulu ia merupakan anggota dari Perguruan Rajawali Emas, namun ia dikeluarkan akibat kesalahan yang sama dengan sekarang. bertanya yang seharusnya ditanyakan kepada sang ketua, mengenai jawaban Aram yang malah memujinya ia begitu terharu, diam diam semangat dan kesetiaannya terhadap Aram semakin berkobar membara. tapi ia tak mengerti jawwaban ketuanya. akhirnya ia putuskan untuk bertanya kembali.
537
―Apa...apa maksud dengan menyebarkannya kesegenap penjuru ketua?‖ Teman-teman lainnya tercengang akan keberanian lelaki itu, mereka pikir bertanya seperti itu terlihat begitu tabu dan aneh. ―Apa kau memiliki seorang murid didikan?‖ Aram bertanya menyimpang membuat lelaki itu kaget dan heran. tapi ia menjawab juga. ―Mengenai itu.... mana mungkin orang seperti Saya dapat memilikinya ketua....jangankan memiliki murid, memimpin orang saya juga belum pernah‖ ―Maka dari itu, aku akan mengabulkan hal yang kau belum pernah lakukan itu,‖ ―Maksud ketua, aku.. aku akan memiliki murid dan pasukan sendiri..?‖ ―Hahaha... tidak...tidak hanya kau, tapi semuanya.....‖ ―Maksud ketua kami juga‖ celetuk seorang wanita Paruh baya berbaju hitam dengan antusias. ―Benar,, ― Aram berkata Tegas...
Sorakan gembira gegap gempita disekeliling tempat itu, dalam otak mereka terbayang mereka yang sedang memimpin orang lain, jika selama ini mereka selalu dipimpin maka pada hari itu mereka sendiri yang akan memimpin, senyuman lembut keluar dari bibir mereka.
538
―Dengarlah wahai sahabat-sahabatku sekalian, saudaraku yang selalu aku banggakan. kita akan memulai bangkit dari tidur kita.... sudah hampir waktunya kita kembali berkeliaran didunia yang indah ini... Berlatihlah dengan giat... barang siapa yang telah mencapai tahap siap. maka aku akan memandatkannya untuk kembali bertugas berkeliaran..... Kalian Siap?‘‘ ―Yeeeaaaahhhhh‖ *** Satu hari kemudian Aram bersama ketiga kekasihnya dan Anggotanya berangkat ke Sebuah Air terjun di kaki gunung kecil yang telah ditentukan Aram. Sementara Gurunya dan kawan-kawan gurunya termasuk Kakek Arak seribu Kati yang sudah bisa berbahasa daerah sini meski belum lancar tetap berada Di Markas melatih Ki Jalak dan Nyi Renjani untuk mengembalikan tenaga dalamnya.
Di air terjun itu selama hampir dua bulan Aram melatih langsung Anggota Bendera Awan Putih. Semuanya mengalami kemajuan pesat, tenaga dalam maupun penguasaan jurus tangan kosong Ksatria Langit yang baru saja Aram ciptakan. Tekanan air terjun yang besar dan berat, sangat membantu. Anggota Bendera Awan Langit berlatih dengan membuat dua kelompok., dan dua kelompok itu juga dibagi menjadi dua lagi. sebab air terjun itu ada dua. bila bagian pertama berlatih tenaga dalam diair terjun maka yang lain mempelajari ilmu tangan kosong di dalam aliran sungai yang deras itu. begitu bergantian. kadang mereka berlatih tangan kosong di air terjun dengan jalan memukul aliran air yang jatuk kebawah.
539
Aram tidak hanya melatih tetapi juga memberi contoh dengan gerak tubuh dan tenaga batin. kadang ketika malam ia menyerang anak buahnya dengan sihir untuk membuat tidur, awalnya terasa berat bagi mereka namun lambat laun mereka dapat juga bertahan, maka selain tenaga fisik, batinpun mereka kuat bagai baja. Aram tidak hanya sibuk melatih Anggotanya, ia juga seringkali mengajari ketiga kekasihnya dalam ilmu beladiri, terutama untuk Rismi Laraspati yang masih belum memiliki landasan. untuknya ia bekerja keras, mencari dan menggali untuk menemukan sebuah rangkaian ilmu beladiri yang pas, untunglah sewaktu didalam keraton, Rismi Laraspati mempelajari Tarian, sehingga ia tak kesulitan dalam mencerna ilmu yang diciptakan Aram yang mengambil serangkaian ilmu beadiri berdasarkan tarian yang pada awalnya ia disuruh aram peragakan. seperti halnya yang diketahui, Aram adalah sosok pemuda yang memiliki keerdasan luar biasa, melihat tarian yang diperagakan Rismi Laraspati dirinya terinspirasi dari setiap geraknya itu.
―Tarian Bidadari darah biru‖. itulah nama dari jurus itu, berbeda dengan jurus lainnya yang mengutamakan atau menekankan pada seni pembelaan dirinya, pada jurus ini justru menunjukan rasa seni keindahannya dan gerakan-gerakan yang pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam hal kegesitan, keluwesan, kelenturan keanggunan dan kelembutan. tetapi bagaimanapun juga didalamnya juga terselip gerakan-gerakan yang dapat dimanfaatkan untuk pembelaan diri. misalnya saja untuk sikap-sikap dan gerakan langkah, yang tidak saja untuk meningkatkan kemampuan pada saat melakukan
540
pembelaan maupun penyerangan, tetapi juga akan memberikan bantuan secara langsung pada pembentukan syaraf-syaraf dan urat dalam tubuh menuju kesempurnaannya. Pada waktu luang, dia juga tak lupa juga untuk bercanda dengan ketiga kekasihnya, bergumul melepaskan kepenatan. didalam sebuah pondok kecil diatas pohon yang dibuatnya sendiri. seperti hari itu, sewaktu ia bersemadi, Telinganya yang tajam mendengar sesuatu. Dia membuka mata, melihat sekeliling. dilihatnya memang Thian Hong dan Melati sedang menggotong tubuh Rismi Laraspati yang sedang pingsan. butiran keringat jatuh perlahan dari wajah mereka yang manis, merambat pelan keleher mereka dan menghilang ditelan baju mereka dibagian dada. dada mereka yang sekal tercetak jelas sebab baju mereka telah basah membuat Aram menghela nafas panjang,. "Kenapa Ia?'' Thian Hong Li dan Melati menggelengkan kepala. "kami menemukannya diatas bukit" Jawab mereka berdua. Aram bangkit meraih tubuh Rismi laraspati. Memeluk erat. Merapatkan dada perempuan itu ke dadanya. Aram merebahkan tubuh gadis itu yang terkulai lemas di atas tubuhnya. Aram mengerahkan tenaga dalam. Hawa panas merasuk ke tubuh gadis itu.
Hari itu hening tak ada suara. Hanya terdengar suara air terjun. Geni mencium mulut Rismi Laraspati. dan meletakannya diatas
541
pembaringan. Ketika Aram hendak beranjak sebuah pelukan lembut nan erat melingkar di pinggangnya. ―Aku Kangen....‖ Thian Hong Li berbisik lirih. Aram berpaling dilihatnya Melati juga sedang gelisah, seepertinya ia juga sedang menahan sesuatu, dengan lembut ia menariknya kedalam pelukan dan merebah keduanya diatas pembaringan, disisi tubuh Rismi Laraspati yang tergeletak, mereka bercumbu dengan menggebu Tiga insan itu terbenam dalam panasnya nafsu. Sang surya telah condong kebarat menandakan sore hari telah menjelang tiba, Pada saat seperti itulah Seorang lelaki paruh baya sambil membopong buntalannyaa dengan langkah lebar masuk kedalam desa. Rambutnya kusut dan kacau, jenggotnya panjang menutupi dadanya dan ditambah pula pakaiannya yang sudah kumal dan penuh noda lumpur, menambah keanehan serta kedekilannya. Banyak penduduk desa yang melirik kearahnya dengan sinar mata kasihan, sebentar mereka melirik kearah sepatunya yang kotor oleh lumpur, kemudian memandang pakaianya yang dekil dan akhirnya melirik rambutnya yang kusut juga kator . pedih perasaan mereka, namun mereka tak mampu membantunya sebab kondisi mereka juga tak begitu jauh dengan lelaki paruh baya itu.
Sebaliknya Lelaki paruh baya yang tak lain adalah Adipati
542
Rajalela sendiri sama sekali tidak menggubris tingkah laku orang, ia meneruskan langkahnya taapa menoleh kekiri- -kanan. Ketika tiba di sebuah pasar yang sepi pengunjung ini, Adipati Rajalela menghela napas panjang. pedih sekali hatinya melihat rakyatnya menjadi gelandangan, di beberapa tempat terlihat laki-laki yang sangar sedang menggoda gadis ataupun perempuan lainnya. para pedagang duduk termenung melihat dagangannya yang tak ada satupun yang membeli. barang-barang mereka telah banyak yang sudah kumal kena debu. Disudut pasar seorang lelaki paruh baya sedang duduk mengemis, wajahnya kotor dengan debu, *Tergeletak kaku bagai seuntai debu, wajahnya Terbakar teriknya sang surya di desa itu, cucuran peluh kia n membasahi tubuh yang rentan dan lemah tak berdaya itu, Dengan sehelai kain kumuh yang melekat membalut kulit pembungkus tulang tubuhnya. Kini, Ia merintih sendu.... merintih menahan kejamnya kehidupan, kehidupan yang dipenuhi cerita duka
hakikatnya takkan ada yang peduli dia hidup ataupun mati, Takkan ada yang peduli Nasib seorang lelaki tua yang begitu menggenaskan seperti itu. terdengar lelaki itu bersenandung untuk menambah kepingan logam dalam mangkuknya, senandung yang menyedihkan dan menyayat siapapun yang mendengarya, ―Dengarkanlah wahai para manusia mengapa hatimu buta mengapa tak sedikitpun kau berpaling menatap sisi hidupku hidupku .... yang penuh luka dan goresan air mata ...‖
543
"Aaai....... tak kusangka desa yang dahulu ramai dengan canda dan tawa kini menjadi lautan kesedihan yang tak bertepi seperti ini... " gumam adipati Rajalela seorang diri. Jelas para Anggota Nawa Awatara telah membuatnya seperti itu. Dalam pada itu terdengar suara derap kaki kuda berkumandang dari belakang, diikuti para penduduk yang ada disekitar sana sama-sama menyingkir kesamping. - Rombongan lelaki sangar dengan memakai baju hitam bersulam Piramida berantai berjalan dengan sombongnya, nyata sekali bahwa mereka adalah anggota Nawa Awatara yang ditakuti oleh seluruh penduduk. Adipati Rajalalela tahu gelagat, lekas ia ikut menyingkir kesamping. dilihatnya rombongan itu terdiri dari sepuluh orang. ketika tiba di pasar mereka menyebar. menyebar kesetiap pelosok pasar untuk menagih yang mereka sebut upah jasa ― Keamanan‖.
benarkah itu adalah sebuah upah ―Jasa Keamanan?‖ lalu siapakah yang menjadi orang yang diamankannya?‘ mereka sendiri? benar... mereka menyuruh setip pedagang untuk berdagang. padahal tak ada seorangpun pembeli? mengapa? sebab tak ada lagi orang yang sanggup untuk membeli... semuanya menjadi gelandangan... yang membeli adalah anggota mereka sendiri, membeli tanpa ada uang bayaran.... apalah itu namanya membeli.... membeli yang sedikit meirip merampok. dunia sudah berubah,... tak adalagi yang bernama
544
kesejahteraan... dimana-mana hanya ada tangisan... tangisan untuk meringankan beban hidup? Tidak.. tak ada satupun tangisan yang meringankan beban.. beban tetaplah beban baik sebelum maupun sesudah menangis... takan ada yang berubah, namun sebagian orang memilih menangis untuk melampiaskan setiap keluh kesahnya, tak ada larangan maupun undang-undang yang tidak memperbolehkan menangis. takan ada yang melarang tak ada yang akan membunuh. tapi, sekarang ada.. ada yang melarang orang untuk menangis bahkan tak segan mengambil nyawanya karena menangis, sipakah dia? dia adalah Anggota Nawa Awatara adanya, Walaupun kau memiliki segunung harta, namun jika kau hambur-hambyurkan tanpa berusaha menambahnya maka suatu saat akan habis juga. Begitupula dengan nasib seorang pedagang Lelaki Paruh baya, siapakah dulu yang tak mengenalnya, Juragan Abyudaya itulah namanya. seorang pedagang kaya dari Desa Jatiluhur. yangb kaya akan hartanya dan juga kesombongannya, namun kini merintih rintih menangis seperti anjing meminta makan. ―Praakkk....‖ ―Akkkhhh...‖
Jeritan menyayat dari mulutnya, ia ambruk tak bernyawa dengan kepala pecah berantakan. ternyata seporang Anggota Nawa Awatra mengeprukan tangannya yang kuat dan dialiri tenaga dalam menghentak dikepala Abyudaya, sungguh tak mengenal kasihan. wajah sedih dari setaip pedagang tampak jelas dimimik mereka, ingin melawan tapi apalah daya, mereka paham tak
545
lama lagi giliran mereka, bagaikan ayam dalam kurungan saja, tinggal menunggu waktu panen dan kepala merka terpenggal melayang. Adipati Rajalela nanar, setitik air mata jatuh dipipinya, tak disangkanya semua bakal terjadi seperti ini.... ia ingin membantu namun ia adalah seorang yang cerdik, membantu dalm keadaan seperti ini hanya akan menambah keruh suasana saj, maka dari itu ia hanya diam menunggu saat yang tepat. ―Inilah ganjaran bagi siapapun yang menantang dan menentang kami... jadikan ini pelajaran untuk kalian‖ Lelaki itu berteriak kereng, setelah semua kawan-kawannya berkumpul, meeka segera meninggalkan pasar, pasar yang baru saja telah kehilangan nyawa penghuninya. Mereka pergi dengan tatapan benci dan dendam kesumat dimata setiap penduduk, hanya itu yang mereka dapat lakukan, sedikit hiburan melampiaskan dendam dalam jiwa..... Semuanya hening, selang begitu saja semunya kembali kedalam keadaan normal..... Adipati Rajalela mendekati Pengemis yang tadi berssenandung dan ikut duduk disisinya, tanpa sepengetahuan orang lain selembar kertas ia sodorkan kedalam tangan pengemis itu, pengemis itu tertegun ia menatap lekat wajah orang yang disampingnya, jika tak diberitahu untuk tidak berteriak maka pengemis itu pasti akan menjerit semampu yang ia bisa mengapa?
546
Ternyata pengemis itu dulunya adalah penasihat utama kerajaan yang bernama asli Raden BALIN, maka tak salah bila ia mengenal Adipati Rajaklela, Sebelum terjadi hal yang diinginkan Adipati Rajalela meninggalkan Pengemis itu dengan langkah lebar namun begitu perlahan. seakan takut menginjak semut. Pengemis itu segera membuka kertas itu. isinya ternyata adalah sebuah rangkaian ilmu silat, diatas kertas itu tertera, ―demi kesejahteraan kita aku harap kau mempoelajari ini,‖ adapun silat itu bernama ―Tongkat Padi Arwah seribu‖. Bila ini adalah zaman yang biasa, barangkali dunia persilatan akan banjir darah memperebutkan ilmu silat itu, sebenarnya ilmu silat apakah itu? Tongkat Padi Arwah Seribu merupakan sebuah rangkaian ilmu dahsyat peninggalan dari Raja Pertama kerajaan di Tanah Jawadwipa. ilmu tongkat itu terdiri dari sepuluh jurus dengan seratus perubahan dan seratus posisi penyerangan dan pertahanan. Ilmu itu tak ada pelatihan semadi mengumpulkan tenaga dalam, sebab begitu mempelajari ilmu itu tenaga dalam akan tersedot begitu saja seiring dengan gerakan jurus dalam ilmu itu. jadi tidak heran bila menjadi rebutan setiap umat persilatan.
Tangan Pengemis itu bergetar, tanpa sengaja kertas itu terbalik posisinya, mata Pengemis itu terbelalak rupanya tulisan itu terdiri dari dua sisi, bila dibaca dengan posisi terbalik maka tulisan itu berbunyi ―Ajian Saepi Angin‖
547
Bermodalkan pengalaman pertama, Pengemis itu alias Raden Balin segera balikan lagi, benarlah saja, disana tertera ―Ajian Saepi Geni‖ dan disisi lain terdapat Bacaan ―Ajian Pancasona‖. Pengemis itu manggut manggut, segera ia meninggalkan tempat itu, sementara Adipati Rajalela mendekati seorang wanita Paruh baya yang memeluk anaknya sambil menangis tersedu-sedu. ternyata beliau adalh istri dari Abyudaya. ―Permisi....‖Sapa Adipati Rajalela... Wanita dan anak lelaki itu berpaling menatap wajah Adipati Rajalela, ―Ada apakah Tuan,... maafkan kami tak dapat bersedekah.. lihatlah baru saja suamiku menuinggal seperti ini‖ Jawab Wanita itu pilu mengira Adipati Rajalela mengemis kepadanya. Adipatoi Rajalela Tersenyum ramah,.. ―Apakah kau ingin membalaskan dendam ayahmu anak...‖ Tanya adipati Rajalela kepada Anak itu tanpa memiirkan tanggapan wanita itu. ―Tentu.... Ki, Ingin sekali aku mengunyah dan menghisap darah mereka‖ Mata anak itu berbinar-binar penuh dendam... ―Anakku‖ Wanita itu menangis dan menenangkan Anaknya yang bersinar-sinar penuh kemarahan. ―Anak yang Hebat siapa Namamu?‖
―Bayuputra ki‖
548
―Bayuputra, Putra dewa Angin... nama yang hebat... ― Puji Adipati Rajalela. ―Apakah Kau mau bergabung denganku membereskan dan menggulung mereka seperti Angin Topan menggulung debu anakku...‖ ― Mau Ki...‖ ―Sudahlah Kisanak, jangan menjerumuskan anakku..‖ Sela Wanita itu. ―Engkau tak berhak untuk melarang Anakmu Nisanak, Biarkan ia memilih jalannya sendiri, apakah kau ingin seterusnya hidup seperti ini... diperbudak dan dipermainkan Setan Setan Liar Itu...‖ Wajah Wanita itu menunduk, sedih dan pilu hatinya, ia mengaku bahwa ucapan lelaki itu benar-benar kenyataan, ia juga adalah salah satu korbannya, jauh-jauh hari ia sudah ternoda ditangan mereka.. digilir adalh hal yang sudah biasa baginya, Tapi ia benar-benar takut bila anaknya pergi meninggalkannya sendiri,.. ―Ibu, aku takan meninggalkanmu... tapi naku tak mau berdiam diri saja menyaksikan ibu dan semua orang ditekan dan dipermainkan begitu saja‖ ucap anak itu.....
Rayuan..... yah itulah kata yang tepat dilakukan oleh dua lelaki berbeda usia itu, hingga akhirnya Wanita iu menyerah dengan merestui keinginan anaknya. *****
549
+Seorang bocah berjalan di bawah teriknya matahari, Baju lusuh tanpa alas kaki, Tubuh kotor dan rambut yang carut-marut, Sesak dada ini melihatnya. Menadahkan tangan pada siapa saja yang lewat Tak pelak air mata ini berlinang Ketika melihatnya mendapatkan perlakuan yang buruk, Semakin sesak terasa untuk bernafas, Saat melihat bocah kecil itu menuju tempat pembuangan sampah mengais sisa makanan yang tak sepatutnya untuk di makan lagi Anak sekecil itu harus menantang kerasnya kehidupan Dunia fana ini, apakah ini yang di namakan keadilan? Ya kata itulah yang dirasakan dan dipertanyakan oleh seorang Lelaki Paruh baya berbaju kumal yang tak lain adalah Adipati Rajalela adanya. Anak kecil itu tak lain adalah Bayuputra adanya. seperti apa yang dikatakan oleh Adipati Rajalela kemarin mengenai tugasnya adalah ―Bersikaplah seperti biasanya, jangan melakukan hal yang mencolok‖ ya, saat ini ia sedang melakukan tugas dari gurunya, menyebarkan setiap helai kertas kepada setiap pedagang dan berusaha mengumpulkan anak muda sepertinya. Setelah makan ditempat biasanya, Bayuputra segera beranjak mendekati salah seorang pedagang kain yang sedang melamun,.... Tangan kecilnya masuk kedalam baju dan melemparkan sebuah kertas kepangkuan pedagang itu, tentu saja pedagang itu terkejut.
―Akhhhh‖
550
―Ada Apa?‖ bentak penjaga pasar yang tak lain Anggota Nawa Awatara adanya. ―Anak ini mengagetkanku... ― Jawab pedagang itu ketakutan menjawab yang tidak sebenarnya setelah mendapat kedipan mata dari Bayuputra. ―Awas sekali lagi kau berteriak...‖ Penjaga yang berkumis dan berjenggot lebat berbaju hitam bersulam Piramida berantai memperingati sambil berbalik dan bercakap-cakap lagi dengan kawan-kawannya tentu saja dengan ditemani seorang gadis. Pedagang yang berwajah bundar dan tubuh tinggal kulit pembungkus tulang itu segera pura-pura memeriksa barangnya, padahal sebenarnya ia membaca surat kertas itu. Wajah pedagang itu berseri-seri.... mengapa? sebab awal kebangkitan masa akan dimulai, meski mereka tak mengetahui siapa pemimpin penggeraknya namun sandi ―AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH‖ bukanlah sandi yang tak dikenal. sandi itu sudah akrab ditelinga mereka, sandi yang berani menantang Organisasi Nawa Awatara. selain sandi diatas juga terdapat tiga rangkaian ilmu silat mendampingi surat itu. diatas nya terdapat goresan indah yang penuh dengan seni keindahan. adapun goresan pena itu adalah.
―Aku kirimkan salam persatuan untuk keadilan diseluruh tanah jawa, jadilah orang cerdik dan bersabarlah hingga tanda kemenangan dibunyikan.‖
551
Adapun tiga rangkaian ilmu silat itu adalah : Ajian Pancasona, Saepi Angin, dan Saepi Geni‖ Dengan cepat ia masukan surat itu kebalik bajunya, ―jadilah Cerdik‖ itulah yang saat ini ia lakukan, sengaja menyembunyikan setiap perubahan yang terjadi untuk mengeklabui setiap mata liar yang berkeliaran. Mata yang berbinar itu berpaling, dilihatnya beberapa temannya melakukan hal yang sama dengannya, tak ada yang berubah dipasar itu, hanya bibir dan raut wajah saja yang berubah menjadi sebuah garis tipis melengkung keatas memamerkan sederetan gigi-gigi yang beragam bentuknya. Sejak saat itulah, mengapa banyak ilmu yang dikuasai para penduduk biasa selain dari para Pendekar silat. Tiga ilmu hebat yang telah menyebar dalam kehidupan biasa. Bayuputra terus berjalan hingga ia tiba didepan seorang lelaki paruh baya yang telah merubah kehidupannya, mimpipun ia tak menyangka bahwa orang didepannya dulu adalah seorang raja. ―kau sudah melakukan tugasmu bayu?‖ ―Sudah guru....‖ ―kau mau ikut bersama guru menjelajahi desa lain atau tetap disini. mempelajari ilmu yang sudah guru ajarkan?.‖
―Ikut‖ Bayuputra manja, seraya memeluk lengan Adipati Rajalela, dengan beriringan keduanya menyusururi hutan, tak ada yang
552
mempedulikan mereka, apakah yang harus dipedulikan untuk ukuran dua orang gembel yang lusuh dan dekil? Nawa Awatara sudah membentangkan sayapnya kemana,-mana, hingga mereka merasa organisasi yang sudah sukses dan berhasil, maka itulah kesalahan pertama mereka. yang kedua adalah tidak pernah memandang sebelah matapun kepada kaum jembel dan rakyat biasa. Sehingga Aram dapat memanfaatkan kesalahan-kesalahan kecil menjadi lorong-lorong yang dapat dijadikan jembatan. ―Angin Semilir berhembus ke gunung‖ ―Gunung bergoyang lahar menggelegak‖ ―Srettt‖ Jleegggg... Seorang Pemuda menghadang didepan Adipati Rajalela. ―Selamat Yang Mulia anda sudah menyelesaikan tugasmu‖ ―Terimakasih sanjunganmu Angkara, dimana Yumi?‖ ―Ia sedang masak hasil buruanku, mari kesana kita makan dulu‖ ―Heem, begitu lebih baik...‖ ―Dengan mengapit tangan Bayuputra, Adipati Rajalela melesat bersama angkara menyusuri hutan yang lebat, seperminum teh kemudia mereka sudah dapat mencium harumnya daging panggang yang lezat.
553
―Waaahhhh.... Sepertinya enak‖ Adipati Rajalela berseloroh, Angkara tertawa sedangkan Bayuputra menelan air liurnya. sudah lama ia tak dapat merasakn nikmatnya daging. ―Jleeeggg....‖ ketiganya mendarat dibumi disambut sebuah senyuman manis, senyuman yang lembut membuay siapapun yang melihatnya tak kecuali Bayuputra, seorang gadis berbaju merah muda dengan menyoren pedang asik membalikan masakan dia adalah yumi adanya. ―Wah, kebetulan sekali yang mulia, daging sudah matang...!‖ Yumi tertawa, tertawa lembut mengalun didalam kesunyian hutan yang lebat. ―hehe... kalian berhentilah memanggilku yang mulia, saat ini aku bukan lagi seorang raja, tapi aku adalah seorang ksatria, ksatria yang akan meminta haknya dari tangan kotor yang mengaku sembilan dewa.!‖ ―Semangat yang bagus..... lalu apa yang harus kami panggil‖ ―ADI,. itulah nama yang aku banggakan, nama yang diberikan oleh ketua...‖ jawab Adipati Rajalela. ―Ekh, yang mulia?‖ Bayuputra terbelalak... ―Apakah Guru adalah Raja dari tanah ini?‖ timpal nya lagi. ―Itu dulu..., dulu sekali, sudahlah bayu... lupakan hal itu‖ Jawab Adipati Rajalela.
554
―akh, aku melupakanmu Adik, Siapakah Namamu?‖ Angkara bertanya pada bayuputra. ―Bayu kang, Bayuputra‖ ―Nama yang baguss... ayo makan‖ Angkara menyodorkan paha kijang itu kepada Bayuputra. yang diterima dengan senang hati dan tangan terbuka. bagai kesetanan ia makan daging itu dengan kecepatan kilat, sebentar saja paha kijang itu telah habis... Yumi tertawa, ia sodorkan satu paha yang lain, yang juga disambar bayuputra dengan gembira. ―Bagaimana dengan tugas kalian?‖ Adipati Rajalela bertanya. memecah kebisuan diantara mereka. ―Kami belum melaksanakannya, kami hanya melakukan tugas kecil saja dahulu‖ Angkara menjawab. ―Jadi kalian sekarang akan pergi ke Perguruan Golok Harimau?‖ ―Yah....‖ ―Aku harap kalian Jangan melakukan hal yang diluar rencana, bila keadaan darurat dan sedikit melenceng dari garis rencana lekas kabarkan yang lain‖
―Kami tahu,..... Oh ya, tolong kabarkan bahwa sekelompok orang brtopeng Rajawali dan serigala telah membantai markas cabang mereka di Gunung Jamurdipa (sekarang gunung Slamet).
555
―Heh,.... Ternyata itu yang kalian bilang dengan tugas kecil?‖ ―hahaha‖ Angkara tertawa sambil mengangkat buntalannya, ―Kami Duluan....‖ Wusstttt dua sosok itu menghilang begitu saja, tak heran itu merupakan salah satu jurus peringan tubuh aliran Ninja. ―Hebaaatttt‖ Tanpa sadar Bayuputra berteriak... ―haha... berlatihlah dengan giat, maka kau akan bisa melakukan hal demikian itu,‖ ―Apakah Guru lebbih hebat dari meeka?‖ ―saat ini belum, sebab mereka adalah murid sekaligus sahabat ketua langsung‖ ―Ketua? siapakah dia guru? apakah dia hebat?‖ ―Ia imbang dengan Ketua Nawa Awatara!‖ jawab Adipati Rajalela jujur. Mata Bayuputra membulat, sebulat gundu, ia kaget sekaligus heran, melihat itu semangat juangnya berkobar, maka dari itu pada suatu saat ia yang akan menjadi Raja ditanah Jawadwipa pengganti dari Adipati Rajalela, namun itu masih suatu saat .. bukan sekarang...
Puncak Sapto Argo (Gunung Salak) merupakan sebuah gunung yang sangat tinggi, curam serta berbahaya. Batu-batu cadas
556
menghiasi seluruh puncak gunung disamping jurang yang tak terhingga dalamnya, sedang jalan-jalan yang menghubungi tempat itu pun hanya ada satu, jalan setapak. Sebaliknya pada lereng gunung banyak terdapat sungai serta air terjun yang penuh dengan batu cadas yang tajam disamping pusaran air yang amat dahsyat. Perahu yang berani melayari tempat itu tak lebih hanya mencari mati saja. Saat itu merupakan tengah malam, bulan purnama yang berada jauh ditengah awan menyinarii seluruh jagad dengan terangnya. Suasana pada saat itu begitu sunyi serta tenangnya, hanya terlihat mengalirnya air sungai mengisi keheningan malam yang semakin kelam, tak ubahnya seperti irama surga membelah bumi. Tiba-tiba ditengahke heningan malam itu dua sosok manusia menembus kegelapan, siapakah mereka? tak ada yang tahu sebab tubuh mereka memakai pakaian serba hitam, satu sosok itu memakai topeng serigala, sementara yang satunya lahgi merupakan topeng Rajawali. dua sosok itu terus menerjang kepuncak hingga mereka menemukan sebuah padepokan silat, Dua sosok itu melihat pintu padepokan tertutup rapat, Tembok yang tinggi, dan kekar. disampingnya terdapat patung harimau dengan kepala ditembus golok menyilang. dipintu itu tertulis sebuah peringatan, ―Masuk Mati-Keluar juga mati‖. kedua sosok itu melompat tsetinggi lima tombak dan berdiri diatas tembok pintu padepokan.
Jika tak memiliki ilmu peringan tubuh yang begitu luar biasa, mustahil dapat melakukan itu, ketika berada diatas tembok
557
tampak halaman Padepokan itu begitu luas, didalam halamn itu juga terdapat banyak bangunan yang berdret-deret paling sedikit ada ratusan Petak. Meskipun halaman Padepokan Golok harimau sangat luas, namun didalamnya begitu sunyi akan kehidupan. Mata Si topeng Serigala berkilat tajam, ia melirik sitopeng Rajawali dan melesat masuk kedalam salah satu bangunan disitu. Dalam pendopo salah sebuah ruangan duduklah tujuh orang Lelaki kekar dengan pakaian hitam bergambar harimau ditembus dua golok yang menyilang, salah seorang diantara mereka ada seorang yang memakai baju putih bergambar harimau ditembus dua golok menyilang. mungkin dia adalh salah satu pemimpin pengganti Ki Bedu.hingga jumlah mereka ada delapan orag, Orang yang berbaju putih itu berusia kira-kira lima puluh tahunan. tubuhnya sedikit gemuk sinar matanya begitu tajam luar biasa. jelas merupakan seorang yang memiliki tenaga dalam yang hebat. Orang-orang yang ada disitu menunjukan mimik yang serius seakan akan sedang berhadapan dengan musuh yang hebat. Sinar lilin ditempat itu begitu guram, apinya berdiri bergoyang dipermainkan angin. Berlainan dengan orang yang lainnya, meski sedikit tegang namun Lelaki berbaju putih itu sikapnya begtu tenang seolah tak pernah terjadi apa-apa.
―Ketua, Apakah kita akan berdiam terus seperti ini?‖
558
―Huh, Sampai sekarang aku sudah ingin melakukan suatu tindakan, namun aku takut malah mengorbankan nyawa yang sia-sia, Nawa Awatara terlalu hebat untuk kita, apalagi sekarang kita sudah terputus dari dunia luar sungguh cerita yang sangat menyedihkan...‖ ‖huff,... Ketua, bagaimana bila kita bergabung dengan empat perguruan lainnya,? aku yakin kita bisa mengalahkan mereka‖ Ketua Perguruan Golok harimau yang bernama asli Arjuna Arkana berpikir dahulu sebelum menjawab. ―Nawa Awatara telah menculik ketua lima perguruan dan beberapa orang gagah dalam dunia persilatan, sehingga orang-orang persilatan tidak dapat membalaskan dendamnya, sebelum kita yakin benar akan kemampuan kita untuk menindas Nawa Awatara, sebaiknya kita jangan bertindak secara gegabah.‖ Cadudasa yang merupakan salah satu tetua dalam Perguruan Golok harimau menggeprukan tangannya, dan berkata :
"selama hampir tiga tahun kita orang selalu dihina habiis-habisan oleh Nawa Awatara Keparat itu, rasanya aku tidak sanggup lagi menahan kesabaran lagi, kalau kita tilik keadaan dunia persilatan yang kacau, orang-orangf gagah dan ksatria-ksatria telah menemui ajalnya, sebaliknya kawanan penjahat berkeliaran begitu saja, wanita seperti sampah lelaki seperti kerbau sungguh hati merasa begitu miris, keadilan dan kebenaran diinjak-injak, apakah kali ini kita akan terus berdiam diri dan berpeluk tangan saja, kita tak bisa bersabar lagi, meski
559
jiwa melayang kita tetap harus menggempur Perkumpulan keparat itu." Dengan emosi menyala-nyala Cadudasa menjelaskan pendapatnya, dan kemudian ucapan itu diiringi cucuran air mata. Semua orang yang ada disitub merasa terharu dan panas hatinya, semua pada mengepalkan tinju sudah ingin bertindak. Arjuna Arkana menghe;la nafas panjang, tapi sebelum berkata tiba-tiba seseorang masuk kedalam ruangan itu, ketika semua mata memandang kepada orang itu ternyata berjumlah tiga orang, Tiga orang itu berdiri berbaris, sikapnya sangat jumawa, semuanya mengenakan pakaian serba hitam bergambar piramida berantai, badan mereka semua kurus kering, wajahnya pucat kuning, bagaikan sosok mayat hidup. orang yang berdiri disebelah kanan, dijidatnya tergores luka yang cukup serius bekas senjata tajam, orang itu membawa pedang sepanjang dua depa. dia adalah orang yang dahulu dikenal sebagai Iblis Kuburan nama aslinya adalah Baswara. yang berdiri ditengah, memiliki alis yang bercabang dengan mulut bersiung, ia membawa golok besar dia lebih dikenal dengan Mayat beralis cagak Hadasa.
Yang berdiri disebelah kiri, hidungnya melengkung seperti betet, matanya bersinar licik seperti tikus, orang itu membawa trisula sebagai senjatanya, dia berjuluk Mayat bersula tiga yang bernama asli Gandewa,
560
Mereka merupakan tiga Utusan dari Nawa Awatara yang ditugaskan untuk menjaga agar Perguruan golok harimau tidak membentuk kekuatan yang dapat meruntuhkan Nawa Awatara. Baswara menatap Ki Arjuna Arkana sejenak, lalu berkata dingin, ―Hemm..... Kalian Manusia-manusi tak tahu diri, berapa kali aku memperingatkan kalian untuk tidak melakukan pertemuan seperti ini selagi kami bersenang-senang.‖ Sehabis berkata demikian, tiga orang itu masuk dengan langkah lebar kedalam ruangan itu. Menyaksikan itu, Cadudasa merasa geram, bentaknya. ―Bagus, kedatangan kalian tepat sekali... aku memang sedang ingin membunuh kalian. imngin sekali aku meminta pengajaran dengan ilmu kalian yang hebat‖ Cadudasa mencabut Goloknya, lalu melancarkan tiga kali serangan kepada Baswara, melihat itu tak ada pilihan lain lagi bagi Arjuna Arkana segera saja ia mencabut goloknya dan ikut menerjang yang lain.
Melihat ketuanya sudah bergerak enam orang lainnya juga serentak mencabut golok dan mengeroyok Mayat bersula tiga. hingga tak pelak lagi pertarungan itu segera dimulai. entah ilmu apa yang digunakan Baladewa sehingga serangan hebat dari Cadudasa dapat dielakannya dengan mudah. dan membalaskan serangan dengan tak kalah hebatnya, serangan itu begitu hebat dan kejih,
561
―Traaangggg‖ Senjata merek beradu, tangan Cadudasa bergetar hebat, sepertinya tenaga da;lam yang ia miliki tak sebanding dengan kemampuan baswara. Ketiga utusan Nawa awatara menghadapi serbuan Arjuna Arkanta dan lainya seperti seorang panglima menghadapi sekumpulan prajurit, jeritan dan keluhan bergema, ternyata beberapa diantara mereka ada yang terkena serangan dari ketiga Utusan itu. sebentar saja murid-murid utama perguruan golok harimau terluka kurang lebih tiga orang, lama kelamaan Arjuna Arkanta sadar bhwa kemampuan mereka sadar bukan tandingan lawan, mereka semakin terdesak... siapapun yang terdesak pasti akan melawan juga, seperti anjing yang menggigit karena ekornya keinjak atau seperti banteng ketaton Arjuna Arkanta menyerbu keiga utusan itu dengan sepenuh tenaga, Setiap serangan Arjuna Arkanta yang dilancarkan dengan kemarahan yang hebat, jadi bisa dibayangkan hebatnya serangan seorang Ketua Perguruan besar itu, serangan itu begitu dahsyat, liar dan buas, seperti harimau yang mengincar mangsa serangan itu selalu mengincar bagian tubuh hadasa, maka sehebat-hebatnya hadasa ia tetap terdesak menghadapi serangan yang dilancarkan seperti air yang mengalir itu, ―Akkkkhhhhh...Ukhhh‖ brukkkk‖
Arjuna Arkanta kaget sekali ketika melihat murid-murid dan tetua Cadudasa ambruk terluka, akibatnya ia menjadi lengah ketika
562
hadas menyelonongkan golok besarnya keperut Arjuna Arkanta yang terbuka, ―Bretttt‖ Untung saja, Arjuna Arkanta adalah seorang yang berpengalaman dalam pertrungan sehingga serangan itu dapat dielakan dengan tergesa-gesa meski bajunya robek cukup besar. ―Kalian memang sudah bosan hidup‖ Bentak Baswara dengan geram sambil menyabetkan pedangnya hendak membelah tubuh Cadudasa, ―Srettttt‖ Cadudasa pejamkan matanya pasrah, ia yakin kehidupannya akan berakhir sekarang, namun manusia bertindak tuhan selalu memiliki rencana yang laiin, pedang yang hendak membelah tuibuh cadudasa itu tiba-tiba terbentur senjata yang terbuat dari logam. ―Traaannnnkkkkk....‖ Klontrang..... Jrubbb Kaget bukan kepalang perasaan Baswara, ia yakin seseorang yang memilki kekuatan yang sangat hebat, Cadudasa yang akan menghadap akhirat juga tak kalah terkejutnya, ia heran namun gembira, gembira yang tak diketahui akhirnya. Matanya dibuka, dilihatnya dua sosok manusia berbaju hitam bertopeng Serigala dan Rajawali berlumuran darah tersinari cahaya obor.
563
―Hehehe.....‖ Seseorang yang bertopeng Serigala tertawa dingin. ―Siapa kalian, lancang sekali mengganggu tugas kami apa kalian tidak mengetahui siapakah kalian adanya‖ Bentak Hadasa geram dan bengis, rupanya pertarungan dia dan Arjuna Arkana terhenti setelah senjata Baswara terkena lemparan benda logam berbentuk bintang. ―Aku adalah serigala neraka, utusan yang akan menggerogoti kalian makhluk-makhluk hina dari Nawa Awatara‖ Seorang yang bertopeng serigala menjawab dingin. Ketiga Utusan dari Nawa Awatara melengak, Baswara gusar ia membentak― Kau sadar sedang berhadapan dengan siapa keparat?‖ ―Ctekkk‖ Simanusia bertopeng serigala menjentikan jarinya, ―glutttuukkk‖ Sebuah benda bulat dilemparkan temannya yang bertopeng Rajawali. ―hihi... coba kalian buka oleh-oleh dari kami‖ Ucapnya. Meski tak mengerti akhirnya Simayat bersula tiga alias Gandewa membuka bungkusan itu, betapa campur aduknya perasaan yang ia miliki melihat apa yang ada di dalamnya,didalamnya itu bukanlah barang melainkan sebuah kepala, kepala yang berlumuran darah. Gandewa alias Mayat bersula tiga dapat mengenali Kepala itu, kepala kepercayaannya yang juga bertugas di temppat itu. dia merupakan sahabat dari mereka,.
564
―Kau....‖ Gandewa menunjuk Simanusia bertopeng serigala yang sedang menotok luka ditubuh Cadudasa. ―Bagaimana dengan oleh-oleh kami.... oh ya, semua teman kalian juga sudah aku antarkan ke gerbang kematian... mengapa kalian tak berterimakasih kepada kami, mengantarkan mereka dengan membelah tubuh, memenggal kepala, meremukan tulang bukanlah hal yang mudah...‖ Ucap Simanusia bertopeng Rajawali sambil cekikian.... seolah membunuh itu adalah hal yang paling menyenangkan.... ―Brengsekkkk.... hutang nyawa bayar nyawa‖ bentak Gandewa marah dan segera menerjang kearah Manusia bertopeng Rajawali. Sambaran angin yang dikeluarkan dari serangan Gandewa sangat hebat, cukup untuk melemparkan sebuah kursi dalam ruangan itu, Simanusai bertopeng Rajawali itu memutarkan tubuh, dengan gerakan yang tak terduga ia balas menyerang. Ketika ia membalikan tubuhnya itu, Gandewa maju lima langkah dan bertumbukan dengan serangan Manusia bertopeng Rajawali. ―Duaaarrrr‖ dua buah tenaga sakti itu beradu membuat ruangan itu porak poranda, dan benda dalam bungkusan itu yang tadi hanya diketahui oleh Gandewa menggelinding keluar, betapa terperanjatnya orang yang ada disitu, kini mereka tahu mengapa dua orang itu bertarung.
565
Manusia bertopeng Rajawali itu tidak terdorong mundur seperti Gandewa yang mundur terjajar lima langkah kebelakang, hanya tanah yang diinjaknya amblas sedalam dua inchi. Dalam ruangan itu terdapat tiga perasaan dari orang yang beraduk, dipihak Gandewa bertiga mereka gusar bukan kepalang, dipihak Arjuna Arkanta Gembira tak terkira sedang dipihak manusia bertopeng itu tak tampak sama sekali ―Adi Gandewa, kita bantai mereka tanpa ampun‖ Geram Baswara, sambil menerjang kearah Manusia bertopeng Serigala. ―Hiaaatttt‖ ―Tranggg‖ Buk..‖ ―Blaaarrrr‖ ―Hoeeekkk‖
Ternyata Baswara menyabetkan pedangnya secara Horizontal didepan dada, dan dipapaki dengan mudah oleh Manusia bertopeng Serigala itu. ia menekuk silang pada kaki dengan suatu putaran tangkisan atas yang dilakukan oleh tangan kiri, sementara tangan kanannya melakukan suatu pukulan yang sangat keras,. tapi sepertinya itu masih belum cukup. terbukti dengan dilanjutkannya dengan suatu gerak tendangan pada kaki kanan serta dorongan yang dilakukan oleh tangan kanan yang telah diputar sedemikian rupa, untuk menghimpun tenaga secara cepat.... gerakan kedua ini dahsyat luar biasa sebab disekeliling tempat itu debu-debu bertebaran seperti terkena badai, orang yang berada disana sampai disana dipaksa untuk menutup mata dan mengerahkan energi pelindung tubuhnya dari kayu dan debu yang berterbangan, terkena hawa yang terpancar dari
566
setiap gerakan manusia bertopeng serigala itu. gerakannya itu dahsyat sebab itu merupakan jurus ksatria membabat angkara. Tubuh Baswara meledak berkeping-keping akibat terkena jurus itu, darah bermuncratan kemana-mana. Pertarungan berhenti, bahkan Hadasa dan Gandewa ikut berhenti, mereka melenggong, baru kali ini mereka melihat jurus sedahsyat itu, jurus yang membuat kawan mereka hancur berkeping-keping dalam satu jurus. Tubuh Arjuna Arkanta dan yang lain bergetar, bahkan Murid utammanya samp[ai ada yang terkencing-kencing karena kaget melihat serangan yang membuat seluruh ruangan itu hancur berantakan seperrti terkena angin tornado. bahkan atap ruangan itu teklah jebol tanpa ketahuan paran dimana bahan atapnya, HILANG........ Itu merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan atap itu. Melihat gelagat yang semakin tak mengguntungkan, Gandewa dan Hadasa sudah berniat menggunakan jurus terakhir,JURUS LANGKAH SERIBU. namun ternyata pikirannya itu dapat ditebak dengan mudah oleh Manusia bertopeng Rajawali.
―Hihih... Sudah terlambat kalian berniat melarikan diri,... nyawa kalian sudah tercatat dineraka.. sekarang giliranku untuk membawa kalian kealam kalanggengan...‖ dingin ucapan
567
Manusia bertopeng Rajawali itu seakan membunuh adalah hal yang paling menyenangkan baginya. segera ia memasang kuda-kudanya, Manusia bertopeng Rajawali yang sedang bersiap dengan kuda-kudanya melaksanakan tendangan ringan kebawah yang ditujukan kepada lutut Gandewa, Gandewa yang diserang sama sekali tak mengetahui serangan yang mengenai lututnya itu sebab dikaburkan dengan suatu gerakan serangan pada kedua tangan yang membuiatnya tidak menyangka terhadap serangan bawah ini, ―Krakkkk‖ ―akhhrrgg‖ Gandewa menjerit sebab lututnya remuk belum sempat ia berpikir yang kedua secara tiba-tiba Manusia bertopeng Rajawali menurunkan kaki kanan dan menggeser maju cepat pada kaki lainnya untuk mengiringi dengan suatu tamparan serta bacokan dengan tangan lainnya, Gandewa segera papaki serangan itu, namun betapa terkejutnya ia bahwa serangan itu begitu lunak dan licin. ―Jelegaaarr.....‖ bukan serangan tangannya kali ini yang menggelegar, namun sebuah kilat putih menyambar tajam menyambar tubuh Gandewa, tanpa ampun lagi Gandewa mati dengan tubuh gosong tersambar kilat. benar-benar serangan yang aneh namun itulah jurus Bumi dan langit merindu digabung dengan Guntur menyalak pencakar langit.
568
Hadasa yang tertinggal sendirian bukannya menjadi ketakutan, tapi malah ia semakin geram. dengan mengerahkan segenap kemampuannya ia menghantam kedepan. ―Duaaaarrrrrr‖ Rupanya serangan jarak jauh itu dipapak langsung oleh Manusia bertopeng serigala dengan langsung pula, tak ada kembangan jurus, hanya sebuah lontaran kedepan dan kedua buah tenaga sakti itu beradu. Bau busuk dan panas bercampur dingin menyebar membuat dinding ruangan itu ambruk, pertarungan yang luar biasa, Tenaga sakti Tunggal menjadi kosong rupanya telah menunjukan taringnya, sehingga membuat aliran Tenaga Mayat seribu Bangkai dapat ditolak mentah-mentah. Manusia bertopeng perak mendengus dingin, tubuhnya melesak sebatas lutut kedalam tanah, sementara lawannya terbang menabrak dinding ruangan dan terus terlempar, ia terlempar hampir mencapai sejauh lima belas tombak lebih, jadi bisa dibayangkan adu tenaga dalam barusan hebatnya, setelah mendarat dibumi ia muntah darah segar dan tergeletak.... ia telah tewas dan tak bakal bangun lagi kedunia.
Manusia bertopeng Serigala itu edarkan pandangannya, menggunakan sebuah ilmu khusu dari aliran ninja.... setelah mendapat kepastian tak ada siapa-siapa, ia membuka kedoknya, Seraut wajah tampan muncul dari balik kedok itu, ternyata dia adalah Angkara adanya, rupanya secara bersamaan manusia berkedok Rajawali juga membuka kedoknya sehingga wajah aslinya dapat terlihat, dia merupakan seorang gadis cantik
569
berwajah kekanak-knakan dan bermata sipit, dia tak lain adalah yumi gerangan. Arjuna Arkanta terkejut melihat bahwab tuan-tuan penolongnya merupakan Sepasang Anak muda. ―Akh..... Kalian, Pendekar Kijang Berbaju Coklat, Gadis Cantik Bidadari Surya‖ Ucap Cadudasa berteriak yang mengenali keduanya. Angkara dan Yumi tersenyum, ―maafkan kami yang datang terlambat sehimngga diantara kalian sampai ada yang terluka....‖Yumi berbasa-basi. ―Kalian terlalu sungkan, bila tak ada kalian kami tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kami,. sepatutmnya kamilah yang berterimakasih..tapi, mengapa kalian memakai topeng?‖ Arjuna Arkanta mewakili. ―Apakah, anda yang bernama Arjuna Arkanta?‖ Sela Angkara. Arjuna angkara mengangguk membenarkan. ―Syukurlah, Ketua kalian Ki Bedu memang sedang berada diperjalanan kemari, dia memintaku untuk menyampaikan bahwa seluruh Murid perguruan di ungsikan ke Ruangan Khusus ketua diruang Rahasia sampai mendapatkan kesempatan yang pas untuk muncul‖ ―Akh, ketua masih hidup?‖ Teriak Arjuna Arkanta histeris. Angkara Letakan telunjuknya dibibir.... menunggu kata dari Yumi yang hendak bicara,
570
―Menurutmu bagaimana cara yang paling tepat untuk menghilangkan jejak?‖ ―Jangan risau, Ketua sudah mempersiapkan sebuah rencana untuk kita, mohon engkau bebaskan murid yang berada dipenjara sekarang....!:‖ ―Hai‖ jawab yumi sambil menggunakn ilmu yang bernama Jinsut. dan menghilang tak ketahuan rimbanya dihadapan setiap orang yang belum sempat berkedip. ―banttu aku mengangkut mayat..‖ Angkara meninggalkan ruangan, tak ada kata dari delapan orang itu, segera mereka mengikuti Angkara yang berjalan kearah sebuah ruangan. Pada awalnya Arjuna Arkanta menolak muridnya yang sudah mati dibiarkan tergeletak bersama mayat-mayat Nawa Awatara, tapi Arjuna Arkanta mau tak mau menurut juga ketika Angkara menjelaskan apa yang menjadi rencananya, Ternyata Angkara bermaksud membuat skenario peperangan, denagn mengatur mayat sedemikian rupa maka terlihat seolah disana sudah terjadi pertarungan yang dahsyat, dengan ilmunya ia membuat Beberapa Padepokan itu hancur dan beberapa hari yang lalu,...
beberapa mayat terlihat terbakar, menggambarkan bahwa kedua pihak telah gugur secara bersamaan, tak ada saksi, tak ada jejak yang tertinggal.... makannan berserakan.. dilantai seolah disana
571
sudah tak ada penghuninya, rencana yang cukup hebat dan menarik.... Sebenarnya bagaimanakah caranya ia datang ke Pendopo pertemuan dengan membawa kepala? beginilah Rincian jalan ceritanya. Seperti yang diceritakan sebelumnya, Kedua manusia bertopeng Serigala dan Rajawali atau kita panggil dengan Angkara dan yumi melesat menuju salah satu ruangan, disana mereka menemukan beberapa Anggota Nawa Awatara sedang berpesta Pora dengan meminum tuak, wajah mereka sudah sendu karena mabuk. tak lupa beberapa Wanita yang sudah berumur dan Gadis yang sebelumnya merupakan murid dari Golok harimau. ―Cihhh‖ Yumi atau Sitopeng Rajawali mendengus..... ―Dinda, Pergilah keruangan lain ditempat ini dan bantai‖ ―Baik Kanda...‖ Yumi melesat bagai bayangan menggunakan ilmu Peringan tubuhnya, Angkara atau Sitopeng Serigala memasukan tangannya kedalam balik bajunya, dengan kecepatan bagaikan kilat ia melemparkan senjata-senjata itu. senjata lemparan berbentuk Bintang. atau biasa kita panggil Shuriken. ―Wuss‖wuss‖ jrub..jrub..jrubb‖
―Akhhrrgggg‖ jeritan menyayat bersahut-sahutan kurang lebih delapan orang dari jumlah sepuluh orang itu mati dengan tubuh tertembus Shuriken. juga jeroitan wanita yang ketakutan.
572
Dua orang lainnya yang sepertinya adalah Pemimpinnya membentak. ―Siapa Kau‖ Angkara diam saja, ia perhatikabn wajah orang, ternyata wajahnya itu demikian buruknya, bibnirnya sumbing, idungnya grumpung dan rambutnya kusut masai. ―hahaha.... tampangmu mirip sekali dengan lubang pantatku‖ Angkara tergelak-gelak mengejek. ketika tertawa itu ia merasakan suatu sambaran dahsyat dari belakangnya. dengan cekatan ia meruduk kebawah menghindari serangan itu. Sebagai kelanjutan nya, Angkara alihkan pandangan dialihkan kearah kiri dengan tangan kiri yang telapaknya digerakan kearah samping bawah dan tangan lainnya yaitu tangan kanan didekatkan kedepan pusar sambil menarik nafas cukup panjang. penarikan nafas tersebut adalah suatu cara pemantapan cadangan untuk suatu gerakan yang panjang serta juga menambah potensi daripada suatu serangan. dengan secepat kilat ia mengayunkan tubuhnya dengan menyanggahkan kedua tangan pada tanah sambil menyapukan kaki kanan pada sasaran. dan mengalihkan dalam suatu putaran tubuh kekanan dengan sanggahan dua tangan dan berganti kaki kiri yang melakukan sapuan... ―Bukkk‖
573
―Akrrggg‖ Tubuh lelaki itu tumbang dengan perut jebol terkena sapuan kaki, jadi bisa dibayangkan cepat dan dahsyatnya serangan Angkara itu. Darah memancar bagai pancuran, usus saling brojol berebutan keluar, jeritan ngeri dari lelaki itu juga jeritan para Wanita dan gadis yang melihat kematian yang sadis itu. Tubuh Angkara berlumuran darah lawan namun ia tak peduli,. matanya dialihkan kepada yang satunya lagi... ―Ikkkhhh‖ Lelaki itu merasakan mual yang tak kekira juga ketakutan yang hebat, mental dan nyalinya jebol melihat pembunuhan yang begitu sadis itu. ia hendak melarikan diri, namun begitu ia membalikan tubuh ia merasakn ubun-ubun sampai pangkal pahanya dingin, ―Brukkk‖ ia tumbang dengan tubuh terbelah menjadi dua bagian, darah mengucur semaki hebat, Para Wanita dan gadis yang menyaksikan itu terkejut sebab mereka hanya menyaksikan Angkara atau simanusia bertopeng serigala mengeluarkan pedangnya satu inchi dari sarung dan kembali menyarungkannya, tak pernnah terbesit dalam pikiran mereka ,melihat jurus pedang sedahsyat itu, tak lain dan tak bukan itu merupakan Jurus ‗pedang tunggal melintang jagad‘, dari jurus tunggal Jagad. jurus yang diberikan Aram kepadanya dan itupun hanya satu jurus itu saja. jurus itu juga hanya diajarkan kepadanya saja sebagai pemimpin yang lainnya.
Bagaimana dengan yumi? setelah ia menghilang dengan kemampuan khas yang dimilikinya ia dapat masuk kedalam
574
ruangan manapun jua. ia tak menemukan Apapun disana hingga ia tiba di salah satu bangunan terakhir, dengan ketajaman telinganya ia mendengar rintihan-rintihan, tangisan juga deru nafas yang memburu. Dengan menggunakan jurus andalannya, Yumi masuk kedalam ruangan itu, ruangan yang terkunci.. dan terbuat dari besi, namun semua itu tak berguna dihadapan yumi, Yumi mendengus ringan, tanpa ba-bi bu ia cabut pedangnya dan menusuk lelaki yang sedang asyik menindih perempuan itu. Darah muncrat..... tapi Yumi tak peduli, Lelaki itu menjerit mengerikan, sedangkan perempuan itu juga menjerit ketakutan. tak ada yang mempedulikan jeritan itu sebab mereka menyangka itu adalah sebuah jeritan wajar orang yang mencapai kepuasannya, Yumi segera pergunakan jurus andalannya untuk membantai yang lain, diruangan itu ia bunuh kira-kira hampir lima puluh orangan, Yumi merupakan Seorang Ninja, Membunuh adalah Pekerjaan sehari-hari. menyusup tak ketahuan dan pergi tanpa meninggalkan jejak. itulah ciri-ciri Ninja. Dalam perjalanan menuju ketempat dimana tadi berpisah, Yumi menemukan sebuah tempat lain, sebuah ruangan penyiksaan, mayat bertumpuk. disana juga terdapat sekitar sepuluh Anggota Nawa Awatara. Dengan Langkah Lebar, yumi menemui mereka,
575
―tep..Tep..‖ suara langkah kakinya bergema... ―Siapa Kau‖ bentak salah seorang dari mereka yang kebetulan memergokinya, ia terkejut melihat manusia berpakaian serba hitam dengan topeng Rajawali di muka. Yumi teruskan langkah tanpa ada kata sedikitpun. ―Srenggg‖Brett‖GlutuK‖ Kepala Anggota Nawa Awatara itu menggelutuk jatuh, sebuah pedang panjang yang terselip di punggung Yumi telah meminta korban, Tidak salah itu adalah salah satu jurus dari Para Samurai yang dipelajari Yumi ketika kembali ke desanya. Cepatt, ganas sekali keluar nyawa melayang, itulah keistimewaan jurus itu Murid dari Perguruan Golok Harimau bersorak atas kematian lelaki itu, menyebabkan kawannya yang lain berpaling dan datang ketempat itu. Tak ada sinar ketakutan dari mata Yumi, hanya hawa Pembunuhan yang memancar kesekeliling penjuru ditempat itu. Bau Anyir darah menambah keseraman ditempat itu, keseraman yang dipancarkan oleh sesosok manusia bertopeng rajawali.... Manusia Bertopeng Rajawali alias yumi itu menarik kaki kirinya kebelakang dan memasang kuda-kuda.
576
―Kau...kau membunuh teman kami!‖ Bentak salah satu dari mereka yang memiliki jenggot sedagu. al hasil bentakan itu tak ada respon sama sekali.... ―Nyawa bayar nyawa, serahkan kepalamu‖ Teriak seorang Perempuan menor berbaju hitam berantai dan rambut digulung bengis. sambil mencabut kipas dan menyerang..... Belum sempat kipas Wanita menor itu mengenai tubuh Yumi, sebuah kilatn putih tajam menembus perut Wanita menor itu dan Brukkkk .... Tubuh Wanita itu terpotong dua dibagian pinggang. kejadian itu membuat delapan orang lainnya menjadi marah dan geram, berbarengan mereka mencabut pedangnya dan menerjang.... ―Shiaatttt‖ ―Bretttt...brettt‖ ―Akrrhgggg‖: Jeritan menyayat terus bersahut-sahutan,,, dalam seperminuman teh saja semua Anggota Nawa Awatara itu dibunuh oleh yumi... Pakaian yumi yang hitam tampak berlumuran darah hingga sebagian berubah warna menjadi merah. Tanpa menghiraukan Murid Perguruan Golok Harimau yang berteriak meminta kebebasan, Yumi langkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. setiba di tempat tadoi tampak Angkara sedang membawa bungkusan..
―Kakang.., Apakah itu?‖ Tanyanya.
577
―Oleh-oleh untuk yang disana..‖ Angkara menunjuk salah satu ruangan yang paling besar, ―Tampaknya disana terjadi Prtempuran?‖ Tanya Yumi. Angkara mengangguk.. dengan bergandengan tangan keduanya melesat ke tempat itu, dan kejadian selanjutnya seperti yang sudah kita bbicarakan sebelumnya. . Selang dua hari kemudian, Ki Bedu tiba di padepokan itu, Ki Bedu disambut dengan sukacita, semangat yang padam kembali berkobar, sang lilin berubah menjadi obor... ―Bagaimana perjalananmu Ki?‖ Yumi menyapa. ―Berkat Arahan ketua Aram.... aku dapat melewati semuanya dengan lancar,... tak ada gangguan...‖ ―Syukurlah jikalau begitu! ketua, kami sudah menyelesaikan tugas kami, maka dari itu kami mohon pamit undur diri...‖ Yumi mengakhiri percakapan dan menghilang terbawa angin. Ki Bedu berpaling, dilihatnya Angkara juga telah menghilang dari pandangan. datang bagai angin, menghilang bagai kabut.... itulah salah satu ciri khas yang paling terkenal dari setiap Anggota Bendera Awan Langit,. liar tak terkendali...... cerdik bagai rubah, licin bagai belut.. pandai menempatkan diri eperti tikus yang dapat masuk kemanapun meski hanya lubang setitik jari. asal masuk moncongnya, badan yang begitu besarpun dapat masuk kedalam.
578
Begitupun bagi mereka, Alam adalah sahabat mereka, Penduduk adalah Telinga mereka Angin adalah penyampai berita mereka. Awan berararak beriringan dilangit yang kelabu, Matahri yang indah tertutup awan kelabu, kelam.... langit terbatuk batuk merintih dengan iar mata bercucuran deras. dua orang pemuda tampak sedang tertawa-tawa diatas deras guyuran air hujan, wajah mereka basah kuyup, namun mereka seolah peduli dengan kenyataan itu. mereka terus tertawa dan berlari seakan berlomba. Gunung Indrakila (Ciremai), gunung yang terkenal akan keindahannya, sungai berkelok-kelok, jurang menganga, pepohonan tumbuh rindang, diatas puncak gunung itulah terdapat sebuah Padepokan yang terkenal diseluruh dunia sebagai Padepokan Rajawali Emas, Padepokan Rajawali emas merupakan sebuah pondok yang terkenal megah dan Glamor, digerbang padepokan itu terdapat dua patung Rajawali yang sedang pentang sayap yang berwarna keemasan, masuk kedalam terdapatlah sebuah Aula pertemuan luas yang begitu hijau dengan rumput yang terpangkas rapi bak taman dalam surgawi, Adakah diantara kalian yang pernah melihat singgasana dari emas? jika kalian sudah pernah maka begitulah keadaan kursi singgasana tempat ketua duduk.
579
Singgasana itu begitu rapi dan syarat akan keindahan, Ukiran halus bergambar Rajawali mencari mangsa tergambar rapi dan simetris. melirik kekiri maka anda akan disuguhi dengan sebuah bangunan indah dari batu yang tersusun. megah dan indah. Namun semua keindahan itu terhapuskan dengan adanya dua kelompok orang yang sedang bertarung disebuah lapangan piranti Latihan. pertarungan itu terdiri dari sekelompok orang berbaju Hitam dan satunya lagi kelompok berbaju emas, darah merah mengucur dari tubuh orang yang tergeletak diatas tanah, korban berjatuhan... entah sampai kapan pertrungan itu akan berhenti, cahaya senjata dan dentingnya berdering diantara derasnya hujan. kecepatan sambaran golok dan pedang seakan sedang berlomba dengan kilat yang saling menyambar. diantara pertarungan itu ada beberapa kubu yang terlihat menonjol, diantaranya adalah pertarungan Seorang lelaki berusia tiga puluh tahunan dengan jenggot tipis didagu. rambutnya kusut masai diterpa air hujan. keringat bercampur darah menetes dari pundaknya. bajunya yang berwarna emas dan sabuk hijau tampak melekat dalam tubuhnya. Sedangkan lawannya adalah seorang kakek-kakek bungkuk dengan tombak ditangan... wajah kakek itu tidak jelas sebab tertutup rambutnya yang sebahu... pakaiannya hitam bergambar piramida berantai, jelaslah ia merupakan utusan dari Nawa Awatara yang bernama Abinhaya. atau lebih dikenal dengan julukan Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang. (Dieng).
580
―Keparat Danenra, menyerahlah sebelum kesabaranku habis dan kami bantai habis k alian‖ Ancam Abinhaya. ―ciss.... aku sudah bosan kau hina terus-terusan, lebih baik mati brkalang tanah daripada aku harus menuruti perintahmu‖ jawab lelaki berbaju emas yang tak lain adalah ketua Sementara Perguruan Rajawali Emas, Danenra. Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang. memandang wajah Ki Danenra dan berkata sinis.: "Danenra, tahukah engkau bagaimana caranya aku akan membunuhmu?" Ki Danenra mengertek gigi. sebab ia sudah merasa bulat dengan keputusannya itu. "Paling juga kau kuliti tapi, itu semua tak akan terjadi sebab aku yang akan membunuhmu duluan?" serunya. Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang menggenggam tombaknya dengan kencang. Kemudian berseru: "Soal itu harus dilihat kenyataannya !" mata Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang melotot, tampaknya ia sedang dalam keadaan marah sekali. kemudian ia menimpali, "Jika begitu bersiaplah menghadapi malaikat kematian!" Serempak dengan kata-kata itu, tangannya yang menggenggam tombak itu bertebar dan menjadi puluhan bayangan segera menerkam Ki Danenra..
581
Walaupun tahu bahwa dirinya bukan lawan Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang. tetapi dalam keadaan seperti saat itu, tiada lain pilihan bagi Danenra kecuali harus melawan. Dia babatkan pedangnya dengan sepenuh tenaga. Ujung pedang berhamburan bagai hujan paruh rajawali mencurah deras ke arah jalan darah mematikan ditubuh Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang. sekaliggus menangkis serangan tombak yang mencecarnya habis. Jurus permainan pedang itu benar-benar mengejutkan sekali. serangannya yang disertai angin sambaran seperti sayap Rajawali terdengar begoitu menggiriskan. ―Trannkk...‖ "Ahhh ....!" Kedua buah senjata beradu diudara, tahu-tahu Danenra merasakan tangannya yang memegang pedang itu tergetar. Bukan saja seluruh gerakan pedangnya terhalang, pun dia juga harus menyurut mundur tiga langkah. Dan tanpa disadari dia menjerit kaget. sementara disampingnya juga seseorang yang berbaju sama dengannya sama-sama terdorong mundur, dia merupakan Tetua dari Perguruan Rajawali Emas yang biasa dipanggil dengan Rajawali dari Gunung Indrakila.
Rupanya ia sedang bertarung dengan sosok manusia aneh, dibilang aneh mungkin dikarenakan Baju Hitam bergambar Piramidanya itu compang-camping, wajahnya kusut masai
582
dengan jenggot dan bawuk menutupi seluruh wajahnya, dahulu dia merupajkan salah satu gembong dari Kalangan Hitam yang bergelar Si Kera Gila. tak ada yang mengetahui siapakah nama asli dari Orang aneh itu. Mengenai mengapa Tetua itu dapat terdorong mumndur dan muntah darah beginilah jalan ceritanya. Pada waktu itu Si Kera Gila tertawa dingin Sambil ayunkan tangannya, manusia aneh itu berseru: "Awas, Jaga Nyawamu...!" Seiring dengan kata-katanya, tangannyapun segera mendorong ke muka. Sudah tentu Rajawali dari Gunung Indrakila tak berani lengah. Dia kerahkan tenaga-dalam dan menyambutnya. Bum... Terdengar letupan keras disusul dengan batu dan debu yang beterbangan keempat penjuru. Air hujan menyibak, Air yang tergenang muncrat kemana-mana. Rajawali dari Gunung Indrakila terhuyung-huyung mundur sampai tiga langkah. Darahnya kontan bergolak keras. Si Kera Gila masih tetap tegak di tempatnya. Hanya kakinya makin melesak ke dalam tanah. "Ha ha, ha bagus.... awas serangan keduaku!" Setelah menenangkan semangatnya, Rajawali dari Gunung Indrakila pun menyahut:
"huh,... masih belum seberapa!" Saat itu pikirannya sudah tak dapat mundur dari tekadnya, Mati atau Hidup.
583
Dia menyadari bahwa kepandaiannya masih belum mampu untuk menghadapi Sikera Gila. Sebuah gelombang macam Tsunami segera melanda Rajawali dari Gunung Indrakila. Rajawali dari Gunung Indrakila segera menghimpun dua belas bagian tenaga-dalamnya untuk menyambut. Kembali terdengar ledakan yang lebih keras dari pukulan pertama tadi. Rajawali dari Gunung Indrakila terhuyung-huyung sampai sembilan langkah ke belakang dan hampir rubuh. Dengan sekuat tenaga, dia menelan darah yang hendak muntah dari mulutnya. Tetapi Sikera Gilapun juga tersurut ke belakang sampai tiga langkah. Tubuhnya berguncang-guncang dua kali. Rajawali dari Gunung Indrakila tahu bahwa dirinya telah menderita luka dalam. Tetapi dia berusaha keras untuk menahan diri. Si Kera Gila memandang Rajawali dari Gunung Indrakila sekian lama. Kemudian ia tertawa keras. Lama dan panjang sekali. Serentak Si Kera Gila gerakkan kedua tangannya tetapi tak terdengar suara apapun. Sekalipun begitu Rajawali dari Gunung Indrakila tak berani memandang rendah. Dia tahu bahwa saat itu lawan sedang mengeluarkan jurus pamungkasnya yang Paling Terkenal akan kedahsyatan dan keamnehannya, ‗Pukulan Bayangan Kera Gila‘ itulah nama Jurus itu.. Serentak diapun kerahkan seluruh tenaga-dalam untuk membalas.
584
Adu tenaga-sakti yang berlangsung saat itu telah menimbulkan ledakan yang amat dahsyat sekali. Bagaikan dihantam dengan berpuluh-puluh godam, Rajawali dari Gunung Indrakila tertatih-tatih ke belakang. Pandang matanya gelap, kepala berbinar-binar dan tulang belulangnya serasa lolos dari sendi persambungan, kaki dan tangannya seperti patah berantakan. "Hoeekk,.... Hoekk‖ Ia muntah darah.... mendadak... ―Wah-wah benar-benar pertarungan yang asik, benar begitu Luyu?‖ Sebuah suara yang halus namun jelas di telinga setiap orang yang ada disana. mengomentari pertrungan hidup mati ditempat itu. ―Tentu...tentu.... tapi tetap saja terlihat begitu monoton.‖ jawab yang satunya lagi. Gara-gara suara itu semua orang hentikan pertarungan dan melirik dimana suara itu berasal. tampaklah diatas dinding setinggi lima tombak dua orang Pemuda sedang ongkang-ongkang kaki. Pemuda pertama berwajah tampan berpakaian kuning dengan rompi terbuka Tubuhnya berkulit bersih, walau tak terlalu putih. Lengannya kekar, demikian pula kedua kakinya yang kokoh. Rambutnya panjang sebatas pundak dan mengenakan ikat kepala dari kainwarna putih.. dia tak lain adalah Huru-hara adanya,
585
Sedang pemuda kedua merupakan pemuda berwajah biasa berkesan lugu dan bodoh,juga terlihat tengil sok berani. Rambutnya panjang tipis diikat dengan kain warna coklat muda. Pemuda itu memakai pakaian serba hitam. dia tak lain adalah Luyu Manggala adanya. Setelah berlari-lari menyusur hutan dan mendaki gunung sampailah mereka ditempat itu, begitu sampai mereka segera disuguhi dengan pertarungan dari dua kubu yang berbeda. setelah melihat keadaan Pihak Rajawali Emas semakin terdesak maka berkatalah Huru hara memecah sekaligus menghentikan pertrungan. ―Hupp‖ ―Jlegg‖ Huru-hara turun ke lapangan, dan berkata, ―Hey, beginilah jika bersilat bukan main dorong gak jelas kaya tadi‖ setelah itu Huru-Hara Memasang Kuda-kuda.
Merah Wajah Si Kera Gila mendapat sindiran dari Huru Hara. Huru Hara segera mendorongkan kedua telapak tangannya dengan kuat mendorong angin seakan angin itu memiliki bobot ribuan kati. entah bagaimana kejadiannya, kedua tangannya itu masih mendorong angin namun entah juga darimana datangnya, aram memiliki dua tangan lagi yang mengayun simpan menyamping pada tangan kanan yang diayunkan kedalam dan tangan lainnya yang terkepal untuk disilangkan didepan dada, perlahan kedua tangan yang mendorong angin telah hilang, sambil menyelinapkan tubuh kedepan maka disini tangan kiri melakukan suatu totokan yang cepat pada Angin. lalu ia tegak mematung sambil cengengesan, semua orang terpana namun semunya tak ada yang mengerti ada apa sebenarnya.
586
―Hebat‘ ―hebat‖ teriak Luyu Manggala dengan tampak ketolol-tololan dan segera ikut memainkan jurus itu. Semuanya tak ada yang paham dengan apa yang dilakukan keduanya himngga pada suatu ketika. ―Wuuurrssshhhh... Blaarrr....Crekk...crekkk‖ Gulungan angin tornado bergulung gulung dari tempat dimana kedua telapak tangan Luyu dan Huru-hara mendorong angin, berat namun cepat, itulah salah satu rahasia dari jurus itu. diam namun bergerak, gerakannya kosong seperti tak berisi, namun memiliki sumber, sumber kekuatan tenaga dalam dari alam yang diolah ditangan tanpa memasuki tiantan. jurus yang dinamakan dengan Ksatria Menolak Angin. Kebetulan atau apa namanya antara luyu dan Huru-hara menodongkan arah telapak tangannya pada sekumpulan Anggota Nawa Awatara. maka tak pelak lagi tubuh Anggota Nawa Awatara itu berterbangan terhempas angin yang kuat bagaikan Angin tornado itu. ―akrrgghhh‖jeritan menyayat bersahut-sahutan mengiringi angin yang bercampur air hujan itu, ―Blaarrr...brakk‖ tubuh itu ada yang hancur ada yang patah, juga ada yang lainnya sebab tertabrak dinding yang kuat atau dengan batu cada gunung juga ada yang terlempar kedalam jurang. ―hahah‖ plok-plok hebat-hebat‖
587
seperti anak kecil saja Huru-hara dan Luyu manggala berkeplok. tawa dari mereka berkumandang dipegunungan itu. di tempat itu kini berdiri empat orang lagi, tampaknya mereka merupakan pentolan dari Utusan Nawa Awatara, mereka itu tak lain adalah Si Kera Gila. Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang. dan dua lelaki berkumis lebat berusia sekitar empat puluh lima tahun, mengenakan pakaian rapi warna hijau berkrah leher tegak. wajah mereka begitu sama, penampilan pun sama, dalam dunia persilatan mereka terkenal dengan nama Kembar Tapi beda. yang tertua bernama Sengkalang dan adiknya bernama Sengkaling. ―Si Jagad bulak Balik dan Si Kerbau Dicocok idung‖ dengus sikakek bungkuk dari gunung sang hyang yang rupanya sudah mengenali mereka berdua. ―Ekh bungkuk, mengapa tak sekalian kau bersujud saja didepanku!‖ Ejek Huru hara jenaka yang mana membuat para murid Rajawali Emas tersenyum geli. merah wajah Sibungkuk Dari gunung Sang Hyang. sebelum ia bicara, dia keduluan oleh Luyu Manggala yang tertawa dan berkata. ―Ekh, Hara... lihat kakek ini kaya piaraanku....‖ luyu manggala menuding Si kera Gila. segila-gilanya Kera Gila, mendapat ejekan itu ia geram juga. menurutnya dihina bocah ketololan seperti itu sama saja kehilangan harga dirinya, ia menggeram ringan.
―Ekh, Kakek, aku juga bisa marah kaya Kakek‖ Luyu Manggala Jenaka, tapi hanya sesaat.. sebab secara tiba-tiba wajah Luyu
588
menjadi menyeramkan, Hawa membunuh mencekam disekeliling itu, Luyu manggala menyeringai kejam,,, kejadian itu terus berlangsung kira-kira seperminum teh lamanya, sampai tiba-tiba mulut Si Kera Gila mengeluarkan busa bercampur darah, dan terus semakin banyak... tak begitu lama, ia ambruk kebumi tanpa ada nyawanya lagi. ―Yey, dia mati... hara dia mati aku Pelototin, gerrr‖ Luyu manggala membuat wajahnya seseram mungkin dengan dipaksakan yang mana malah membuat Huru Hara semakin terbahak-bahak.. sebenarnya itu adalah jurus dari Aura Kematian yang telah digubah Aram khusus untuk menambal wajah ketololan Luyu Manggala. Luyu Manggala menamakan sendiri jurus itu dengan nama ―Muka Setan‖ namanya sangat sederhana seperti pemiliknya namun kegunaannya tidaklah sesederhana namanya. ―Nah, luyu kau mau memilih yang mau bersujud kepadaku ini, atau kah dua keledai yang mirip itu?‖ ―Akh, Aku mau yang bersujud itu saja, habisnya dua orang itu menyeramkan sih.... hehe,. ― ―Memangnya yang ini tidak seram?‖ ―Masa sih seram? orang mau cium tanah ketakutan begitu saja seram.. malah terlihat lucu‖
Begitulah keduanya malah saling bercanda satu sama lain tanpa mengghiraukan orang yang dijadikan objek ejekan mereka.
589
Murid Perguruan Rajawalli emas sekuat mungkin menahan mulut mereka untuk tidak ketawa mendengar ocehan dua orang yang datang membantu mereka itu. sungguh baru mereka percaya mengenai kabar dunia persilatan akan kekonyolan dari Dua Ksatria yang diberi gelar Si Jagad bulak Balik dan Si Kerbau Dicocok idung. sebuah gelar yang lebih tepat disebut poyokan(Hinaan). ―Kalian...‖ Tak sanggup lagi menahan kesabaran, Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang menerjang, seperti orang yang kesandung tampak Luyu Manggala dan huru Hara terjatuh, namun serangan dahsyat Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang dapat dielakan dengan manis. ―Lihat gara-gara kau aku jatuh‖ Bentak Huru hara pada Luyu Manggala. ―Apakau tak melihat aku juga jatuh gara-gara ulahmu!‖ elak Luyu manggala. ternyata dalam keadan seperti itupun Mereka berdua masih terlihat main-main. merasa dipermainkan Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang semakin geram, dia mengamuk seperti banteng ketaton menyerang ―Wurrrsss‖ Lidah api menyerang Luyu Manggala.... itulah Ajian Saepi Geni Luyu Manggala berteriak sedih, ―seharusnya kita membawa Kijang... lihatlah si pencium tanah ini mengeluarkan api dari tubuhnya, aku merasa lapar... ingin sekali aku memanggang kijang‖:
590
―haha.... salahmu sendiri, sudah aku katakan tadi sebelum kemari untuk berburu, namun kau malah memarahiku karena mana mungkin membakar Kijang dalam keadaan Hujan seperti ini‖ jawab huru-hara disela-sela sambaran serangan dua lawannya. ―Aku memang bodoh...bodohhh‖ Luyu manggala menyesal dan menangkap tangan Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang dengan sigap, dengan kecepatan kilat ia meraih kepalanya dan tiga kali diadukan dengan kepalanya sendiri. ―Bwahahahah‖ Para Murid Rajawali emas tak sanggup lagi menahan rasa geli yang menggelitik sanubari, mereka tertawa terpingkal-pingkal bahkan ada yang sampai membungkuk-bungkuk melihat pertarungan yang begitu lucu dan aneh. ―Huru Hara, Luyu, berhentilah main-main. kalau sudah lapar Aku akan siapkan makanan untuk kalian‖ Sebuah Suara lain menggelegar di antara ributnya pertarungan dan lebatnya hujan. Ternyata ditempat tadi Huru Hara dan Luyu berdiri tampak seorang Lelaki Paruh baya berusia enam puluh lima tahunan dengan baju serba kuning keemasan yang sudah compang camping. atau yang biasa dipanggil dengan Bintang Endrayana pewaris ketua generasi ke-124 Rajawali emas ―Ketua...Ketua‖ Teriakan Kaget dari para Murid Perguruan Rajawali Emas, bersahut-sahutan, mereka Kaget, Bingung, Juga berbahagia bersatu Padu.
591
―Baiklah Ki Bintang.....‖ Kami akan pijiti mereka... Jawab Huru Hara seraya menekuk silang pada kaki dengan suatu putaran tangkisan atas yang dilakukan oleh tangan kiri, sementara tangan kanannya melakukan suatu pukulan yang sangat keras, ―Blaaarrrr‖ dua buah tenaga sakti beradu diudara, tapi sepertinya itu masih belum cukup. terbukti Huru hara melanjutkannya dengan suatu gerak tendangan pada kaki kanan serta dorongan yang dilakukan oleh tangan kanan yang telah diputar sedemikian rupa, untuk menghimpun tenaga secara cepat.... Bukkk... Oekkkk... Oekkk Hanya setengah jurus dari Ksatria membabat Angkara saja Sikembar tapi beda kehilangan nyawanya, tapi Huru hara juga terpental dua langkah kebelakang karena ledakan tenaga saktinya sendiri. sementara itu, Luyu Manggala juga mulai mempergencar serangannya, ia jongkok setengah badan untuk mengimbangi tinggi Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang. Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang terkejut setengah mati, terutama ketika kepala mereka beradu dan Luyu manggala berputar bagaikan gasing. ―Dreetttt‖ ―Akkrrgghhhhh‖
Kepala Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang ikut berputar, darah memercik kemana-mana, daging berhamburan. angin dan air
592
hujan bertebaran kemana-mana. lumpur dan tanah tersibak, kecepatan putar itu begitu dahsyat hingga tubuh Luyu Manggala dan Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang. tidak terlihat lagi. Sretttt...Jleggg...... Secara mendadak putaran itu berhenti... tubuh Luyu Manggala berdiri dengan tenangnya, sedangkan tubuh Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang. telah menghilang, menyisakan darah yang bertebaran. itulah jurus yang dinamakan dengan Bumi Berhenti berputar. ―Aduh Pusingg‖ Luyu Manggala sempoyongan dan terlentang diatas hamparan lumpur, Huru Hara tertawa dan segera mengangkut tubuh itu. Ki Bintang Endrayana segera mempersilahkan Keduanya untuk memasuki salah sebuah ruangan tempat istirahat. Rintik hujan semakin menghilang, geluduk sudah menghilang, menyisakan bau anyir darah, jejalanan yang becek semakin licin akibat pertarungan. didalam sebuah ruangan tempat peristirahatan dua orang sedang asyik mengobrol, ―Kau Lapar?‖ Luyu manggala bertanya. ―tentu,... tentu saja aku lapar‖ Jawab Huru hara tersenyum. ―Kalau begitu mari sini?‖ Sebuah suara mengagetkan mereka. di pintu masuk ternyata Bintang Endrayana sudah berdiri disana.
―Hehe‖ keduanya cengengesan,
593
Sebenarnya, apakah yang sedang direncanakan oleh Aram? Kita tengok beberapa hari kebelakang. Pada waktu itu, ketika ia selesai menyatukan seluruh ilmunya, Aram memerintahkan Kepada Ksatria Satwa beserta Adipati Rajalela untuk memasuki Ruangannya, setelah semuanya berkumpul. Aram segera membuka Rapatnya, ―Kalian siap berkelana lagi?‖ Ksatria satwa tertegun, diam-diam semangat mereka berkobar bagaikan api nyang membara. Dengan serempak mereka menjawab. ―Yehaa....‖ mendapat sambutan yang begitu luar biasa Aram tersenyum bangga. ―Kalian sudah paham apa yang harus kalian lakukan?‖ ―tidak‖ Adipati Rajalela menjawab tegas. Angkara nyengir sebab ia tahu Adipati belum mengerti jalan Pikiran Ketuanya. ―Angkara apa bunyi Siasat rubah no 3?‖ ―Pangkas Pohon dari rantingnya agar tidak jatuh menimpa banyak korban‖ ―Siasat Rubah No 5‖ ―Pohon Jatuh tanpa suara lebih mematikan daripada pohon yang mengeluarkan suara bergemuruh‖
594
―Siasat Rubah No 6‖ ―Memukul dibarat, menusuk dari timur, menikam dari selatan membunuh dari utara‖ ―Siasat Rubah No 7‖ ―Beri senjata kepada semut agar mengikis gula‖ ―Siasat nomor 25?‖ ― Kaburkan Kabar angin, menutup telinga musuh‖ ―Nah, sekarang kalian mengerti apa yang harus kalian lakukan?‖ Angkara dan yang lain mengangguk paham kecuali Adipati Rajalela Aram garuk kepalanya yang tidak gatal, ―Angkara bisa kau jelaskan kepada Ki Adi dilain kesempatan? ―Tentu, Aku berikan siasat nomor tujuh dan dua puluh lima saja, sebab itu yang paling mudah‖ Angkara menjawab. ―Dan yang lain?‖ ―Kita selesaikan secara bersama-sama. ― ―Baiklah.... aku sudah mengumpulkan segenap ilmu silatku menjadi satu.. maka dari itu segera kita melakukan rutinitas kita sebelumnya.‖
595
Tanpa diperintah untuk yang kedua kalinya segera ksatria satwa membuat lingkaran dan berpegangan tangan... ―Yang mulia Mari‖ Amuk samudera mengajak Adipati Rajalela yang kebingungan. Seperti biasanya, Aram selalu menggunakan ilmu yang disebut memindahkan pikiran dan hawa Aram untuk mengajari Murid pilihan sekaligus sahabatnya itu. Ilmu Memindahkan Pikiran dan Hawa sebenarnya merupakan ilmu sesat dari golongan hitam, tapi Aram melatihnya dengan cara yang lain sehingga efek negatif dari ilmu itu hilang meski ilmu itu berkurang kegunaannya. Ilmu itu sebenarnya melatih kekuatan emosi lingkungan sekitarnya, mempengaruhi otak masing-masing dengan sugesti yang diberikan.. jadi salah sedikit saja bisa mempengaruhi mental dari orang yang melakukannya. Begitulah, malam itu juga Ksatria satwa mulai berkelana, dan diikuti Ketua Lima perguruan pada hari berikutnya Disebuah kaki gunung Kecil disebuah pulau yang dulu tak berpenghuni, yang sekarang diberinama Pulau anglep yang berati elok, indah, molek. tampak sebuah panorama keindahan membentang disepanjang pesisir pantai juga hutannya itu. pulau itu memang pantas dinamakan demikian sebab pantas sekali dengan tempatnya yang kaya akan cakrawalanya.
596
Dibawah air terjun yang kaya akan keindahannya itu empat orang pemuda-pemudi berdiri tegap diantara karang yang mencuat dipermukaan air. Mereka terdiri dari seorang pemuda dan tiga pemudi. mereka tak lain adalah Aram, Thian Hong Li. Melati dan Rismi Laraspati. Hari itu Aram mengikat rambutnya di kuncir kuda diikat oleh kain berwarna biru, diatas ikatannya menyembul sebuah gagang berukiran harimau, ternyata kembali kujangnya ia simpan sanggulan dimana ia mengikat rambutnya. Dilehernya tersampir sebuah kain berwarna coklat menambah ketampanan wajahnya. pakaiannya berwarna biru langit serasi dengan jubahnya. sementara ketiga kekasihnya mengenakan pakaian yang sama yakni berwarna biru laut sebatas dada. menunjukan dada mereka yang sekal. Badan mereka terlihat elok dalam busana ketat seperti itu. Pinggang mereka tampak ramping karena mengenakan celana ketat warna biru laut pula. Pakaian mereka itu dirangkap pakaian jubah warna biru langit yang tak terkancingkan bagian depannya. jubah itu terbuat dari bahan sutera menampakan sikap mewah mereka, leher mereka yang jenjang itu dibelitkan sebuah kain selendang tipis berwarna putih. ―Kita berangkat sekarang ...!.‖ Aram memecah kebisuan. ―Mari kakang‖ Jawab mereka serentak.
―Pegang Tanganku.....!‖ Perintah Aram kepada melati dan Thian Hong Li yang berada persis di sebelah kanan dan kirinya. tanpa
597
diperintahkan lagi, mereka menurut untuk memegang tangan Aram. Kaki Aram menjejak kuat pada batu itu dan meloncat keatas. ketika dalam jarak lima tombak tiba-tiba dikepalanya muncul sebuah lingkaran sihir. itulah ilmu Penerobos dimensi yang telah mencapai kesempurnaannya. tubuh Aram yang waktu itu sedang meloncat tertelan habis oleh lingkaran itu dan menghilang dari pandangan. *** Desa Arkunorogo merupakan sebuah desa yang padat akan penduduknya, kedai-kedai mewah berjejeran disana, penginapan tersedia diperbagai tempat. panoramanya indah sebab berada di sebuah dataran tinggi. hamparan sawah tanpa padi membentang ditempat itu. aliran sungai berkelok-kelok bak gadis yang sedang menari. Dalam pada itu, Empat sosok manusia bejalan santai menuju desa itu. mereka itu tak lain adalah Aram dan ketiga kekasihnya. Thian Hong Li, Melati dan Rismi Laraspati. mereka berjalan dengan lagak seorang pangeran dan permaisurinya, matanya memandang dengan angkuh dan jumawa. sejauh mata memandang tampak para gelandangan mencari mangsa. tubuh mereka kurus kering kerontang seperti tulang. wajah mereka sendu berlumuran debu dan kotoran. sementara Para Anggota Nawa Awatara memandang kedatangan rombongan itu dengan aneh dan bahagia. Bahagia? mengapa?
598
Sebab mereka melihat tiga gadis secantik bidadari disamping pemuda angkuh itu. mata mereka melotot, liur bercucuran disudut bibir mereka. Rismi Laraspati mendengus hina merasa dirinya di lecehkan. tangannya yang putih mulus mulai memegang ujung selendang putihnya. ―Jangan hiraukan mereka..!‖ Aram mengingatkan. ―Baiklah kakang.... ingin sekali kucolok mata mereka itu kakang‖ Rismi laraspati menggerutu sambil menurunkan kembali tangannya. Namun Aram diam saja, sementara kedua Gadis lainnya tersenyum, senyum mereka ternyata dianggap lain oleh para lelaki disekitar itu. mungkin kira-kira ada dua puluh orang yang berjejer disana. mereka semakin menjadi-jadi, kata-kata kotor dan cabul juga suara suit-suitan tampak bersahut-sahutan. ―Cantik, mari gabung bersama kami.. aku jamin kalian akan merasakan nikmatnya dunia‖ ―hahah...benar nona, lihatlah adik kami sudah berdiri menantikan belaian tangan halus kalian. Aram tak sedikitpun tak memandang mereka, ia berjalan terus dengan angkuhnya. ―Jumawa sekali kau bocah... apa kau tak tahu siapakah kami ini?‖ Seorang lelaki berbaju hitam bergambar piramida mencegat. wajah lelaki itu penuh dengan berewok sehingga wajahnya tidak terlihat jelas.
599
Aram hentikan langkah, ia menatap lelaki itu dengan pandangan hina... ―kau sama sekali belum pantas menghadang tuanmu.. cuih!‖ Aram meludahi wajah lelaki itu. lelaki itu terkejut sekaligus marah, namun sebelum ia bertindak ia merasakan air liur itu begitu panas menyengat wajahnya, sedikit-sedikit semakin terasa. lelaki berewok itu semakin terkejut ketika air liur itu menetas pada brewoknya, dan terjadilah hal yang mengejutkan tiba-tiba lelaki itu jatuh berdebam ketanah dan kelojotan. ―Argghhh...grokkk grokk...‖ lelaki berewokan itu menggerang seperti orang yang disembelih. wajahnya mengepul seperti terbakar, tak lama kemudian lelaki itu berhenti kelonjotan, wajahnya telah berubah mengerikan, daging-dagingnya sudah menghilang entah kemana menyisakan tulangnya yang seperti tengkorak, tangan yang memegang wajahnya itupun bernasib sama, dagingnya menghilang menyisakan tulangnya yang berwarna putih. Ketiga kekasih Aram menutup mata dengan ngeri, sementara kawan lelaki itu terkejut setengah mati. tubuh mereka gemetaran menahan murka.
―Kau membunuh kawan kami..‖ salah seorang pemuda kawan lelaki itu menunjuk Aram. belum sempat ia meneruskan perkataannya tubuh pemuda itu ambruk ketanah, mulutnya menganga dan dari mulutnya itu keluar buih-buih berwarna putih, ia kelonjotan sebentar lalu diam.
600
Kawan-kawannya yang lain terkejut. ―Rac...racun...‖ pekik mereka sambil membalikan badan hendak kabur. namun naas, nasib mereka tak semulus angan mereka. semua Anggota Nawa Awatara yang ada disana tiba-tiba ambruk tak bernyawa dengan mulut berbuih. ―Kakang.... jurus apakah itu?‖ Rupanya sedari tadi Thian Hong Li memperhatikan gerakan tangan Aram sehingga tidak merasa heran dengan kematian orang disekelilingnya berbeda dengan kedua gadis yang lain. ―Racun Pemusnah Jagad‘‖ ―Nama yang sedikit membuat bulu kuduk meringkik‖ Rismi Laraspati mengomentari sambil memonyongkan bibirnya yang mungil. ―sudahlah ayo masuk‖ Aram menegaskan. sambil melangkah kan kakinya dengan lebar menuju sebuah kedai terbesar ditempat itu, bagaikan seorang artis, begitulah Nasib Aram, dirinya kini menjadi sorot perhatian dari setiap mata yang memandang. ―Silahkan masuk tuan nyonya‖ Seorang lelaki berpipi kurus menyapa rombongan Aram dengan senyuman getir, antara takut dan gembira.
Aram tak sedikitpun memandang lelaki itu, ia teruskan langkahnya dengan lebar menuju tempat duduk yang dalam
601
pada itu sedang dalam keadaan kosong. lalu berkata kepada pelayan itu. ―Siapkan makanan paling enak ditempat ini....!‖ ―Ba...baik tuan... ― Ucap lelaki itu ragu-ragu. ―Kurang Ajar...!‖ ―Brakkk‖ Aram memukulkan tangannya pada meja, lalu kembali memasukan tangannya kebalik pakaian birunya. dan pelayan itu terbelalak... Mengapa? ternyata ditempat tadi Aram memukulkan tangannya itu, tergeletaklah sebuah berlian sebesar kepalan jari. pelayan itu melenggong menatap berlian itu, pikirannya berkecamuk berbagai macam perasaan, Gembira, takut, kaget, Heran dan sebagainya. Pelayan itu berkaca-kaca, sudah beberapa tahun kebelakang ini memang dirinya tidak lagi melihat uang seperakpun. memanglah sejak kerusuhan akibat Nawa Awatara dirinya tidak lagi dapat mereguk keuntungan. setiap harinya ia berdagang namun tak ada lagi pelanggan selain Anggota Nawa Awatara yang datang kedalam kedainya itu dan tentu saja tak ada bayaran alias gratis. Pelayan itu sadar, bila ia memilih menutup kedainya, maka kematian lah yang menunggunya seperti halnya teman-teman seprofesi lainnya. ―Kau menunggu aku mati kelaparan disini heh?,,...‖ Aram membentak menyadarkan Pelayan itu. Pelayan itu terperanjat, tanpa kata lagi ia segera membalikan badan hendak kedapur mengambil makanan.
602
―Tunggu...!‖ Sebuah suara merdu menegurnya, ia tak lain adalah Melati Adanya. Pelayan itu tertegun, segera ia berbalik dan bertanya ―Ada yang bisa saya bantu lagi nyonya?‖ ―Eng..... Ambilah‖ Melati menunjuk pada gundukan Berlian dimeja. Pelayan itu dengan gemetar mengambil berlian itu, keringat dingin diam-diam mengucur dikeningnya, dikepalnya berlian itu seakan ia takut itu hanya khayalan. kemudian Pelayan itu segera pergi menuju dapur untuk menyiapkan makanan. ―Sikapmu Lucu sekali Kakang.. hihihih‖ Rismi Laraspati memecah kebisuan diantara mereka. ―Enggg......‖ Aram tersenyum lembut menjawab komentar itu. ―Apa rencana kita selanjutnya engkoh?‖ Thian Hong Li bertanya, keningnya berkerut dalam. ―Bagi-bagi gula lalu bertamu di rumah sahabat kita.‖ ―Maksudnya?‖ Melati dan Rismi Laraspati bertanya serempak. ―Kita lihat saja nanti‖ Ucap Thian Hong li penuh kemenangan.
―Lihat, Makanan sudah siap..!‖ Aram mengalihkan pembicaraan. benarlah saja, dipintu masuk dari dapur dua orang pelayan masuk kedalam ruangan dengan dua baki ditangan.
603
―Silahkan Tuan Nyonya‖ Pelayan itu menyajikan makanan itu dimeja, adapun makanan itu terdiri dari Bakakak ayam berlumuran kecap, Ikan bakar lengkap dengan sambalnya, dan beberapa makanan lain. selain itu juga terdapat dua guci Arak dari Kelapa yang disajikan belakangan sebagai minumannya.. Tanpa banyak cakap segera Aram, Thian Hong Li, Melati dan Rismi Laraspati segera menyantap makanan itu dengan lahap, sebentar saja makanan itu tersisa setengahnya, Lalu mereka minum Tuak sambil bercanda tawa. Puas minum Tuak Aram segera mengajak para kekasihnya yang sudah memerah karena mabuk untuk melanjutkan rencananya. ―Ayo kita bagi-bagi gula.‖ Ajak Aram. ―Bagi-bagi gula... engh.... jangan akh nanti di kerumuni semut hihi‖ Rupanya Melati sudah mabuk berat, hingga ucapannya pun sedikit melantur. ―Teh, Kau sudah mabuk yah?‖ Rismi Laraspati berkomentar, Seperti yang diketahui bahwa Rismi laraspati pada awalnya merupakan seorang putri kerajaan, jadi tidaklah mengherankan apabila ia sudah biasa minum tuak, sebab pada waktu itu, minum tuak merupakan sebuah tradisi yang lumrah didalam keraton.
Dengan memapah tubuh melati yang sempoyongan, Rismi Laraspati dan Thian Hong li berjalan mengikut Aram yang berjalan didepannya. Pelayan di kedai itu tersenyum penuh kebahagiaan, setibanya diluar Aram segera menggapaikan
604
tangannya pada seorang Pengemis yang kebetulan berada didepan kedai. Pengemis itu segera mendekati Aram, Sebab ia pun melihat kejadian dimana Aram membunuh Kawanan Nawa Awatara yang menjadi musuh mereka. ―Ada apakah Tuan Pendekar?‖ Tanya pengemis itu sebab ia melihat sebuah belati di gulungan Rambut Aram. ―Kumpulkan semua warga yang ada didesa ini semuanya, kecuali kelompok setan setan gentayangan itu‖ ―Baik tuan Pendekar....!‖ Segera saja Pengemis itu berlari kepada teman-temannya, kemudian teman-temannya itupun mulai menyebar kesetiap penjuru didesa itu. Aram hempaskan Tubuhnya dilantai yang berdebu. membuat Thian Hong Li dan rismui Laraspati berpandangan, segera mereka pun ikut duduk diemperan kedai itu. ―Emchhh.... Wah dunia berputar hihi‖ Mulut Melati terus saja nyerocos tak jelas,. membuat Aram gelengkan kepala dan segera menotok urat di dekat ubun-ubun Melati. ―Brukkk...!‖ Tubuh melati pingsan dipangkuan Rismi Laraspati. ―Kakang..!‖ Rismi Laraspati terpekik kaget.
―Jangan khawatir ia hanya tidur‖ Aram menenangkan Rismi Laraspati yang kaget.
605
―owh‖ Sementara itu, Dari tujuh penjuru tampak para pengemis mulai berdatangan dan berkumpul didepan kedai. mereka datang dengan sembunyi-sembunyi, sepertinya mereka ketakutan bila harus diketahui oleh Para Kawanan Nawa Awatara. Sepernanakan nasi kemudian para warga yang dikumpulkan sudah terkumpul, salah satu dari mereka yang tadi diperintahkan segera mendatangi Aram, Ternyata ketika diperhatikan lelaki itu memiliki wajah yang cukup ramah, tubuhnya kering kerontang, sementara jenggot dan kumisnya menjuntai tak terurus. ―Maafkan saya tuan, Seluruh warga desa ini sudah mulai berkumpul..‖ ―Suruh semuanya duduk!‖Perintah Aram lagi. ―Baik tuan‖ Ucap Lelaki itu sambil membalikan tubuhnya, dan berteriak kepada para warga yang pada saat itu sedang bergerombol seperti tawon. ―Para Hadiris sekalian, bapak-bapak-ibu-ibu saudara-saudari sekalian silahkan duduk untuk mendengarkan sedikit petuah dari tuan ini‖ ―was wes wos‖ Suara para warga berdengung dikerumunan itu, meski sedikit menggeruutu namun semuanya menurut juga.
―Sudah tuan!‖ Laki-laki itu berkata lagi. Aram segera menyahut. sambil berdiri lalu melangkah kemuka.
606
―Terimakasih...‖ ―Hadirin sekalian mohon tenang!‖ Aram mengerahkan kekuatan batinnya membuat para penduduk itu menurut juga sebab merasakan aura wibawa yang terpancar dari tubuh pemuda yang berbicara dihadapan mereka. bulu kuduk mereka dibuat berdiri meremang. ―Aku harap kalian dengarkan Ucapanku dengan seksama demi kelangsungan hidup kalian‖ Suara itu bukan keluar dari mulut, dan bukan didengar dengan telinga, melainkan dengan batin. Semua warga saling berpandangan sebab mereka dapat mendengar suara itu ditelinga batin mereka bukan telinga luar. ―Pertama : Mohon bantu kami untuk mengaburkan telinga Para kawanan yang mengaku bernama Nawa Awatara., Kedua : Mohon bantuan kalian untuk bantu kami mengepung markas cabang didesa ini, sekalian kabarkan kepada warga lain bahwa Aku sedang menuju Markas Nawa Awatara pusat. Ketiga tolong kalian buat kabar angin bahwa Aku akan menantang Ketua Nawa Awatara di markasnya sendiri, dan sekarang berada dalam perjalanan‖ Ucap Aram. Para Warga disana terdiam. benar-benar takabur pemuda ini kata mereka dalam hati.
607
―Bila diantara kalian ada yang menanyakan siapakah aku cukup kalian katakan bahwa aku pemilik sandi ―AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH‖.‖ Para hadirin disana terdiam, diwajah mereka muncul seraut wajah terkejut, diantara mereka siapakah yang tak mengenal sandi itu. sandi yang telah membuat keonaran dimana-mana. ―Dan yang terakhir, silahkan kalian maju satu persatu kemari‖ Aram menutup komunikasi batinnya dan memasukan tangannya kedalam jubah. ―Silahkan Kau yang Pertama‖ Aram menunjuk lelaki yang tadi mewakili yang lainnya. tak ada pilihan, lelaki itu segera mendekati Aram dan berdiri dihadapannnya, ―Ambil‖ Aram memberikan sebuah berlian sebesar kepalan tangan bayi kepada lelaki itu. mata lelaki itu terbelalak lebar, seumur hidupnya, baik sebelum maupun sesudah terjadi kekacauan belum pernah melihat berlian sebesar itu. Tanpa diperintahkan apa-apa, Lelaki itu bersujud dikaki Aram. namun sebelum itu terjadi, sebuah tenaga yang maha dahsyat menahan tubuhnya. sehingga lelaki itu tak dapat melanjutkan niatnya itu, ―Tuan‖ mata laki-laki itu tercekat, namun ucapan itu tersela oleh uucapan Aram yang memotong. ―Lekas ambil dan jalankan hidupmu seperti biasanya. lihat masih banyak yang menunggu giliran‖
608
Tak ada pilihan lagi, Lelaki itu segera mengambil berlian itu, ditunjukannya berlian itu pada warga lainnya sambil lalu. Betapa terkejut dan bahagianya para warga sekalian menyadari bahwa itulah maksud dari Disuruhnya mendekati pemuda yang baru mereka kenal itu. Kegiatan itu terus berjalan hingga matahari bertengger diufuk barat dan lembayung Orange kemerahan mulai menggaris. ―Siapakah namamu Anak muda, sehingga kami dapat mendoakan keberkahan hidupmu!‖ Seorang kakek-kakek berjenggot putih berkata kepada Aram. ―Maafkan saya kek, mengenai itu saya belum bisa mengatakannya, tapi orang-orang memanggil saya Pendekar seribu diri‖ Ucap Aram lembut dan penuh hormat. Kakek itu tercengang, dan manggut-manggut ucapnya ― Kau memang pantas mendapat gelar itu anak muda, pertama ku melihatmu, kau begitu angkuh dan sombong, ketika sebelum berbicara, sikapmu begitu tenang dan santai, ketika kau berbicara mengenai hal yang penting, ucapanmu beguitu tegas dan berwibawa, dan ketika terakhir ketika berbicara dengaku ucapanmu begitu sopan dan lembut, kagum...kagumm‖ ―Terimakasuih Kek,‖ Aram tersenyum ramah menambah ketampanan wajahnya. diam-diam seorang anak perempuan yang melihat senyuman itu tergetar hatinya.
609
―Kami Mohon pamit kek, Hong moay, Dinda Lati, Dinda Rismi ayo berangkat‖ Rupanya Aram sudah mengetahui bahwa Melati sudah sadar dari pingsannya, padahal semenjak tadi ia tak melihat kebelakang. ―Kemana Engkoh‖ Manja ucapoan Thian Hong Li. ―Kita bertamu sebentar sekedar mereguk darah saja dirumah sahabat kita hehe‖ Aram tertawa seram sambil berangkat menuju arah barat daya. ―Ayuh‖ Ketiga Kekasihnyapun segera ikut sambil bergelayutan dikedua tangannya. ―Kakek yang tadi bercakap-cakappun diam mematung. ia bergumam ―Pendekar Seribu Diri..... Gelar yang hebat dan tepat‖ Senja mulai merayap mendekati malam. Matahari semakin condong ke ufuk Barat Sinarnya yang lembut kemerahan membias indah menanti datangnya rembulan Seorang pemuda berrambut di kuncir kuda diikat oleh kain berwarna biru, diatas ikatannya menyembul sebuah gagang berukiran harimau, Dilehernya tersampir sebuah kain berwarna coklat menambah ketampanan wajahnya. pakaiannya berwarna biru langit serasi dengan jubahnya.
sementara disampingnya terdapat tiga gadis cantik mengenakan pakaian yang sama yakni berwarna biru laut sebatas dada. Pinggang mereka tampak ramping karena mengenakan celana
610
ketat warna biru laut pula. Pakaian mereka itu dirangkap pakaian jubah warna biru langit yang tak terkancingkan bagian depannya. jubah itu terbuat dari bahan sutera menampakan sikap mewah mereka, leher mereka yang jenjang itu dibelitkan sebuah kain selendang tipis berwarna putih. Mereka berjalan dengan canda dan tawa, menyusuri jalan setapak dalam himpitan pohon jati yang berjejer rapi. ―Kakang... Ternyata itulah yang dinamakan Membagi-bagi gula kepada semut.. hihi‖ Melati tertawa ringan. ―Emch, lalu berkunjung ini temanya apa?‖ celetuk Rismi Laraspati. ―Seteguk darah menyegarkan tenggorokan‖ Thian Hong Li ikut berpartisipasi. ―Bagaimana jikalau ‗Mereguk kenyamanan insan dalam setetes hujan darah‘ ― Aram mengajukan usulnya. ―bagus...bagus..bagus‖ Jawab ketiganya beriringan. Tiba-tiba Thian Hong Li berpekik ―eh lihat itu tandu bukan?‖ Benar saja, darisana terlihat sebuah tandu hitam bergambar piramida berantai di panggul empat orang pria. ―Siapa itu?‖Tiba-tiba seseorang membentak didalam tandu.‘ suara itu meski galak namun tidak dapat menutupi suaranya yang indah.
611
―Emh.... rupanya mereka hendak berpergian kakang‖ kata melati. ―Kami hanya ingin bertamu saja, hanya hendak mereguk setitik darah dari kalian‖ kata Rismi Laraspati polos. Aram menepuk jidatnya, sementara Thian Hong Li dan Melati tersenyum geli, mereka tahu bahwa Rismi Laraspati terlalu polos dan lugu untuk ukuran seorang pendekar wanita. ―Brengsekkk‖ ―Blaaarr‖ marah sekali perempuan dalam tandu itu, jelas ia merasa terhina dengan ucapan Rismi Laraspati barusan. ia bukan orang bodoh, jelas sekali maksud kedatangan keempat tamunya untuk membunuh mereka.
Jlegggg..Perempuan itu mendarat ringan ternyata ia merupakan seorang perempuan cantik namun menor berjubah putih dengan sulaman benang emas membentuk pola hiasan Piramida berantai pada jubahnya. Perempuan berjubah warna putih itu melapisi bagian dalamnya dengan kain berwarna hitam. Perempuan berambut panjang sepinggang. sementara untuk menutupi bagian bawahnya ia mengenakan kain penutup pinggul dari bahan sutera hitam. Kain sutera hitam itu hanya melilit di antara kedua pahanya dan mempunyai tali pengikat di pinggul kanan-kiri. Perempuan cantik bermata jeli dan berbibir sensual berwarna merah terkena polesan gincu itu mempunyai kulit putih mulus dan tubuh sintal itu tak lain adalah Lestari alias Ketua cabang Nawa Awatara di desa itu.
612
―Siapa barusan yang berkata lancang heh..!‖ ―Anu.. eng Saya!‖ Rismi Laraspati tergagap dan melirik Aram yang tersenyumk geli. ―Ini ganjaran untukmu‖ ‗wuss. Perempuan yang bernama lestari itu menyerang Rismi Laraspati yang pada waktu itu sedang salah tingkah. Jika seandainya serangan itu dilakukan beberapa bulan kebelakang, niscaya dengan telak serangan itu akan menggampar pipinya,. namun sekarang rismi bukanlah Rismi laraspati yang belakangan. dengan meliukan dan melakukan berberapa gerak kaki saja serangan itu dapat ia elakan dengan mudah. itulah gerakan Tarian Bidadari darah biru yang pertama yang bernama jurus bidadari kahyangan tersipu malu. lestari alias ketua cabang Nawa Awatara penasaran serangannya yang dilakukan secepat kilat itu dielakan. segera ia kembali menyerang. namun Rismi Laraspati juga enggan bila tubuhnya diserang dengan serangan yang bersinar biru dari Lestari, segera iapun, menggunakan selendangnya dan balas menyerang. ―Hiaaatt‖ ―‖Heppp‖ ―Ctarrr.... Brak‖
613
ketika selendang dan tangan beradu terjadilah bunyi letupan menggeletar, namun serangan rismi laraspati terlalu lunak sehingga selendangnya terpental menghajar tandu yang wktu itu dipanggul oleh pengawal Ketua cabang Nawa awatara. maka tak ampun lagi tandu itu hancur berantakan. kali ini. kemarahan Lestari tak dapat dibendung lagi, dengan ganas ia menyerang rismi Laraspati. jelaslah Rismi Laraspati kelimpungan menghadapi serangan yang bertubi-tubi itu. akhirnya melati segera menawarkan diri untuk membantu. ―Kakang, Rismi terlalu cetek pengalaman bertarungnya. maka izinkanlah aku untuk membantunya dan kakang memberskan yang tersisa.‖ ―Baiklah hati-hati Lati.‖ Aram anggukan kepalanya kepada Thian Hong Li dan dibalas dengan anggukan pula. dengan kecepatan bagai kilat keduanya menyerbu kearah empat pengawal yang tersisa, Mendapat kejutan yang tak terduga itu, Keempat pengawal itu segera mencabut pedangnya, bila saja ketua Nawa Awatara saja dulu berimbang dengan Aram, maka jelaslah keempat pengawal itu bukan lah tandingannya, dengan gerakan laksana kilat Aram menyambar ranting yang dilewatinya dan melemparkan kebagian jalan darah kematian di dua pengawal itu. sementara Thian Hong li lebih memilih memukulkan tangan kosongnya berupa sinar perak kepada dua pengawal yang tersisa.
―Bruuukkkk‖
614
Saking cepatnya serangan keduanya, keempat Pengawal itu segera roboh berdebum berbarengan menjadi satu suara, keduanya tak menghiraukan keempat mayat itu. mereka teruskan lari menuju puncak dimana tadi Tandu itu keluar. ―Engkoh, Bagaimana bila kita menggunakan senjata kecil yang menjadi kenangan untuk kita berdua?‖ ―Eng... boleh saja, hanya apakah engkau sanggup mengendalikannya tanpa ada kejadian seperti dulu?‖ ―Aku bukan yang dulu lagi Engkoh‖ Thian Hong Li tersenyum manis. Keduanya terus berlari hingga mereka sampai dipintu gerbang tebal yang terbuat dari kayu jati. bagian dalam halaman itu tidak terlihat sebab tertutup oleh pagar kayu yang berjejer. Aram segera mencabut kujang kecil bergagang ukiran harimaunya sementara Thian Hong Li mencabut keris bergagang ular, dan dengan serempak keduanya melemparkan senjata itu kependopo halaman diikuti dengan melesatnya tubuh mereka. ―Goaaarrrrrrrr‖ ―Gerrrmmmmm‖
Raungan bak monster bergemuruh memekikan telinga, Para kawanan Anggota Nawa Awatara kaget, segera mereka serabutan keluar, betapa mengkiriknya hati mereka ketika
615
melihat Sesosok Ular besar bersayap dengan empat kaki, dinegri langit, sosok itu lebih dikenal dengan nama Naga. Naga itu tidaklah berkulit melainkan berbentuk hawa keemasan. dengan tanduk tunggal mirip sebilah keris. dan satunya lagi berupa seekor Harimau bertaring putih menyala. tubuh harimau itu besar melebihi harimau biasanya, kira-kira besarnya sebesar Kerbau. cakarnya panjang dan tajam. Harimau itu juga tidak berbentuk harimau sesungguhnya melainkan berbentuk hawa kuning keperakan. ―Apa itu..!‖ ―Makhluk Apa itu..!‖ ―Heh, mati kita‖ Berbagai macam teriakan keluar dari mulut mereka, argumen dan pendapat silih bergantian. Aram yang mendengaritu tersenyum sadis, rupanya kehadiran Aram dan Thian Hong Li. tersamarkan akibat dua binatang mengerikan penjelmaan dari Keris Perasaan dan Kujang kekuatan sejati. ―Goaaarr‖ ―Germmmm‖
Dua binatang itu segera menyerang kawanan Anggota Nawa Awatara yang pada waktu itu sedang berkerumun. Para Kawanan Anggota Nawa Awatara itu sangat terperanjat, dalam terkejut bercampur ngerinya buru-buru Mereka pasang langkah seribu.
616
Kemunculan dua makhluk sakti itu membuat suasana dalam halaman Markas cabang jadi kalut, dalam terkejut dan paniknya masing-masing melompat dan kabur terbirit-birit dari situ. Apa mau dikata ternyata ada beberapa orang pemuda yang masih tertinggal di situ, tampaknya rasa takut dan ngeri yang berlebihan membuat badannya gemetar keras dan tak bisa menggerakan tubuhnya, apalagi ketika harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati mendekatinya. makin panik mereka maka makin kuat mereka tak bisa menggerakan tubuh. Pada saat itulah si harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati menerkam mereka, dengan sekali terkaman dan cakaran, diiringi jeritan ngeri yang menyayat hati, kira-kira lima orang dari mereka bergelimpangan menjadi mayat dibarengi dengan hujan darah.. Rekan-rekan lainnya jadi amat gusar melihat peristiwa tragis itu, karena gusar itu mereka akhirnya dapat menggerkan tubuh mereka yang kaku. sambil membentak serentak mereka lepaskan pukulan dahsyat ke tubuh harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati. Sayang tubuh harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati itu sangat kuat bagaikan baja, bukan saja serangan itu gagal melukainya, malah sebaliknya justru serangan itu malah membalik dan menyerang tubuh mereka sendiri. ―Hupppp....‖ ―Gremmmmm‖
617
Rupanya Aram tak sabar segera ingin menyelesaikan pertarungan, maka dari itu segera iapun meloncat untuk menaiki harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati. bagaikan seorang panglima perang saja Aram menunggangi harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati sambil memukulkan serangan-serangan tangan kosongnya. Sementara itu Thian Hong Li pun ikut meloncat pada punggung Naga penjelmaan Keris Perasaan.. Merasa gembira naga itu berpekik nyaring, tiba-tiba saja Naga itu membalikkan badan sambil menyerang Kawanan Nawa Awatara yang lain, dengan ekornya yang kuat Ular Naga Penjelmaan Keris Perasaan menyapu dahsyat bangunan-bangunan itu hingga hancur berantakan. Para Anggota Nawa Awatara yang berada di halaman dan bangunan serentak mencabut senjatanya karena sudah pasrah dengan keadaan. rupanya seluruh tempat itu sudah dikepung oleh para warga yang sudah dibekali dengan senjata panah, meski panah itu terbuat dari bambu dan talinya terbuat dari rotan tapi, untuk menghadapi ratusan panah jelas hal yang mustahil bagi mereka. dengan tanpa komando lagi, Anggota Nawa Awatara menyerang Dua makhluk yang ditunggangi oleh pemuda pemudi yang masih muda itu.
Serangan yang dilancarkan serentak nampaknya cukup membuat harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati dan Ular Naga Jelmaan Keris Perasaan itu kerepotan, tapi, Tenaga mereka yang tanpa komando itu mana mungkin bisa menangkan kekuatan dua ekor makhluk yang setengah gaib itu? Tidak
618
sampai seperminum teh kemudian, tinggal delapan orang yang selamat dari hisapan makhluk itu. Sambil menjerit ketakutan kedelapan orang Anggota nawa Awatara yang terdiri dari enam laki-laki dan dua perempuan yang masih hidup serentak melarikan diri dari situ. Lagi-lagi naga jelmaan keris perasaan itu pentangkan mulutnya sambil menghisap, alhasil seorang seorang perempuan terhisap ke perut makhluk itu. Di pihak lain, Aram dan tunggangannya, harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati membiarkan saja ketujuh orang itu melarikan diri kearah pintu gerbang dan... ―Wung‖ ―Creeepp‖ ―Argghhhh‖ ―Wah... Kami kelewatan pesta nih...‖ Suara merdu bak burung nuri berkuicau mengomentari. ternyata dia adalah melati adanya. disampingnya juga terdapat seorang perempuan yang mendekap perutnya karena ngeri dan mual. dikarenakan pengalamannya yang cetek, Rismi Laraspati merasa mual juga. beda halnya dengan Melati yang pernah melihat pembantaian manusia di Lembah kematian. Mengapa melati dan Rismi Laraspati berada disana? bagaimana dengan nasib Ketua cabang Nawa Awatara?
619
Ketika Aram dan Thian Hong Li menyerbu kemarkas cabang Nawa Awatara waktu itu Rismi Laraspati sedang terdesak, bukan kemampuan Rismi Laraspati yang cetek, namun Pengalaman lah yang membuat ia kalah. dengan cekatan Melati yang pada waktu itu sudah meminta izin kepada Aram segera merapal jurus yang dapat memanggil barang yang diinginkannya itu. Sringg....‖ Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba ditangan melati telah tergenggam sebatang pedang panjang tanpa sarung. dengan sedikit memutar pedangnya, melati segera melempar pedangnya ―Kelelawar sakti menembus kegelapan‖. itulah salah satu jurus dari kedua gurunya sewaktu ia masih berada dilembah dewa dewi. Mendapat serangan bokongan seperti itu, Tentu saja Lestari alias ketua cabang Nawa Awatara merasa kaget, dengan cepat ia menarik kembali serangannya kepada Rismi Laraspati. Cringgg.....Pedang itu kembali kepada pemiliknya. ―Curang‖ Pekik Lestari Marah. melati tak hiraukan ucapan lestari, segera ia berkata kepada Rismi Laraspati. ―Rismi, Bermainlah seperti biasanya jangan gugup, anggaplah bahwa kita sedang berlatih‖ ―Maaf..!‖ Rismi Laraspati merunduk.
620
―Jangan menunduk, !‖ Trangg.... Melati menangkis kuku dari Lestari. ―Baik!‖ Rupanya Rismi Laraspati sudah bisa mengendalikan dirinya, dengan mengatur langkah kakinya segera ia menyerang dengan selendang putihnya. ―Bukk...‖ ―Ukh‖ dengan telak serangan itu mengenai perut Lestari. betapa geramnya hati lestari diserang secara bergilir begitu. Maka, menyeranglah Lestari dengan pukulan tenaga dalam dari kedua tangannya. jelas sekali bahwa Melati dan Rismi Laraspati tidak mau menjadi korban serangan itu. segera mereka Berjumpalitan ke belakang. Kini, keduanya itu sama-sama pasang kuda-kuda, tangan Melati siap dengan pedang yang melintang didepan wajahnya sedangkan Rismi Laraspati siap dengan selendangnya. Lestari segera ambil sikap menyamping. Kedua kakinya merenggang rendah dengan kedua tangan diangkat setinggi pundak. Matanya tertuju tajam pada masing-masing perempuan yang bersebelahan itu. Tiba-tiba kedua perempuan itu sama-sama memutar tubuh satu putaran dan senjata mereka dihentakkan ke depan dengan keras. dari melati melesatlah sinar biru dari pedangnya sedangkan dari Rismi Laraspati tidak mengeluarkan sinar apa-apa, hanya selendangnya saja yang menyabet kedepan. Wuss...! Wushh...!
621
Duubh...! ―Blaaarrsshh‖ Serangan itu ditahan oleh Lestari dengan menggunakan tenaga dalam dari kedua tangannya. Tetapi, agaknya serangan Melati dan Rismi Laraspati itu lebih besar kekuatannya, sehingga tubuh ramping Lestari terjengkang ke belalang, sejauh dua tombak Brrukk...! Tubuh lestari menabrak pohon sepermelukan orang dewasa hingga tumbang. Napasnya menjadi sesak, matanya sempat mendelik. Namun buru-buru ia mengeraskan semua uratnya dan melesat cepat dengan menggunakan ke dua kakinya. Kini ia sudah kembali berdiri dengan wajah memerah. ―Goaarrr‖ ―geerrmmm‖ Tiba-tiba suara gaoran dan geraman terdengar memekik telinga. "Gila.Apa yang terjadi di markas, sial dua orang teman mereka tidak ada disini, pasti mereka yang bikin ulah!" gumam Lestari. Melati dan Rismi Laraspati hanya tersenyum sinis. "Kak Lati, kali ini ijinkan aku mencari pengalaman !"
622
―Baiklah, hati-hati‖, Melati melangkah mundur beberapa tindak, membiarkan Rismi Laraspati mengasah kemampuannya. namun ia tak melepaskan Rismi Laraspati begitu saja, pedangnya ia genggam erat khawatir apabila terjadi lagi hal yang tak diinginkannya.. ―Mengapa diam saja? apa kau takut bila kau hadapi aku sendirian?‖ Tantang Rismi Laraspati. ―Cihhhh‖ Lestari pun melangkah maju dengan bersiap mengirimkan cakarnya yang runcing kemerahan karena racun. Namun sebelum tangan itu sempat bergerak melancarkan serangannya, Rismi Laraspati berkelebat dengan cepatnya, bagaikan setan disiang bolong . Wusss...! Srettt...! Kain selendang menjerat pergelangan tangan Lestari. Lestari kerahkan tenaganya untuk menarik lepas selendang tersebut, namun apadaya selendang itu melilit tangannya seperti jepitan raksasa. ―Hemmm.... hebat juga permainan selendangnya, jika tak kugunakan tangan lainnya dan tak dapat mempengaruhi emosinya mungkin aku takan dapat mengalahkannya, apalagi masih ada satu lagi temannya.‖ Pikir Lestari.
Pikiran bekerja, tindakan pun berjalan, tangan kiri Lestari berubah menjadi merah, jari jarinya meregang membentuk cakar, dengan sebat ia hendak merobek selendang itu.
623
Geram hati Rismi Laraspati. Maka, ia pun segera menarik selendangnya ke belakang dan melecutkannya dengan kaki menghentak ke tanah satu kali. Wusss...! Duaarr...! Ujung selendang memercikkan api. Suara menggelegar tersentak keluar dari kibasan angin selendang. namun sepertinya Lestari sudah menduga akan hal itu, maka siang-siang ia sudah menghindari serangan itu. bahkan ia balas menyerang dengan melemparkan tusuk kondenya kearah Rismi Laraspati. Tak kalah gesitnya pula, Rismi Laraspati Putar selendangnya seperti kitiran membuat perisai berwarna putih. ―Cusss....‖ Suara logam meleleh terdengar mendesis. rupanya selendang yang digunakan Rismi Larapati sudah dialiri dengan tenaga dalam yang memiliki unsur api. jadi ketika tusuk konde itu mengenai selendangnya maka melelehlah tusuk konde itu. bisa dibayangkan bila yang mengenai selendang itu adalah tangan manusia.
―busyet, ternyata meski gerakannya hanya tarian-tarian saja serangannya tidak kalah ganas dengan serangan cakar mayat ku‖ Gumam Lestari yang kaget dengan kenyataan didepan matanya.
624
―Awas! Dewi Sinta Merayu Rama‖ Pekik Rismi Larapati membuka serangan. Kali ini Lestari tidaklah meremehkan setiap serangan Rismi Larapati. iapun segera membuka jurus andalannya ‗Cakar Mayat‘. Kesepuluh jarinya terpentang seperti cakar, Serangan Rismi Laraspati dan Lestari sangatlah bertolak belakang, bila Gerakan Lestari Ganas dan berbau amis maka berbanding terbalik dengan Rismi Larapati yang ringan, Lincah, Lemah Gemulai dan lembut. serangannya juga menyiarkan bau harum khas gadis. Mereka bertarung dengan ketatnya, puluhan, hingga ratusan jurus. mencapai jurus ke seratus delapan puluh tampaknya Rismi Larapati sudah tak sabar lagi dan menyabetkan selendangnya dengan dahsyat. Wuss... Selendang berputar diudara dan serentak mengurung tubuh Lestari yang kala itu menyilang tangan dimuka dan menariknya sekuat mungkin. ―Breeettss‖ ―Bukkkk‖ Akhhhh‖ ―Jrepppp‖ ―Arggghhhh‖
Ketika Lestari menangkis selendang Rismi Larapati. Rismi Larapati merunduk dan memukulkan lututnya tepat diperut Lestari. tak pelak lagi, tubuh Lestari membungkuk menahan
625
sakit. kebetulan saat itu Lestari membungkuk membelakangi melati, dengan sekali sentakan ringan pada gagang pedangnya, melesatlah pedang itu menembus punggung sampai perut Lestari. mata Lestari mendelik besar, dari mulutnya tersemburlah darah segar. dengan jeritan menyayat tubuhnya ambruk mencium bumi. Rismi Larapati menutup matanya ngeri. ―Ada apa rismi?‖ tanya melati. ―Akh tidak, tidak apa-apa kok!‖ ―Kau Takut?‖ ―Engghh‖ ―Jangan lemah Rismi,ini bukan apa-apa. kekasih kita seribu kali lebih kejam dari aku!‖ ―Aku Tahu... Tapi ia juga adalah lelaki paling lembut yang paling aku kenal‖ ―Aku mengerti. ayo kita susul mereka.‖ ―Baiklah‖
Keduanyapun segera bergerak cepat menyusul kemana tadi Aram pergi. setelah tiba digerbang mereka segera meloncat dan berdiri diatas gerbang Markas cabang Nawa Awatara. setelah menengok kedalam. dirinya disuguhi dengan sebuah tontonan yang menggenaskan, bangunan porak poranda. mayat
626
bergelimpangan. darah menggenang. dan mereka jugga menyaksikan Aram menunggangi Harimau menatap kearah rombongan yang sedang melarikan diri, Selain itu, mereka juga melihat Thian Hong Li menunggangi seekor ular raksasa yang aneh bentuknya sedang membantai anggota Nawa Awatara tanpa ada sedikit emosi apapun di matanya. Melati segera mencabut pedangnya dan melemparkan pedang itu menggunakan jurus kelelawar mencari mangsa. dan dengan telak pedang itu menembus tubuh salah satu dari mereka. Maka kejadiannya seperti yang telah kita jelaskan di bab sebelumnya. *** ―Kalian Mau kemana?‖ Tanya Aram dengan senyuman mengejek. Keenam orang yang tersisa saling berpandangan, wajah mereka sudah pasrah dengan kematian yang ada. ―Lihat.... keenam orang itu, mereka seperti tikus dalam keranda!‖ Teriak salah seorang penduduk yang kebetulamn pada waktu itu sudah mendekati arena pertarungan. ―Cincang mereka!‖ ―Habisi‖
627
―Bakar tubuhnya!‖ Berbagai teriakan penuh kepuasan dari para penduduk yang kala itu ikut menimbrung. ―Gooaaaaaarrrrrrrr‖ ―Gerrrrrmmmhhhhh‖ Dua geraman dahsyat menggoncang tempat itu, para penduduk yang kala itu berteriak-teriak sirna seketika. pucat pias wajah mereka melihat dua makhluk yang bergoar itu. seumur hidupnya mereka kali pertamanya saat itu mereka melihat makhluk seganas dan seaneh itu. tiba-tiba kedua makhluk itu diselimuti dengan kabut tebal. Dan dari kabut tebal yang menipis itu, berjalan lah dua orang berbeda jenis, dialah Aram dan Thian Hong Li adanya. ―Silahkan kalian puas kan diri kalian sendiri, silahkan kalian boleh apakan enam makhluk itu!‖ Teriak Aram sambil meloncat tinggi dan mendarat disamping Rismi Larapati. Thian Hong Li pun tak kalah gesitnya ia meloncat dan mendarat disamping Melati. ―Mari Pergi‖
Wusssstttttt keempatnya menghilang diantara lebatnya hutan rimba dan gelapnya malam, meninggalkan masa yang mengamuk dan melampiaskan dendamnya kepada keenam orang yang dianggap mereka sebagai biang keladi kericuhan
628
dinegri itu. Malam sudah lalu. obor-obor dimarkas cabang nawa awatara yang sudah tinggal puing semakin berkobar apalagi ketika bekas bangunan itu diamuk oleh ganasnya sijago merah. rupanya Para warga enggan bila Para Anggota Nawa Awatara kembali menunjukan taring didesa mereka. Alunan musik dari dedaunan terdengar merdu ditiup seorang pemuda yang kala itu sedang berkuda bersama ketiga gadis di Kaki gunung Kendyaga (Galunggung). Alunan merdu itu terbawa hembusan angin pagi, terus menyelusup ke dalam lembah, dan terpantul dinding tebing membawa keindahan tersendiri bagi yang mendengarnya. Suara merdu itu terus menembus jauh sampai ketelinga dua orang pemuda berbaju kelabu diatas tebing jalan setapak itu. Merasa penasaran, dua pemuda itu segera meloncat menghadang keempat penunggang kuda itu. ―Hieeee‖ Karena kaget keempat kuda itu segera mengangkat kedua kaki depannya, jika tidak dikendalikan oleh seporang akhli tidak mustahil bahwa penunggang kuda itu bakal terlempar jauh oleh tunggangannya sendiri. ―Amuk, Murka Apa yang kalian lakukan.‖ Pemuda yang tak lain adalah Aram itu berteriak jengkel.
629
―Ekh, Akh... Ketua.. Maafkan kami hehe‖ Amuk Samudera mewakili yang lain meminta maaf. sambil cengengesan malu. ―Yasudahlah, hendak kemanakah kalian, bagaimana dengan tugas kalian?‖ ―Beres ketua,‖ ―Baiklah, Engh....‖ Aram berpaling kepada Thian hong Li, lalu Melati dan terakhir Rismi Laraspati, dilihatnya wajah Rismi Laraspati sudah keruh kemerahan, sepertinya ia tidak kuat lagi melaju mengendalikan kudanya. ―Rismi, Naiklah bersamaku‖ Pinta Aram. ―Engh.. ekh Apa?‘‘ Rismi Laraspati tersentak dari lamunannya. ―Naik lah bersama Kakang Aram‖ Bisik Melati yang kebetulan berada disampingnya. ―Ayo‖ Pinta Aram kembali. Dengan Kikuk, Rismi Laraspati turun dari kudanya dan naik melompat kekuda yang ditumpangi Aram. ―Kalian berdua, Naiklah kekuda itu, dan kalian ceritakan mengenai tugas kalian sambil melanjutkan perjalanan‖Titah Aram.
―Baik‖ Sahut mereka serempak dan meloncat kepunggung kuda. Amuk samudera menghela nafas sebentar dan mulai bercerita.
630
―Begini ketua, Ketika kami selesai membagi daerah bersama Ketua angkara dan yang lain, kami berangkat menuju Padepokan Pedang bumi.‖ ***** Padepokan Pedang Bumi terletak di Gunung Kendyaga (Galunggung), diantara bentangan jurang yang curam, bila perguruan Golok Harimau dan Rajawali Emas memiliki padepokan yang tetap, maka Perguruan pedang bumi selalu tinggal bersama dengan alam, selaras dengan Alam. Kenyataan itu ternyata membuahkan hasil, Anggota Nawa Awatara susah sekali menjerat Murid-murid dari perguruan Pedang Bumi. alhasil, mereka hanya dapat menyegel gunung itu tanpa dapat mengekang apalagi menahan Anggotanya. Jurang Agni merupakan suatu jurang curam yang dibawahnya terdapat sungai lahar dari gunung Kendyaga. bau belerang menyengat hidung membuat siapapun merasa sedang berhadapan dengan pusat kawah. Amuk Samudera dan Murka Semesta tampak berjalan menyusuri hutan dengan mulut penuh daging dimulutnya, ―Murka, Kau tahu letak persis dimana keberadaan Murid Perguruan Pedang bumi itu?‖ Amuk samudera berkata setelah menghabiskan daging yang dikunyahnya.
631
―Emch, Tahu Persis sih tidak, aku hanya tahu gambarannya saja. itu juga menurut Ki Ardam yang menuturkannya secara garis besar‖ Tenang ucapan Murka Semesta. ―Gambaran? emch, lalu apakah kau sudah menemukan gambaran itu?‖ ―Sudah..‖ Amuk Samudera hentuikan langkah ―Lalu kita harus kemana sekarang? ―Sekarang Aku tak tahu!‖ ―Tadi kau bilang sudah menemukan gambaran itu? ―Ia, Mengenai itu tadi sudah terlewat, sewaktu kita memanggang ayam hutan, seharusnya kita menuju arah selatan.‖ ―Mengapa kau tak mengatakannya sedari tadi hah...!‖ ―Kau tak bertanya‖ ―Gerrrrr..... hah, jadi perjalanan dua mil kearah tenggara ini menurutmu percuma?‖ ―Aku pikir kau tahu jalannya, jalan yang lebih dekat maka aku diam saja!‖ ―Plakkkkk!‖ Amuk samudera menepuk jidatnya sendiri.
632
―Jadi sekarang kita harus berputar balik?‖ ―Jika kau tak mengetahui jalannya aku rasa itu pilihan yang tepat‖ Murka semesta menjawab sambil membalikan badan dan melesat terbang menggunakan ilmu peringan tubuh, Selaksa rubah menjadi bayangan. tak ada pilihan, Amuk samudera segera mengikuti Murka semesta dan berjalan beriringan. setelah sekian lama, akhirnya sampai juga dimana mereka tadi memanggang Ayam hutan. ―Emch, sekarang kemana?‖ Tanya Amuk Samudera. ―Kesana‖ Murka semesta menunjuk sebuah sungai yang cukup besar dan batu menjulang tinggi. ―Plakkkk‖ Sekali lagi Amuk samudera menepuk jidatnya sendiri. ―Bukankah tadi kita berada disana?‖ tunjuk Amuk samudera menunjuk kearah sungai yang berada diarah tenggara. ―Aku rasa ia‖ ―Gerrr... sialan! HARUSNYA KITA BERJALAN DUA MIL MENUJU BATU ITU TANPA HARUS KEMBALI KEMARI‖ Maki Amuk samudera Jengkel. Tiba-tiba.... ―Aakh, rupanya kalian masih berada disini!‖ Sapa seorang lelaki yang tak lain Ki Ardam adanya.
633
―Ki, Orang ini benar-benar membuatku karatan... kita selama ini terus berputar-putar saja disini.‖ Amuk samudera melampiaskan kesalnya kepada Ki Ardam. ―Hahhaha...... kalau begitu mari aku tunjukan jalannya.― Ki Ardam tertawa sambil melesat menuju arah selatan. tanpa kata Murka Samudera mengikutinya meninggalkan Amuk samudera yang mencak mencak tak keruan. Jengkel sekali perasaan Amuk samudera, dengan menggerutu ia mengikuti keduanya. Ketiganya berlari beriringan, dalam perjalanan mereka juga melihat beberapa orang berpakaian hitam yang tak lain Anggota Nawa Awatara tampak berdiri ataupun berjaga. Murka semesta potes ranting kering dan lemparkan ke Jalan kematian mereka, maka tak pelak lagi tanpa ketahuan nyawa mereka berjatuhan. begitulah, mereka berlari sambil membunuh. sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. begitupula dengan kematian Anggota Nawa Awatara. meski mereka mati tanpa suara akhirnya ketahuan juga. ―Teng..teng‖ Sebuah suara lonceng di pegunungan itu berbunyi tanda bahaya. ―Lihat, gara-gara ulahmu tanda itu dibunyikan.‖ Tuduh Amuk Samudera.
―Engh..... Aku tahu, aku sengaja melakukan itu.‖ Tenang Jawaban Murka Semesta.
634
―Mengapa?‖ ―Supaya aku tak kelimpungan mencari mereka. bila sudah tanda itu dibunyikan aku yakin mereka berkumpul disatu tempat dan aku bakal membunuh mereka serempak.‖ Sederhana sekali pikira Murka semesta, namun dalam keadaan itu benar-benar pikiran yang jitu. sebuah taktik atau siasat sebenarnya bukan teorinya yang hebat melainkan cara menempatkan dan memilih suatu keadaan yang tepat lah maka akan menjadi suatu senjata yang paling ampuh didunia ini. ―Enghh... Kau jenius Murka...‖ Pekik Ki Ardam antusias. Amuk Samudera menghela nafas panjang. ―Ini gila‖ Pikirnya dalam hati.―Kemana kita Ki? Tanyanya. ―Tempat yang dibuat markas darurat....... Kita Sampai‖ Kata Ki Ardam. Amuk Samudera dan Murka Semesta pandangi temmpat itu, hanya hamparan batu saja yang ada di hadapan mata. sementara didepannya sebuah batu besar sebesar kubangan kerbau. Ki Ardam putarkan batu itu kekiri dua kali dan kekanan dua kali. dretttt drettt Brussshhhhh Akhhh...... Pekik Amuk Samudera dan Murka semesta kaget, Ketiganya jatuh tertelan bumi.
―Bukkkk‖ Ukhhh.... Amuk Samudera jatuh dengan tulang ekor membentur batu cadas. sementara Murka Semesta yang memperhatikan cara jatuh Ki Ardam tampak baik-baik saja.
635
―Kau tak apa?‖ Tanya Murka Semesta prihatin dengan keadaan sahabatnya itu ―Apa kau lihat keadaanku baik-baik saja?‖ ―Emch, Kepalamu dan anggota tubuhmumu tidak ada yang berubah, aku yakin kau baik saja,...‖ ―Jadi maksudmu aku harus patah kaki dan tangan baru bisa dibilang tidak baik-baik saja.‖ ―Tidak juga, nyawamu melayang jua bisa dibilang ada apa-apa‖ ―Gerrrrrrrr‖ ―Tiba-tiba‖ ―Siapa Kalian!‖ Bentak seorang pemuda berbaju Hijau polos, sepertinya ia merupakan seorang yang akhli dalam penyamaran dalam hutan. ―Dewa Daun ini aku‖ Jawab Ki Ardam. ―Ketua.....‖ Pemuda yang dipanggil dewa daun terpengarah, segera ia berlutut. ―Bangunlah, kita harus menuju ruang penyangga‖ ―Baik....‖
636
Singkat cerita akhirnya Ki Ardam, Dewa Daun, Amuk samudera, Murka semesta tiba diruang penyangga juga diikuti sekitar seratus orang Murid Perguruan Pedang Bumi. ―Nah, Itulah..., jika kita bisa menggeser batu itu, maka kita bisa ,membunuh mereka tanpa harus membunuh mereka satu persatu.‖ ―Heaa..... Amuk Samudera mendorong batu itu, namun batu itu tidak bergeser juga. ―Jelaslah, dulu batu itu dibuat oleh pendahulu kami sebanyak seribu orang..!‖ Tutur Ki Ardam. ―Kita coba! Heaaaa‖ Murka semesta berkata sambil mengerahkan tenaga dalamnya yang bernama Panca Menjadi Tunggal. ―hehe.... ― Amuk samudera tidak mau ketinggalan, ia kerahkan pula ilmu tenaga dalamnya yang bernama Tunggal menjadi Kosong, ―Dreeetttt...Dreeetttt‖ Perlahan batu itu mulai bergeser. Ki Ardam dan para muridnya tertegun, ki Ardam mantapkan hatinya segera ia memasang Sarung tangan elemennya dan mengerahkan tenaga dalamnya dari kitab Samudera Kematian.
Hawa Panas, Dingin, Perih, nyaman dan sebagainya berseliweran akibat tenaga dalam itu, Dewa daun tak sanggup lagi berada didekat sana, segera ia berlari kebelakang, Murid perguruan pedang bumi lainnya segera mengikuti.
637
―Drett...drettttt bruss..... Argggghh‖ Suara batu bergerak kemudian jatuh kedalam lautan kawah digunung itu. sementara itu diatas tempat itu, Para Anggota Nawa Awatara sedang mengadakan rapat mengenai pembunuhan dibawah bukit tadi. dan tiba-tiba tanah disekeliling mereka bergetar, dan tak ampun lagi mereka ambruk dan tertelan kedalam tanah. berbagai jeritan kagety bersahutan, perempuan, Laki-laki tua muda menjerit. mereka jatuh kedalam ganasnya Kawah panas. Ki Ardam tersenyum puas. ―Ternyata ini rencana kalian!‖ kata Amuk samudera jengkel. **** ―Nah, begitulah kejadiannya ketua, dalam tugasku kali ini malah jadi bulan-bulanan mereka berdua, aku benar-benar bisa mati karena jengkel‖ Amuk samudera bercerita dengan jenaka membuat Aram dan yang lainnya tertawa geli. ―Akhirnya Ki Ardam hidup berbahagia dengan para muridnya Tamat‖ Tambah Murka semesta. ―Hihi. .... sepertinya kang Murka pintar mendongeng, ceritakan dongeng buat aku dong kang!‖ Rismi Laraspati berkata polos. ―Baiklah, Tuan Putri. Pada Zaman dahulu kala, didunia ini belum ada tumbuhan, belum ada hewan, belum ada sungai, belum ada manusia dan belum ada yang bisa diceritakan. Tamat.‖ Tenang ucapan Murka semesta seakan itu merupakan hal yang sepele.
―hahahaha...‖
638
Gelak tawa bersahut-sahutan disekeliling mereka, tanpa ada beban seolah mereka sedang bertamasya. gema suaranya begitu empuk ditelinga siapapun Pagi baru saja menyingsing. Matahari masih enggan menampakkan dirinya. Hanya rona merah jingga yang membias dari balik gunung sebelah Timur. Namun di pagi yang masih tertutup kabut itu terlihat Suatu rombongan berjumlah enam orang berkuda berpacu cepat meninggalkan debu yang mengepul di udara. Dilihat dari ciri-cirinya, enam orang berkuda itu bisa dikenali siapakah gerangan. Mereka adalah Rombongan Aram dan kawan-kawan. Tampak mereka memacu kudanya secara beriringan. Gunung Kendyaga sudah jauh di belakang mereka, saat ini mereka sedang berada di hutan kastubamani. dinamakan kastubamani sebab disana memang sering ditemukan permata-permata yang terkubur. tak heran sebab disana memang bekas reruntuhan Kerajaan Raharja. sebuah kerajaan yang paling mewah pada masanya. dalam kesunyian itu terdengar kicauan burung perkutut mengusik kebisuan mereka ―Ketua, mengapa kita harus berputar kesana kemari bila memang tujuan kita adalah Pulau Borneo?‖ Amuk Samudera berkata lirih heran. ― Hem, kau ini benar-benar tidak tahu ataukah memang pura-pura tidak tahu?‖ Murka semesta mendengus. mewakili Aram.
―Memangnya kau tahu mengapa kita terus berputar ?‖
639
―Dasar otak Bebal, Kita sedang menunggu kedatangan teman kita yang lain untuk berangkat ke Pulau setan-setan itu, dengan berputar-putar kita dapat menunggu kedatangan mereka sekaligus....‖ ―Sekaligus!?‖ ―Para Anggota Nawa Awatara lebih pintar daripada kau! jika memang kau ingin tahu, carilah jawaban sendiri― ― Emch, Apa sih susahnya mengatakan‖ Rutuk Amuk Samudera. ―Katakan sih mudah, tapi menjaga ucapan dari telinga kucing sangatlah sulit, bukankah begitu Cempaka, Kasturika?‖ ucap Murka semesta lirih entah ditujukan kepada siapa. ―hihihi... benar-benar sekali‖ Dari atas pohon melesatlah dua bayangan bertubuh langsing dengan indahnya,
Gadis pertama memakai pakaian dalam berwarna merah muda. dibalut jubah panjang berwarna merah ati. jubah itu terlihat begitu ketat, memperlihatkan lelukan tubuh gadis itu, jubahnya panjang sampai sebatas lutut. gadis itu tidak mengenakan celana pangsi seperti layaknya seorang pendekar wanita. dibalik jubah ketatnya, Gadis itu tidak terlihat memakai apa-apa. Rambutnya tergerai lurus sepunggung menambah kecantikannya., sedang yang satunya lagi adalah seorang gadis cantik berpakaian dalam Hitam berjubah sama dengan gadis pertama, hanya saja, gadis yang satu ini memakai celana panjang yang selazimnya dipakai oleh seorang laki-laki, gadis
640
pertama ternyata adalah Cempaka lalu gadis yang kedua adalah Kasturika si Dewi Damai Buana. ―Rupanya kau sudah tahu bahwa aku dan Cempaka sedari tadi mengikuti kalian hihi‖ Kasturika yang bernama arti tertawa ringan. ―Bagaimana dengan tugasmu Teh?‖ Thian Hong Li yang sudah kerasan memanggil dengan panggilan bahasa sunda itu bertanya sambil meloncat ke punggung kuda yang ditumpangi melati. rupanya Cempaka dan Kasturika paham dengan sikap Thian Hong li, buru-buru mereka menunggangi kuda bekas tunggangan Thian Hong Li. ―Sudah beres, kami tidak membantu apa-apa dalam rumah tangga perguruan teratai putih, sebab mereka sudah bertindak duluan dengan menenggelamkan padepokan mereka. jadi, kami beralih dengan membantu Para Anggoota kita untuk masuk kedalam tubuh Nawa Awatara.‖ ―Oh, begitu..... lalu, apakah Bangunan Perguruan teratai putih sudah tinggal kenangan?‖ Melati bertanya polos. ―Hihi, Tidak... bangunan mereka baik-baik saja, sebab dalam padepokan mereka sudah dipasangi dengan perkakas rahasia, kau tahu? Pusat Padepokan Teratai Putih sebenarnya ada di Dasar danau Kali Lotus.!‖
―Wah,.... hebat juga jikalau begitu, lain kali aku jadi ingin berkunjung kesana!‖ Cerocos Rismi Laraspati.
641
―Ada pesan dari Sipengabar Langit?‘‘ Aram bertanya Spontan. wajah tampannya menatap lekat-lekat cempaka. ―Mengapa ketua bertanya padaku!‖ Meski berkata seperti itu, dalam hatinya ia merasa kagum dengan sikap ketuanya itu, ia heran darimanakah Sumbernya hingga Aram dapat mengetahui bahwa Sipengabar Langit akan mengirimkan kabar melalui dirinya. ―Aku yakin dalam hatimu kau sudah mengerti alasanku sepenuhnya‖ Aram berkata sambil tersenyum, ia julurkan tangannya kedepan. Cempaka masukan tangannya kebalik baju dalam di belahan dadanya. dari situlah ia mengeluarkan sehelai kain putih. dan menyerahkannya kepada Aram. Aram segera tenggelam dalam surat itu, sebab surat itu terdiri dari kata yang tersusun oleh sandi. Aram tersenyum puas, segera ia kerahkan tenaga dalam Panca Menjadi Tunggal yang memiliki hawa panas. bau benda terbakar menyeruak hidung, sekejap saja kain itu telah berubah menjadi serpihan abu yang berterbangan. ―Kakang, Apa isininya.?‖ Rismi Larasparti berbisik. ―Kau akan tahu nanti.‖ Jawab Aram sambil mengepruk kudanya. sebentar saja hutan itu terlewati, maka terbentanglah sebuah safana yang syarat akan keindahan.
―Sepertinya kedatangan kita disambut dengan meriah...!‖ Gumam Cempaka.
642
―Emhhhhh.... Tidak, Penyambut kita semua sudah menjadi mayat‖ Tanggap Aram. ―Siapa yang melakukannya.‖ ―Sepertinya keenam orang itu dapat menjelaskan!‖ Jawab Aram sambil menatap lurus kedepan, dari arah depan itu memang berjalanlah enam sosok manusia berjalan lenggang kanggkung menenteng pedang. ―Angkara, Yumi, Huru Hara, Luyu, Ryusuke Jelita.....‖ ―Hormat ketua!‖ Serempak keenam orang itu menbungkukan badan,. ―Bangunlah, bagaimana tugas kalian?‖ Pertama yang menuturkan adalah Angkara dan Yumi. kemudian Huru hara dan Luyu Manggala, untuk terakhir yang bercerita adalah Ryusuke dan Jelita Indria. *** Padepokan Bintang Kemukus berada di gunung Sungging (sekarang Sumbing) tepat berada di puncaknya. Gunung sungging merupakan gunung yang kaya akan keindahannya, pada waktu itu langit tampak mendung, sepertinya akan turun hujan. dalam cuaca seperti itu ternyata ada sebuah pertarungan yang cukup seru, denting pedangnya bergema dipantulkan dinding-dinding jurang dan cadas.
643
Dan Lucunya, pertarungan itu juga ditonton oleh dua orang muda-mudi berpakaian hijau, Warna hijau mereka itu ternyata membantu mereka untuk menyembunyikan diri tanpa disadari oleh lawan. ―Apa kita akan turun tangan sekarang?‖ Tanya Gadis berbaju hijau, dan lelaki disampingnyapun menjawab. ―Ki Madya bilang kita jangan sembarangan mencampuri urusan rumah tangga mereka. sebaiknya kita bantu bila keadaan Murid Perguruan bintang kemukus sedang dalam kritis saja‖ ―Baiklah jikalau begitu.‖ begitulah mereka terus bercakap-cakap dengan kesiagaan yang cukup serius, mereka tak lain adalah Ryusuke dan Jelita Indria adanya. Sementara itu dalam pertarungan tampak Ki Madya sedang kelimpungan melawan Seorang Anggota Nawa Awatara yang bersenjatakan gada. ―Ki Madya, tak kusangka kau bisa lolos dari jeratan kami bahkan memiliki ilmu baru yang kau kuasai. namun jangan harap dapat mengalahkanku‖ ―Pancawali jangan takebur kau, ketahuilah bahwa ilmu dari Kitab Tanah Inti Bumi ini belum menunjukan kemampuannya. dan jangan harap dapat melihatnya lagi, sebab di purnama ini juga kalian para setan kelayaban Nawa Awatara akan musnah akibat perbuatan kalian sendiri ‖
644
―Serahkan Jiwamu!‖ tanpa banyak cakap, Gadanya terangkat terus membacok dari depan, sejak angkat nama di kancah rimba hijau, Pancawali mengandalkan tenaganya yang besar, gadanya yang besar dan kuat ditambah kekuatan latihan tenaga pergelangan tangannya selama puluhan tahun, jurus serangan gadanya begitu menggiriskan telinga. Jurusnya yang disebut Gada pelumatpolo benar-benar dahsyat, angin berkesiuran laksana tawon pindah sarang. Ki Madya tersenyum mengejek. tangannya yang sudah memakai sarung tangan elemen diangkat dan sedikit digentak, maka terdengarlah suara ―bukkkk‖ yang tidak begitu keras, bacokan Gada Pancawali yang membawa tenaga laksaan kati itu dengan mudah dipecahkan, Hati Pancawali merasa takjup sekaligus tercengang, ia heran sekali mengapa tangan Ki Madya begitu keras, serunya sambil tertawa keras, ―Tak heran kau berani mengagulkan diri, tenaga dalammu cukup kuat juga!. Awas, Serangan kedua‖ Seiring dengan bentakannya Gada besar di tangannya sudah membabat pergi datang bolak-balik, bayangan gadanya berkesiuran tajam, setiap jurus pasti mengarah tempat-tempat penting mematikan di seluruh tubuh Ki Madya.
Meski bentuk tubuh Ki Madya terkurung rapat di dalam kesiuran Gada besar Pancawali, tetapi sikapnya masih tenang, dengan menyambut atau menyampok dan menindih serangan itu menggunakan telapak tangannya, dengan tanpa gentar ia dapat memunahkan setiap rangsakan dari Pancawali.
645
Dalam pada itu, pertempuran di tengah gelanggang sudah mencapai puncak yang tidak terkendalikan lagi, semakin bertempur Pancawali semakin bernapsu merangsak dan menggempur dengan berbagai tipu jurus yang ganas dan licik, setiap jurusnya mengandung perubahan yang lihay dan sulit diselami, semua menjurus ke tempat mematikan di tubuh lawannya. Mendapat serangan seperti itu, akibatnya ia menjadi gugup, dengan kelimpungan ia mainkan jurus-jurus dari Perguruan bintang kemukus dan aliran tenaga dalam inti bumi. Setelah sekian jurus dikeluarkan Karuan Pancawali dibuat panas hatinya, cepat ia naikan tempo serangannya. seratus jurus dilampaui. Samar-samar sudah kelihatan Ki Madya mulai payah, sebaliknya Pancawali juga tida meraih keuntungan Nafasnya tampak memburu. ―Blaarrrrr‖ Klontraannnngg.! ―Hoek..! Hoek...!‖ Keduanya tergetar mundur, Gada besar milik Pancawali melesat jauh. terkena ledakan tenaga dalam itu, Keduanya pun tampak terhuyung-huyung dan muntah darah.
Bersamaan itu pula disekeliling mereka tampak mayat kedua belah pihak sudah bertumpuk, keadaan Perguruan bintang kemukus sudah berada diujung tanduk. saat itulah tiba-tiba
646
serentetan senjata logam berbentuk bintang berseliweran diudara, Crassss...crassss....crekkk Akghhhhh‖ Sekejap saja, Anggota Nawa Awatara tampak bergelimpangan hingga menyisakan dua orang lagi, Orang yang bertarung dengan Ki Madya dan satunya lagi adalah seorang kakek berjenggot merah. kakek itu memiliki wajah yang tirus dan mata sipit, dalam dunia persilatan ia dikenal dengan Orang tua berjanggut merah. ―Siapa itu!‖ Geramnya marah, suaranya serak dan suaranya mengceletar sadis. Murid perguruan Bintang kemukus kelihatan saling tergeletak pingsan. dari telinga mereka keluar darah. Sementara Yumi dan Ryusuke kelihatan sama sekali tak terpengaruh. ―Hey jenggot merah, jangan marah-marah terus, kau sudah tua... bila kau marah-marah terus kau bisa modar nanti!‖ Jelita Indria tertawa tawa ringan. Jleggg...! dihadapan Orang tua berjenggot merah munculah seorang gadis cantik berwajah manis tersenyum manis. Pakaiannya serba hijau. ―Akh..ugghh!‖ Kakek itu tergagap melihat wajah secantik itu. Dilain pihak, Ryusuke juga tampak berdiri disamping Ki Madya sambil meletakan tangannya di pundak. Sekejap saja luka yang dialami ki madya segera sembuh, rupanya Ryusuke juga menyalurkan tenaga dalamnya seiring pegangannya.
647
―Kau tak apa-apa ki?‖Ryusuke menyapa. Ki Madya mengangguk pelan, ―Maaf ki, aku tidak kuat menahan bila melihat Murid Aki bergelimpangan begitu saja,‖ Ki Madya palingkan wajahnya, betapa pilunya melihat beberapa muridnya bergelimpangan dan beberapa orang sedang ditolong oleh para murid utama yang memiliki kemampuan lebih. ―Silahkan aki menolong mereka, biarkan saya yang menyelesaikan urusan disini.‖ Ryusuke berkata sambil mencabut pedang panjang dipunggungnya, Rupanya Serangka dan Gagang pedang itu serasi dengan bajunya, sehingga pedang itu keberadaannya tersamarkan. ―Sringg‖ ―Siapa Kau Anak muda! apakah kau tahu siapakah yang sedang berhadapan denganmu? Si Tua bangka Madya juga belum dapat membunuhku apalagi dirimu yang hanya seorang bocah bau kencur‖ ―Haha.... Kita Lihat saja nanti Kisanak, barangkali nyawamulah yang duluan melayang!‖ Tampak Pancawali memasang kuda-kuda, lengannya sampai sebatas siku berubah menjadi hitam legam, bau anyir merebak kemana-mana.
―Ajian Inti Bisa!‖ Ucap Ryusuke tanpa sadar, ia pernah melihat cara bagaimana untuk menguasai ilmu hitam itu dikumpulan ilmu dalam perpustakaan dalam markas Bendera Awan Langit.
648
―Hebat kau anak muda, sekali lihat saja kau dapat mengetahui ilmuku ini!‖ ―Laknat..... Kau keji sekali kisanak sampai membunuh bayi dalam kandungan!‖ Pekik Ryusuke. Seiring dengan bentakannya tubuhnya condong kedepan dan mulai membabatkan pedangnya, Pedang melawan Pukulan. ―Craaassshhh... Bukkk! ―Hoekkk...ughhh!‖ Hebat sekali, dalam sekali gebrakan saja mereka sudah beradu kekerasan, dengan kecepatan laksana kilat Ryusuke menggunakan tipu Matahari terbit malam gelap. serangannya itu sekilas terlihat sederhana, tapi begitu bergerak serangannya cepat bagaikan kilat. Tangan Kiri yang kosong ia sabetkan menuju mata Pancawali, rupanya pancawali terkecoh, segera ia tahan serangan itu, merasa tipunya berhasil Ryusuke juga sabetkan pedangnya dengan cepat, tapi itu semua harus dibayar dengan mahal. sebuah tinju dengan telak menghajar ulu hatinya, keadaan Pancawali juga tidak menguntungkan, dari dada kiri sampai pundaknya terasa perih bukan main. darah mengucur deras darisana. ―Ganas juga racunnya!‖ pikir Ryusuke sambil menelan pil penawar racun.
649
―Serangannya terlalu cepat, sedikit meleng saja jiwaku melayang, aku salah terlalu menganggapnya remeh, namun kurasa racun ku cukup untuk membunuh dirinya!‖ batin Pancawali sambil mendekap erat dadanya. ―Awas serangan kedua!‖ Ryusuke berteriak mengguntur sambil memutar pedangnya dengan dahsyat, itulah jurus Matahari berotasi. Pancawali kerahkan tenaga sampai dua belas bagian. warna hitam dipergelangan tangannya semakin kentara, dalam hitungan detik keduanya kembali bergumul seru. Dilain tempat, tampaknya Jelita Indria dan Orangtua berjenggot merah juga sudah terlibat pertarungan, serangan jelita Indria sangat lemah dan gemulai, namun pedangnya selalu menyambar ganas. sedangkan Orangtua berjenggot merah menangkis dan balas menyerang menggunakan trisulanya, ―Trang..trangg!‘ Dentingan dua logam beradu terdengar nyaring, tapi bisa dilihat bahwa Jelita Indria memegang pertarungan itu, rupanya Orang Tua berjenggot merah sangat tergiur dan tergoda dengan setiap gerakan gemulai dan tubuh indah jelita Indria. sehingga setiap jurusnya tidak kleluar dengan maksimal. Dan.... Jrusss... Brukkk!
Nyawa Orang Tua berjenggot merah melayang meninggalkan raganya. ketika Jelita Indria menggunakan jurusnya yaitu Tarian Merak putih, dadanya yang membusung indah itu berhadapan
650
tepat dengan wajah Orang Tua berjenggot merah. sementara kedua tangannya teracung keatas dalam posisi badan melengkung, pahanya yang indah sempat terlihat ketika Jelita indria mencongkel pedangnya yang terlempar keatas, bau harum khas wanita pun tercium jelas dihidung Orang Tua berjenggot merah sehingga gairahnya memuncak. Dalam keterlenaan itu, Orang Tua berjenggot merah tak sadar bahwa pedang yang tercongkel itu dikendalikan menggunakan kakinya hingga menembus tubuh tuanya itu. tanpa kata Orang Tua berjenggot merahpun tertidur untuk selamanya. Setelah mencapai jurus yang ke enam puluh delapan tampak bahwa Ryusuke juga sudah berada disaat mencapai puncaknya, tangan kirinya yang kosong bergeliatan diantara celah kosong hingga akhirnya dapat mengenai jalan darah tidur ditubuh pancawali. Pancawali terkejut namun ia tak dapat berbuat apa-apa, tubuh kekarnya jatuh menggelosor dan ketika belum mencapai tanah kepalanya telah lepas duluan terkena sabetan pedang panjang Ryusuke. ***** ―Begitulah ketua!‖ Ryusuke dan Jelita Indria mengakhiri kisahnya. Semua orang disitu tersenyum lega, akhirnya Aram berkata memecah keheningan. ―Lalu, ada kejadian apalagi? tampaknya kalian menyimpan ganjalan.‖
651
―Eng, sebenarnya kami telah membunuh lima manusia ular pencabut nyawa. padahal seharusnya ketualah yang harus melakukan itu‖ ―Dimana kalian menemukan mereka?‖ ―Kami bertemu dijalan, ternyata mereka sudah bergabung dengan Nawa Awatara. kami sudah mendengar dari Sipengabar Langit kalau‖ ―Syukurlah jikalau begitu,! tak usah kau risaukan mengenai urusan itu saudaraku. aku ucapkat terimakasih. Ada yang kalian ingin tanyakan lagi?‖ ―Ada!, bagaimana dengan Datuk-datuk persilatan juga anggota kita yang sedang berada dimarkas?‖ Angkara bertanya lirih. ―Semuanya sudah bergerak.......................! Pada waktu itu, aku duduk melamun didekat air terjun sebab merasakan firasat yang tak enak. ku perintahkan salah satu anggota yang bernama sangkoro untuk mengumpulkan semua anggota........‖ ―Tik....Tik...Tik..!‖ Suara Air yang jatuh dari ketinggian mengiringi bagai musik yang berdentang seperti irama lagu, ―Ketua,...!‖ sapa seorang pemuda berpakaian hitam, Rambutnya gondrong sebatas bahu. ―Ya, Ada apa Sangkoro?‖
―Emch. Semuanya sudah berkumpul..!‖
652
―Baik... Antarkan aku kesana!‖ Keduanyapun segera pergi kesebuah tempat lapang didekat batu cadas berwarna hitam selaras dengan keadaan langit disana yang sedang biru-birunya. keadaan disana tampak ramai dengan obrolan-obrolan kecil sesama anggota, namun ketika datang Aram semuanya berubah menjadi hening. Sima atau wibawa ketuanya memang sudah mereka kenal sejak pertama kali bergabung, ―Bagaimana keadaan kalian saat ini saudara-saudariku?‖ ―Yehaaaa‖ Teriak mereka serempak. ―Ada beberapa hal mengapa kita saat ini berkumpul, apakah kalian sudah siap menjadi seorang pembunuh Angkara murka?‖ ―Siaaappp! Heaaaaa Hidup Kesejahteraan.... hidup Bendera awan langit!‖ Jawab mereka serempak. ―Bagus, mulai besok kalian aku tugaskan berpesta darah, silahkan kalian membunuh ataupun menyusup diantara mereka, Aku beri kebebasan untuk kalian, terserah kalian mau melakukan apapun tapi satu hal jangan lupakan tujuan utama kita dan tepat pada saat purnama menunjukan jati dirinya, maka saat itulah kita bergerak ada yang ditanyakan lagi‖ Semuanya tampak diam, Wajah mereka dipenuhi dengan senyuman aneh, saat ini mereka adalah macan yang terkekang. bisa dibayangkan jika mereka sudah bebas nanti, entah akan berapa tetes darah yang akan tertumpah
653
―Silahkan kalian berbenah dan menyiapkan diri, besok pagi aku enggan bila melihat satupun diantara kalian berada disini. Paham‖ ―Heaaaaa Hidup Kesejahteraan.... hidup Bendera awan langit‖ ―Bagus, jikalau begitu aku akan pergi sebentar!‖ Ucapan tinggal ucapan sementara jiwa dan raganya entah berada dimana sekarang, suara itu menggaung gaung penuh gelora, seperinya Aura kematian yang dikuasainya sudah mencapai kesempurnaan, sehingga meski orangnya sudah tak ada namun auranya masih menyergap setiap orang yang ada disana. Mereka tidak protes karena mereka dikumpulkan dan ketuanya hanya mengucap beberapa patah kata saja, mereka tahu. itulah gaya memimpinnya, singkat padat dan jelas. Jauh dari tempat itu, Aram sedang berlari dengan cepatnya menuju sebuah pondokan di Pulau yang bernama Anglep. ―BLAARRRR......!‖ Pintu pondok itu jebol.
―Nek...!‖ Aram berlari dengan mata berkaca-kaca. tubuhnya gontai seketika ketika melihat sesosok prempuan paruh baya terbaring pucat di sebuah pembaringan yang sedang dikelilingi oleh beberapa wajah yang tak asing dimatanya. Sipemabuk Dari Selatan, Ki Asmaradanu alias Sisinting dari Timur, Ki Jalak alias pendekar burung jalak dan Nyi Renjani alias bidadari penakluk naga.
654
―Nek!Tidak... Jangan tinggalkan aku!‖ Mulutnya mengeluarkan jeritan lantas menubruk tubuh kaku Nyi Permata Dewi alias Dewi Pemanah Asmara. Aram memandang sekian lamanya wajah pucat Nyi Permata Dewi, hatinya pilu sekali, air matanya mengalir bercucuran. Ki Asmaradanu menepuk pundak Anak angkatnya itu, ―Nak, Sabarlah.... segala sesuatu pasti ada hikmahnya‖ ―Ayah‖ Aram sandarkan tubuhnya, bagaimana kejadiannya?‖ ―Hemmm‖ Ki Asmaradanu menghela nafas sebentar. ―Nenekmu mempelajari ilmu yang disebut dengan Asmara Jaya Sukma, Meski hebat ilmu itu selalu membangkitkan hawa kewanitaannya akan kehangatan, merasa tak tahan Nenekmu berusaha untuk menghilangkan ilmunya itu. padahal ilmu itu sudah menjadi darah dan dagingnya, Ayah tak tahu kejadian selanjutnya sebab ayah dan guru dan yang lainnya sedang adu tanding di lapangan. dan ketika ayah kemari Nenekmu sudah menggeletak tak bernyawa, nah itulah pesan terakhir nenekmu!‖ Ki Asmaradanu menunjuk lantai. dilantai itulah tergores sebuah tulisan yang terbuat dari goresan tangan. ―Hapus Angkara murka, Bebaskan Keadilan.‖ ―Baik.... baik nek! itu pasti‖ Aram bergumam sendiri. lalu ia berkata dengan mengambang.
―Lalu apa yang akan dilakukan sekarang oleh ayah? Ananda mohon pamit, Ananda hendak pergi kedunia ramai lagi.‖
655
―Begitu pula dengan kami Anakku.‖ ―Mari Ayah, kita kuburkan Jenazah Nenek!‖ Aram pun segera mengkonsentrasikan tenaga dalamnya kelengan. Tubuhnya berjongkok sementara tangannya memegang lantai seakan hendak merobeknya. ―Heaaaaaaa‖ Pekiknya dahsyat, tanah bergetar dan luar biasa sekali, tanah itu secara aneh menyibak, mengikuti teriakan dan tarikannya. meninggalkan bekas berlobang selebar empat tombak persegi. ―Luar biasa!‖ Gumam Ki Jalak dan Nyi renjani berbarengan. Kemudian dengan sangat hati-hati sekali Aram Membopong tubuh Nyi Melati dan memindahkannya kedalam yang dibuatnya tadi. kemudian ia timbuni lagi dengan mengurug sisi-sisi lobang itu, hingga merupakan sebuah makam, selanjutnya ia mencongkel kembali lantai yang berisi tulisan pesan terakhir Nyi Permata Dewi yang kebetulan berada dalam batu cadas. dan dijadikannya batu nisan, Setelah semua selesai Aram berlutut dihadapan makam itu, ia tampak berkemik-kemik sepertinya ia berdoa. ―Kek, Aku tunggu kakek Pada saat Purnama bersinar dengan indahnya...!‖ ***
―Begitulah‖ Aram menunduk sedih setelah menuturekan ceritanya.
656
―Jadi, Nyi Permata Dewi sudah duluan meninggalkan kita!‖ Angkara dan yang lain juga tertunduk sedih. ―Sudahlah, bila kita terlarut dalam kesedihan maka kita akan terlambat. besok malam adalah ‗harinya‘, sebaiknya kita bergegas lagipula Semua sudah berkumpul, saatnya kita menggempur Angkara Murka‖ ―Heaaaaa Hidup Kesejahteraan.... hidup Bendera awan langit.‖ DESA JATIWANGI yang biasanya selalu ramai dengan kesibukan dan canda tawa, kini nampak sunyi. Para pedagang tampak berseliweran dengan wajah murung diwajah mereka. Sementara pedagang lain yang tinggal pun, sudah berkemas pula hendak pulang. Jalan-jalan terlihat lengang dan sunyi. Kalaupun ada yang lewat, hanya satu atau dua orang saja. Itu pun terlihat tergesa-gesa, Intinya para penduduknya telah meninggalkan tempat itu. mengapa? tak ada yang tahu. Menjelang senja, Jendela dan pintu rumah tertutup rapat-rapat, Suasana desa itu tidak begitu jauh dengan sebuah pekuburan, sunyi dan mencekam. Rasanya seperti desa mati! kecuali sebuah rumah yang paling mewah ditempat itu. tampak lelaki dan perempuan berseragam hitam menjaga tempat itu.
Kesunyian yang mencekam itu tiba-tiba saja dipecahkan oleh derap serombongan kuda dan kaki. Suaranya seolah-olah bergema ke seluruh penjuru desa. Rombongan yang berjumlah kurang lebih empat belas orang itu, rata-rata berwajah Tampan dan cantik. Mereka dipimpin oleh seorang Pemuda berkuncir kuda diikat oleh kain berwarna biru, diatas ikatannya menyembul
657
sebuah gagang berukiran harimau, Dilehernya tersampir sebuah kain berwarna coklat menambah ketampanan wajahnya. pakaiannya berwarna biru langit serasi dengan jubahnya. Dia adalah Aram adanya. ―Kita Sudah Sampai kawan-kawan‖ Aram hentikan laju kudanya. ―Apa yang akan kita lakukan disini?‖ Murka Semesta bertanya keheranan. ―Jagal‖ ―Heh, maksud anda ketua?‖ ―Kau tahu pesan apa yang terkandung dalam surat yang diberikan oleh Sipengabar Langit?‖ ―Tidak ketua, Emang apa?‖ ―Sang Raja dari segala raja persiapkan segala sesuatunya, namun sang penghasut tidak pernah membiarkan itu. di hancurkannnya tiang-tiang penyangga itu. Sang Raja memang pintar, namun si penghasut lebih pintar,. sang raja akhirnya memberikan tahu akan sebuah rahasia. rahasia tentang benih yang tertanam dalam sembilan rahim. dan sembilan rahim itu di selundupkan di sebuah desa, desa yang dipenuhi pohon jati yang menebarkan harum...... ‖ ―Apakah kita tega membunuh benih yang sedang dikandung?‖ Angkara bertanya ragu.
658
―Itulah yang sedang aku pikirkan‖ ―ketua!‖ Seorang Gadis memakai pakaian dalam berwarna merah muda dibalut jubah panjang berwarna merah ati Berkata dengan tatapan matap. ―Ya, Cempaka ada apakah?‖ ―Biar aku yang melakukannya.‖ ―Tapi,‖ ―Jangan Khawatir ketua, aku sudah berpengalaman dalam hal ini, dosaku sudah bertumpuk begitu banyaknya. terlanjur, meski aku sudah sedikit sadar, namun tak apalah demi kesejahteraan umat manusia.‖ ―Dosa? dosa apakah?‖ ―dulu, aku pernah mengandung sebanyak delapan kali. dan aku sudah membunuh mereka semuanya dalam kandungan.huhu‖ Cempaka menangis tersedu-sedu. ―Hi....‖ ―Apa? ―Heh?‖
659
―Hiyy‖ Berbagai macam ekpresi terkejut terlontar dari sekeliling Cempaka, namun hanya Aram yang tidak berkata apa-apa. dengan sigap ia meloncat dan memegang kedua pundak Cempaka, lalu menatap wajahnya yang berkaca-kaca. ―Baik, jika itu memang keputusanmu, namun satuhal, yang harus kau ingat, kau harus bertahan hidup, perjuangan kita belum selesai. Kembalilah secara utuh!‖ tatapan mata aram yang bermata rajawali itu sangat tajam, namun begitu menenangkan, tak sadar Cempaka mengangguk ringan. ―Baik, semuanya, mari kita bergerak.‖ +++++ ―berhenti, Siapa Kau Kisanak?‖ terdengar bentakan melengking, nampaknya dia adalah pemimpin penjaga ditempat itu, ―Namaku ini, Murka Semesta, dan siapa pula kisanak? Merasa dipermainkan, Penjaga itu menyerang murka semesta yang dalam pada itu sebagai pengalih perhatian, sementara yang lain masuk melewati jalan yang lain. Tapi Murka Semestapun nampak sigap. Dia membentur kedua orang yang menahannya dan terdengar benturan cukup keras ….. ―blaaar‖, bersamaan dengan itu, penjaga yang menyerangnya terlempar. merasa marah, pengawal yang lain berteriak ―Ada penyusup‖
660
Dan rupanya teriakan tadi sudah menyadarkan semua penjaga, dan bahkan semua orang di dalam rumah itu bahwa ada yang tidak beres di luar. Karena itu, Merekapun segera berhamburan keluar. Bukannya takut, Murka semesta malah tertawa berkakakan. dan berteriak nyaring. ―Nyonya Maharaja Sembilan Dewa, mengapa hanya berdiam diri saja di kandang, hayo keluar kita bersenang-senang, aku yakin akan memberikan benih yang leboih hebat dari si setan keparat itu,‖ Hebat Teriakan Murka Semesta, membuat semua orang yang ada disana membesi karena menahan gusar. ―Tuan, siapakah kamu sebenarnya‖? bertanya si pengawal yang merupakan orang pertengahan umur. ―Siapa aku bukan soal, yang penting adalah, dimana nyonya-nyonya yang menggiurkan itu,‖Murka Semesta ngotot dengan tujuan kedatangannya. ―Sadarkah engkau siapa orang yang kau caci‖? ―tentu saja aku sadar se sadar-sadarnya, apa kau pikir orang gila‖ ―Jadi apa tujuanmu kemari sebenarnya‖? ―Serahkan Ke sembilan Nyonya itu, maka aku akan berlalu dengan mereka‖
661
Sementara perdebatan di halaman rumah berlangsung terus, di sebelah Kanan dan kiri berkelabat cepat menghindari para penjaga gedung. Selain para penjaga berwajah garang dan buas di beberapa sudut, juga di beberapa kamar yang dilaluinya mereka mendengar bisik-bisik dan desahan-desahan perempuan yang sedang bermain cinta. ―Bagus, kita bagi empat kelompok, Angkara kau pimpin yang disamping kanan. Ryusuke kau pimpin yang di samping kiri, cempaka dan kau kasturika, lekas cari kesembilan benih itu. sementara aku dan ketiga gadis ini akan mengacaukan dari belakang,‖ ―Siap‖ Sahut mereka Serempak. ―Sret.... semuanya pergi dari tempat itu, kecuali Cempaka dan kasturika. dengan hati-hati keduanya berjalan mengikuti lorong-lorong yang lenggang diiringi musik berahi. diam-diam kasturikan dan cempaka ikut terbakar gairahnya juga. Tetapi karena maksudnya memang mencari kesembilan benih calon malapetaka, maka mereka abaikan kamar kamar yang mengeluarkan desahan menggairahkan itu. Tanpa suara mereka terus melanjutkan usahanya untuk menemukan ruangan dimana Kesembilan benih itu berada. ―HAHAHA..... selemah inikah penjagaan dari Nawa Awatara?‖ Sebuah suara dingin terdengar dari samping kiri rumah.
Belum lama suara dingin dan angker tadi berlalu, tiba-tiba melayang empat orang berambut awut-awutan. Begitu tiba di
662
depan Ryusuke, seorang diantara keempat orang itu membentak sambil mendorongkan sepasang tangannya kedepan: ―Sungguh lancang kau‖ bentaknya. Dan dari sepasang tangannya menderu angin pukulan mengarah ke Ryusuke. Ryusuke kertakan gigi, dengan berani ia menjajal lorang itu dengan membiarkan tubuhnya diterjang angin pukulan tersebut. Alhasil, Ryusuke terjajar empat langkah kebelakang, namun dengan mantap dan penuh tenaga dia segera menerjang mencecar lawan. Tapi lawan malah menyerangnya dengan ugal-ugalan dan tidak teratur, membuat Ryusuke kelimpungan. dengan geraman rendah ryusuke sodok ulu hati lawan sampai sempoyongan. dan tanpa di komando lagi, Keempatnya segerera maju mengeroyok Ryusuke. bukan khawatir malah Ryusuke bertarung vsemakin bertele-tele. dengan seenaknya, Ryusuke melayani keempatorang itu itu sambil membagi-bagikan pukulannya. Teman-temannya yaitu, Yumi Jelita dan Amuk Samudera juga sedang asyik asyiknya membakar rumah itu, dengan sekali-kali melawan sekaligus membunuh Anggota Nawa Awatara yang mengganggunya.
Sementara di samping kanan, Angkara, Luyu Manggala, dan Huru Hara juga tampak asik membantai orang, maka kacaulah keadaan rumah itu, apalagi api dari belakang rumah yang
663
dilakukan Aram dan ketiga gadisnya sudah membumbung, sementara itu, Cempaka dan Kasturika juga rupanya sudah menemukan keberadaan lawan, yaitu kamar paling indah dan mewah, pintunya terbuat dari besi yang berukiran abstrak yang rumit. Keduanya berpandangan, dan Brakk..... Pintu itu jebol.. terlihatlah wajah-wajah kekagetan dari kesembilan orang yang ada disana, adapun orang yang ada disana yaitu yang satu atau yang paling kanan berambut pendek sepundak dengan poni di depan dahinya, Perempuan yang memiliki rambut pendek itu juga mengenakan baju warna biru. Bajunya tanpa lengan dan berbelahan dada lebar, menampakkan sebagian tepi bukit mulusnya yang berkulit kuning langsat itu. Sedangkan bagian bawahnya adalah kain yang dibentuk seperti celana panjang longgar berbelahan samping kanan. perutnya membusung besar membuktikan bahwa saat ini ia sedang hamil. Perempuan pertama ini bernama Dewani. Yang kedua memiliki rambut panjang mengenakan jubah rapat berlengan longgar warna hijau dengan bunga-bunga kuning. Celana panjangnya yang longgar berwarna merah darah. ia juga seorang gadis cantik berhidung mancung dan berbibir mungil. Matanya indah dan jeli, dan perut yang sedikit membusung menunjukan kehamilannya. Perempuan kedua ini bernama Cindaga.
664
Yang ketiga Perempuan itu berpakaian serba kuning gading. Bajunya tanpa lengan, tapi bagian depannya rapat sampai batas perut yang membusung besar. Untuk belahan dadanya sedikit lebar, menampakan kulitnya yang putih, mulus, sekal dan sedikit mengkilap karena keringat. Perempuan itu mempunyai rambut panjang, tapi digulung ke atas sebagian, sisanya berjuntai ke bawah seperti ekor kuda. Sisa rambut yang berjuntai ke bawah itu panjangnya sampai pundak lewat sedikit. wajahnya cantik dan berhidung bangir, juga mempunyai bibir yang segar, merekah, Perempuan itu bernama cayadewi. Yang keempat, Perempuan itu berwajah cantik, berhidung mancung dan berbibir sedikit tebal tapi berbentuk indah pas dengan matanya yang sayu. ia mengenakan Gaun ketat yang berwarna merah jambu berpotongan terusan semakin memperlihatkan perutnya yang membusung besar. Mempunyai belahan panjang dari bawah sampai ke pertengahan paha. Rambutnya disanggul rapi, ditambah jubah perangkap gauh berwarna ungu muda, Jubah ungu mudanya dihiasi bulu-bulu lembut pada tepiannya. Dialah Caturasmi adanya.
Yang Ke-Lima, Perempuan itu berpakaian ketat warna merah dengan rambut Sepundak. wajahnya cantik berhidung kecil dan mancung. perempuan itu bertubuh sekal dan berdada kencang. berbulu mata lentik menambah keayuannya dan tampak perutnya sedikit membusung. Carola itulah namanya. Yang keenam, Perempuan itu memiliki seraut wajah cantik, bibirnya agak lebar namun sangat menggiurkan. Perempuan cantik berusia sekitar dua puluh delapan tahunan terlihat dari kematangan dalam wajahnya. tubuh perempuan berjubah merah
665
jambu itu sedikit membuncit. Bola matanya yang sedikit besar namun berbentuk indah dengan bulu mata lentik penampilannya seronok, jubah tak berkancing dengan penutup dada tipis warna hijau muda, Kulitnya putih mulus tanpa cacat. ia bernama Candani. Yang Ketujuh, perempuan itu berwajah cantik, berambut terurai sepanjang punggung. Perempuan itu mengenakan jubah tanpa lengan warna biru, menutupi perutnya yang membusung. Dadanya ditutup dengan selembar kain sutera warna biru muda.Sedangkan kain penutup pinggul dan bagian bawah lainnya juga terbuat dari kain sutera. perempuan berusia sekitar dua puluh enam tahun. ia bernama asli Asta Dewi Yang ke-delapan, Perempuan itu memiliki seraut wajah cantik berjubah hitam ber-rambut panjang terurai dan mengenakan mahkota hias dari bunga. berhidung mancung dan berbibir menggemaskan. T ubuhnya sekal, padat dan berisi. dadanya ditutup dengan pinjung kain berwarna gading, sementara sebagian belahan dadanya tersumbul naik dari dalam pinjung. usianya mungkin sekitar dua puluh ttahunan. tubuhnya tampak sedang mat ang-mat angnya meski sedikit membuncit. Kain penutup pinggul yang berwarna gading serasi dengan namanya Ani Gading.
Yang kesembilan. Peremuan itu memiliki seraut wajah mungil berambut kepang kuda. Perempuan kecil itu mengenakan baju tanpa lengan warna hijau dan celananya juga warna hijau. Ikat pinggangnya dibalut kain beludru warna merah. Sepertinya ia merupakan yang termuda diantara para saudarinya. Perempuan
666
kecil itu memliki perut yang membusung padahal bisa dikira bahwa Perempuan itu berusia belasan tahun. Perempuan iu bernama Asti. ―Siapa Kalian?‖ Dewani membentak garang. ―Oh, Jadi ini wajah-wajah Sembilan Nyonya dari calon pembawa petaka itu?‖ ucap cempaka tanpa hiraukan ucapan Dewani. ―Apa maksud kalian datang kemari‖ Ani Gading menyambar pedangnya dan menatap tajam kedua tamu tak diundang itu. ―Cantik-cantik juga. pantas Si Keparat itu memilih kalian sebagai calon ibu.‖ Kasturika menyela, lagi-lagi tak menghiraukan pertanyaan lawan. ―Kalian Sungguh Hina‖ Asti melompat menerjang Cempaka yang berada didekatnya. selarik sinar putih menyerang Cempaka. cempaka tertawa Dingin, dengan sigap ia pentangkan tapak menahan serangan sinar dari cempaka. ―Blaarrrr‖ Rupanya meski tak ada sinarnya, justru angin serangannya lebih hebat dari Asti. maka dari itu Asti tampak terhuyung-huyung kebelakang, darah segar tampak muncrat dari mulut mungilnya.
―Kau terlalu naif, apa kau tak kasihan dengan anakmu itu.‖ Kasturika bicara lembut kepada asti yang tak bergerak untuk menyerang kembali. tampak asti meringkuk di bawah pembaringan menahan sakit diperutnya. rupanya diam-diam
667
cempaka sentakan tangan kirinya kemuka, sementara tangan kanannya dipakai untuk menahan serangan asti. dengan jurus yang ia pelajari sendiri di perpustakaan. Tapak tanpa bayangan. dalam sejuus saja cempaka telah memperoleh keuntungan besar, apalagi keadaan Asti yang sedang hamil ―Kalian, kalian kejih sekali, teriak para saudarinya serempak dan siap dengan senjata masing-masing.‖ "Hiaaah!" ―Hiahhh‖ Kedelapan orang saudara-saudarinya menyerang Cempaka dan Kasturika, dengan sebuah barisan aneh, meski tidak sempurna. tampaknya Asti merupakan orang yang melengkapi barisan itu, namun meski tak sempurna jelas barisan itu tak dapat dianggap remeh. Melihat itu, Cempaka langsung meluruk, melabrak Ani Gading sebagai orang yang mula-mula akan dibunuhnya. Tenaga dalamnya segera dikerahkan hingga puncak, sebab dia ingin menghentikan pertarungan secepatnya. Cempaka pun kerahkan jurus pamungkas yang paling ia sukai. gubahan setiap ilmu yang diberikan oleh Aram digubahnya sendiri menjadi sebuah ilmu alirannya sendiri ‖Kupu-Kupu Terbang di Angkasa Raya‖.
Melihat gelagat yang tak baik, Delapan Nyonya Maharaja Sembilan Dewa yang tergabung dalam barisan ‗Sembilan Bidadari Iblis‘. Dengan barisan ini, mereka memang terlihat lebih kuat bahkan mampu menyelamatkan nyawa Ani Gading secara
668
mudah. Begitu Cempaka mendekat, kawan-kawan Ani Gading langsung meneriakan sandi untuk mengubah kedudukan. Kemudian, mereka segera menyerang dengan cara mengurung Cempaka dan Kasturika yang telah mendarat kembali di tanah setelah berputaran beberapa kali. Namun Kasturika malah menyongsongkan tubuhnya untuk dihajar, Tindakan kasturika sungguh membuat terperangah semua orang. Kenyataan itulah yang membuat Asta Dewi mengurungkan serangannya dan berbalik mundur.. "Hiaaa...!" Dengan satu teriakan membanaha, Candani menyabetkan pedangnya hendak menyabet kepala kasturika. Dan gesekan pedang dengan udara, menghasilkan kilatan dan bunga api yang terpercik ke segala arah. Zing...! Sayang yang hendak ditebas Candani bukan anak kemarin sore melainkan Kasturika Si Dewi Damai Buana. Satu geseran kecil tubuhnya saja, telah cukup menyelamatkan nyawanya dari tebasan kejam Candani. Melihat serangan saudarinya gagal, Carola langsung mencecar Kasturika dengan gempuran beruntun. "Hiah!" Zing... wesss... zing... zing!
669
Berlipat gandanya kecepatan serangan itu, memaksa Kasturika berkelit semampunya. Empat sabetan membentuk putaran ke bawah di sekujur tubuh dapat dihindari Kasturika. Namun pada sabetan kelima yang begitu tipis jaraknya, tak bisa lagi die- lakkan. Sehingga... Sret! "Trankkk...!" Hampir saja bahu kiri kasturika jadi tersabet dalam dalam. namun beruntung Cempaka menahan seranagn itu dengan sebuah pisau kecil ditangan. Pada saat Cempaka menahan serangan Carola, mendadak Caturasmi memanfaatkan keadaan itu, Satu sambaran jari kiri meluncur ke punggung Cempaka. Bes! Kalau saja tenaga dalam Cempaka tidak dialirkan di sekitar tubuhnya niscaya tubuhnya itu akan bolong terkena serangan caturasmi, entah bagaimana nasib yang akan dialaminya. Tapi, bukan berarti cempaka tak mengalami luka. Tulang punggungnya terasa kesemutan. "Hiiiaaa!"
merasa marah, Cempaka menjerit keras-keras, sehingga bangunan rumah itu bergetar, apalagi keadaan rumah itu yang sedang terbakar. membuat Kedelapan orang itu terhuyung-huyung hendak jatuh. yang paling menderita adalah Asti yang terkapar di bawah pembaringan. bahkan darah mulai merembes dari balik celana hijaunya.
670
melihat kondisi saudari kecilnya itu, marah bukan kepalang kedelapan orang itu, Cayadewi dan Cindaga segera membuka serang ke arah Cempaka dan Kasturika. Crash!...... Pundak Kasturika terkena sabetan itu, namun tidak parah. ―Tak ada ampun untuk kalian‖ Geram Cempaka sambil menerangkapkan tangannya didepan dada, tampak mulutnya berkemak kemik membaca mantra. sekilas tangan Cempaka terlihat begitu transparan. Tepp, tangan Cempaka memegang pundak Dewani dan lengan Carola. meski terkejut keduanya heran mengapa lawan tidak memukulnya padahal kesempatan itu ada. namun keheranan mereka tak berlangsung lama, sebeb keduanya merasa perut mereka terasa bagai di remas-remas tangan raksasa. Tak ada sekerdipan mata, Dewani dan Carola ambryuk kelantai sambil memegangi perut mereka. tak berhenti begitu saja, 'Aaa.... Aaakh...!" Keduanya menjerit-jerit menemani Asti yang sudah pingsan tak kuasa menahan sakit. dari pakaian bawah mereka tampak darah merembes keluar,
Tak berhenti begitu saja, Dengan mengerahkan Ilmu Peringan tubuhnya Selaksa rubah menjadi bayangan dan ilmunya yang diberinama Ajian Ajur Mumur Jabang. yaitu suatu ilmu untuk
671
menghancurkan janin dalam tubuh manusia tanpa membunuh sang ibu yang mengandung. ―Tepp... teppp... tep... tepp.. teppp.. tepp..!‖ Bagai bayangan saja, tubuh cempaka berkelebatan menepuk tubuh-tubuh beberapa orang yang tersisa, sementara Kasturika diam saja menutup mata. ―Brukk...brukk..brukkk‖ Mereka berjatuhan mengerang sakit, ngeri tak terkira hati Kasturika, sementara cempaka segera berkelebat keluar, berarti itu tandanya sisa urusan di serahkan kepadanya, Kasturika jemput pedang panjang di lantai. ia pandangi sembian nyonya itu, yang tergeletak pingsan bergenang darah. hiruk pikuk diluar tak ia hiraukan. cempaka angkat pedangnya dan jrusss.....!‖: Setelah selesai, Kasturika pandang kesembilan mayat tanpa kepala itu, ia hendak melangkah keluar, namun tak jadi. ia pukulkan tinjunya kelantai sehingga membentuk kubangan besar, satu persatu mayat beserta kepal yang terpisah itu dimasukan kedalam lubang, lalu diurugnya dan berlari keluar, sepanjang perjalanannya, kasturika melihat berbagai macam pemandangan yang membuat mata mengkirik, mayat laki dan perempuan bergelimpangan. ada yang hangus ada yang mati terkena pukulan ataupun senjata tajam. dilihatnya Aram dan rombongan sedang menatap hasil karya mereka dengan sedih.
672
―Kau selesai, Kasturika?‖ Aram menyapa dan dijawab anggukan kepala. ―Mari kita lanjutkan perjalanan.....‖ Ajak Aram. Langit gelap, asap mengepul. mayat bertumpuk mengiringi kepergian mereka. luka dipundak Kasturika sudah diobati, begitupula dengan luka Cempaka. ternyata diam-diam cempaka sudah terkena pukulan tenaga dalam yang menggoncang isi dadanya, oleh sebab itulah ia segera mempersingkat pertarungan dan kabur setelahnya Di malam yang benderang itu angin bertiup cukup kencang. bulan yang bulat bersinar dengan indahnya, udara begitu dingin membekukan tulang. Namun keadaan alam yang nampak bersahabat itu tidak sebanding dengan keadaan dibawahnya, tampak beberapa sosok malah berhadapan disebuah halaman, sementara di sekelilingnya juga tampak berkeliling beberapa manusia berpakaian hitam. Rupa-Rupanya Rombongan Ki Asmaradanu dan yang lain tiba duluan disana. sementara yang berada dihadapannya adalah Seorang kakek-kakek bermata cekung, dengan tulang pipi dan tulang rahang saling bertonjolan. Jubah Ungunya tak dikancingkan. dilehernya menggantung kepala tengkorak sebesar kepala bayi menambahkan keseramannya. juga besi yang melintang dilehernya lengkap dengan seutas rantai yang membelit kesebagian tubuhnya. Dialah Ki Sapta yang dikenal sebagai Iblis Pembunuh Raga.
673
Dan disampingnya juga ada seorang kakek aneh. Kakek itu berwajah Kurus kering kerontang bagaikan jerangkong, tubuhnya lebih mirip kerangka daripada seorang manusia, diujung jari-jarinya mencuat kuku-kuku runcing warna kehitam-hitaman. dilihat dari ciri-ciri kukunya dialah Ki seta atau Iblis pemakan jantung. Disampingnya juga ada dua orang Tokoh tua berusia sekitar delapan puluh tahun, berambut panjang awut-awutan warna putih rata, la memiliki kumis dan jenggot putih uban. Mengenakan jubah coklat, berkalung tasbih putih dari pohon oak sepanjang perut. mereka lah yang biasa dipanggil Sepasang Tasbih Iblis. Selain itu, juga terdapat seorang lelaki bermata sipit, hidungnya mancung, berpakaian pelajar khas daerah tionggoan. dialah Si Pelajar Iblis. ―Terlalu besar....terlalu besar nyali kalian semua...! terutama kalian Ki jalak, Nyi Renjani. rupanya kalian berdua belum puas mendapatkan nikmatnya ranjam‖ Ki Seta geleng-geleng kepala dengan suara serak. ―Justru kami kemari hendak membalas perlakuan kemarin‖ Nyi Renjani mencibir sinis.
―Tak kusangka Sipemakan jantung ini mandah diperintah kunyuk.‖ Sisinting dari timur menggumam sambil menatap wajah kuyu Si Pemabuk dari Selatan. Meski sekilas, namun ucapan itu
674
rupanya cukup mengena ditelinga Ki Seta alias Iblis Pemakan Jantung. wajahnya merah mendengar sindiran itu. ―Glek...glekk.... Mereka takut mati, makanya mereka mandah saja jadi anjing penjaga!‖ Si Pemabuk dari Selatan menimpali sambil menengak tuaknya. ― Ger!‖ ―Sudahlah Seta,... Jangan hiraukan mereka, lebih baik kita musnahkan raga mereka biar kita tenang!‖ Ki Sapta menenangkan ki Seta. ―Huppp..! Bretttt,... Blaarrrrrrrr!‖ Mulut bicara menenangkan Ki Seta sementara tubuhnya melesat bagai kilat menyerang Ki Asmaradanu yang pada waktu itu sedang tidak bersiap-siap. Tangan Ki Sapta berubah menjadi merah saga, bau cendana tampak menyeruak seiring dengan pukulannya. Ki Asmaradanu terkejut, belum sempat ia memasang kuda-kuda serangan Ki Sapta sudah berada didepan matanya. tapi entah mengapa Ki Sapta malah membatalkan serangannya bahkan sampai berjumpalitan bersalto dua hingga tiga saltoan. ―Hehehe.... Jangan lengah Sinting, kau kan tahu betapa liciknya mereka!‖ ternyata entah bagaimana caranya Si Pemabuk dari selatan sudah berada dibawah Ki Asmaradanu sambil menengak tuaknya.
675
―Setelah tak berjumpa sekian lama kemampuanmu semakin boleh saja Setan Tuak!‖ Ki Sapta memuji kagum. ―Apa kau takut?‖ Si Pemabuk dari selatan mencibir. ―Ger.... Brettt!‖ Ke limanyapun segera meloncat menerjang. tanpa rasa gentar, Ki Jalak, Ki Asmaradanu, Si Pemabuk dari Selatan, Kakek Arak Seribu Kati dan Nyi Renjani menyambut serangan itu, sehingga terjadilah sebuah pertarungan yang seru dan dahsyat. Kakek Arak Seribu Kati tersenyum ketika menghadapi Sipelajar Iblis, segera ia berkata dalam bahasa daerahnya ―Kabur keliang apapun air selalu mencapainya, setelah lama ku cari-cari akhirnya kita berjumpa lagi orang She Liong!‖ ―Setan Arak, sepertinya kau mendapat kawan dimari, ya, kita memang sudah lama tidak berjumpa!‖ Jawab Pelajar Iblis. seraya mencabut kipasnya, Pelajar Iblis yang bernama asli Liong Siau tan itu, memasang kuda-kudanya. Pelajar Ibllis ayunkan langkah sambil memutar kipas diatas kepala, tenaganya dikerahkan delapan bagian pada kipasnya itu. ―merogoh maut dalam angin‖ teriak Pelajar iblis lantang. sementara itu, Kakek Arak Seribu kati juga sedang mengerahkan jurusnya yang bernama ‗Guci Penuh, Arak meluber‘.
676
―Trankkkk... Benturan seperti logam beradu berdentang. rupanya Kipas Pelajar Iblis terbuat dari baja lembek. begitupula dengan Guci milik Arak Seribu Kati. Keduanya berpandangan tajam, Kakek Arak Seribu Kati buka serangan dengan memajukan tangan kiri sementara tangan kanan ditekuk dekat tangan kanan sambil memegang guci, Sekilas jurus itu memang tiada keistimewaan sekali, namun begitu Pelajar Iblis menyongsong Guci itu dengan tangannya, sementara tangan kirinya nyelonong menusuk mata, Sringg Crakkkk.... Arak keras dalam guci itu melesat bagai jarum menyerang tubuh Pelajar Iblis, Pelajar Iblis terkejut, Namun Pengalamannya bicara, seketika ia membatalkan serangan sambil memutar tubuhnya bagai gasing, Melihat buruannnya menghindarkan diri, Kakek Arak seribu kati jelas tak ingin membiarkan lawannya itu menempati tempat yang menguntungkan. Dengan diikuti desiran angin yang amat tajam dia melancarkan satu serangan dahsyat ke arah Pelajar Iblis. Pelajar Iblis pun bukan seorang manusia sembarangan, walaupun dia merasa geram akan serangan lanjutan Kakek Arak Seribu Kati ini tetapi tubuhnya dengan cepat menambah daya putar tubuhnya, Kipas ditangan kanannya segera dibabatkan menangkis serangan Kakek Arak Seribu Kati.
Sekali lagi Guci dan Kipas bentrok diudara menjadi satu menimbulkan percikan bunga-bunga api, Kakek Arak Seribu Kati kembali membentak gusar, Gucinya dalam sekejap saja sudah melancarkan sepuluh kali serangan ke arah Pelajar Iblis,
677
Air muka Pelajar Iblis berubah hebat, kedahsyatan dari tenaga yang terpantul keluar dari Guci itu amat hebat jauh diluar dugaannya, bilamana bukannya dia bisa cepat-cepat menyalurkan seluruh tenaga murninya ke Kipas, ada kemungkinan Kipasnya pada saat ini sudah terlepas dari tangannya, wajahnyapun berubah hebat, dengan gusar ia membentak garang, disusul dengan kipas ditangan disabetkan sambil balas menyerang ke arah leher. Kakek Arak Seribu Kati mendengus dingin, dengan sedikit merunduk Serangan itu tak mencapai pada sasarannya. WUNG.....! Guci Arak seribu kati hendak mengkampleng kepala Pelajar Iblis. Dengan Jurus Kipas Dewa menembus ombak Pelajar Iblis menangkis datangnya serangan dari Kakek Arak Seribu Kati itu, Kakek Arak Seribu kati memanglah seorang petarung yang handal, Di tengah suara suitan yang amat nyaring tubuhnya meloncat ke atas udara sedang gucinya dengan cepat dilemparkan ke arah Pelajar Iblis. Saat itu Guci Kakek Arak Seribu Kati sudah sampai dada Pelajar Iblis, baginya cuma ada dua jaIan saja, Menghindar atau mengadu kekerasan dengan Guci itu. Dalam hati Pelajar Iblis benar-benar merasa amat gusar, Tanpa menghiraukan serangan itu ia balas menyerang Kakek Arak seribu kati dengan melemparkan Kipasnya pula.
678
Kakek Arak Seribu Kati yang sedang merasa bahwa kemenangan semakin dekat mendadak merasa adanya segulung angin tajam dekat perutnya, dalam hati jadi amat kaget untuk menghindar tak sempat lagi membuat dia omerasa serba salah. ―Crass... Bukkkk!‖ Hoekkk! Guci yang terlanjur dilemparkan Kakek Arak Seribu Kati dengan telak menghantam dada Pelajar Iblis. tanpa sempat berteriak lagi tubuh Pelajar iblis ambruk bersamaan dengan muntahan darahnya. Kakek Arak Seribu Kati juga tidak meraih keuntungan, Perutnya hampir saja ambrol terkena serangan kipas itu, untung saja ia cukup sigap sehingga hanya merobek kulit perutnya saja. Sementara itu, Ki Asmaradanu bergabung dengan Sipemabuk dari selatan melawan Ki Sapta dan Ki Seta yang dalam waktu itu membentuk sebuah barisan yang aneh. "Serang mereka"
Mulailah Iblis Pemakan Jantung dan Iblis Pembunuh Raga menyerang Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari Selatan dengan cara menyerang dari dua sisi. Si Pemabuk dari Selatan dan Sisinting dari Utara berkelit, kemudian ke dua-duanya balas menyerang dengan serentak. Si Pemabuk dari Selatan menyerang mereka dengan ilmu Mabuk Tiada akhir, dengan sebat ia menggeloyor kekiri, dengan menjadikan kaki kiri sebagai poros untuk memutar tubuh, Sipemabuk dari Selatan
679
segera berada dibelakang tubuh lawan dan memukulnya dengan telapak kiri, ―Plaaakk....‖ Iblis Pemakan Jantung yang kebetulan orang yang menjadi sasarannya tampak terhuyung mudur. Pertarungan semakin sengit. Mula-mula Iblis pemakan Jantung kebingungan menghadapi serangan-serangan Si Pemabuk dari Selatan Di saat itulah Iblis Pemusnah Raga berseru keras mengajak Iblis Pemakan Jantung untuk bergabung dengan dirinya. "Dua Iblis memegang Rantai" seketika Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung menempelkan tangan keduanya menjadi satu, sementara tangan lainnya berputar-putar dahsyat, dan makin lama makin cepat, sehingga membuat Si Pemabuk dari Selatan dan Ki Asmaradanu merasakan angin tajam menerpa diri mereka, Ki Asmaradanu yang bergelar Si Sinting dari Utara dulunya adalah Seorang yang berbakat dari Alam sebab ia adalah Pewaris dari Pangeran Langit dan Bumi, Kecerdasannya sangat dahsyat, namun menginjak usianya ia mendapatkan mala petaka yang mengganggu jiwanya, yakni kejadian yang mengenai sahabat paling dekatnya, akibat kejadian itu ia sering melamun malah melalaikan tugasnya. Sang Pembimbimbing yang Ke-190 merasa marah sekali, dengan dilandasi emosi yang menggebu-gebu akhirnya ia mengutuk Pangeran Langit dan Bumi yang tak lain Ki Asmaradanu itu. adapun kutukannya itu adalah.
680
―Dengarlah wahai Sang Pewaris, Maka Jadilah kamu gila segila pikiranmu itu, dan suatu saat nanti akan lahir seorang Pewaris keturunanmu yang lebih gila darimu, sebagai mana kidung yang telah terlahir dan diwariskan sejak dahulu, ‗Jika Langit dan bumi enggan bersatu, petir biru menyalak sembilan kali menyambar sebuah tempat di bumi, disanalah akan muncul pewaris sang langit dan bumi‘ maka dalam kejadian terlahirnya anak yang terkutuk itu apabila guntur menyalak sepuluh kali, maka dia akan membawakan bencana bagi siapapun yang memusuhinya, dan apabila Bumi bergetar maka anak itu akan membawakan kesejahteraan bagi umat manusia. Ingat itu baik-baik‖ Sebelum ia dikutuk, ia telah menciptakan sebuah ilmu silat yang dahsyat dan belum pernah dikeluarkan seumur hidupnya. ilmu itu bernama ―Titisan Arwah Bumi‖ dengan ajian yang tak kalah dahsyatnya Ajian Wasudha. Melihat lawan menyerangnya dengan dahsyat akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan titisan Arwah bumi itu, cepat-cepat ia berkelit maju sekaligus menangkis serangan-serangan itu dengan ilmu Titisan Arwah bumi itu. Blaaam...............! Terdengar suara benturan menggelegar.
Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung tergetar mundur terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah, sedangkan Ki Asmaradanu tetap berdiri di tempat. Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terkejut juga menyaksikannya, bukan hanya mereka, Si Pemabuk dari
681
Selatan juga tidak kalah terkejutnya. segeralah ia berseru. "Gila! Sinting jurus apakah itu?" ―Kau menghina atau memuji sih,,,, entahlah aku lupa, ... emch kalau tak salah Titisan Arwah bumi‖ ―Jurus yang Hebat‖ Puji Si Pemabuk dari Selatan tulus. Tak menunggu waktu lama, Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung kembali bergerak cepat menyerang Si Pemabuk dari Selatan dan Ki Asmaradanu. namun kali ini, Si Pemabuk dari Selatanlah yang menangkisnya dengan Jurus Mabuk Tiada akhir dilandasi Tenaga Panca Menjadi Tunggal. Blaaam.........! Terdengar lagi suara benturan dahsyat. Si Pemabuk dari Selatan terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah sedangkan Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terpental beberapa depa, namun tidak terluka sama sekali. "Kalian memang hebat" ujar Iblis Pemusnah Raga. dan kemudian berseru. "Dua Capit Iblis" Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung mendadak berbaris berdampingan, sedang tangan luar mereka membentu capit bersebrangan dengan tangan lainnya yang saling menempel menyerupai seekor capit kepiting,
682
Menyaksikan itu, air muka Ki Asmaradanu langsung berubah hebat dan ia cepat-cepat begumam dengan kerasnya. "Hati-hati, dua iblis itu menggabungkan tenaga dalamnya.‖ "Ya. kau pikir aku bodoh atau apa" Si Pemabuk dari Selatan Menggerutu. sedangkan Ki Asmaradanu mulai merapal Ajian Wasudha berbareng dengan Titisan Arwah Bumi hingga puncaknya, tubuhnya amblas sebatas mata kaki kedalam bumi, satu tombak disekeliling tubuhnya tambak bergetar, anehnya getaran itu membentk lingkaran. dan tak lama kemudian tanah itu membentuk kerucut kebawah melayang keatas sejauh dua jengkal dari permukaan lobang, Baju Ki Asmaradanu berkibar-kibar, begitupula dengan rambutnya. kelihatan ia siap menangkis jikalau diserang lawan. Si Pemabuk percaya akan tenaga dalam Ki Asmaradanu, iapun segera kerahkan Ajian warayang. ajian yang menekankan kekuatan angin. tampak dari kedua kepalan tangannya itu terdpat pusaran angin membentuk pelindung sebatas sikunya.
Di saat itulah mendadak Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung membentak keras, sekaligus menyerang Kiasmaradanu berdua. Sipemabuk dari Selatan meloncat ke belakang dan menarik kedua kepalannya sejajar dipinggang, sedangkan Ki Asmaradanu mengangkat tangannya menimbulkan tanah itu berderak dan bergetar, sekali sentakan saja tanah sebesar bongkahan kerbau itu melayang dengan kecepatan bagai kilat menghadang angin pukulan dari Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung.
683
Daaar..........Blaaam........duarrrr! Terdengar suara ledakan dahsyat menggoncang bumi. Rupanya, Ketika Dua tenaga sakti berlawanan beradu, Si Pemabuk dari Selatan pun ikut melayangkan tinjunya sehingga kembali terjadi ledakan, yang pada awalnya serangan Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung lebih kuat dari Ki Asmaradanu kembali membalik kepada pemiliknya masing-masing. Para Anggota Nawa Awatara yang kebetulan berada disana tampak serabutan melarikan diri, bahkan pertarungan yang lain pun ikut berhenti akibat ledakan dahsyat itu, tanah yang berubah menjadi sebesar kerikil dan debu berhamburan kearah mereka. namun begitu suara ledakan dan tanah yang berhamburan berhenti mereka kembali saling libas.. Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terdorong mundur tujuh delapan depa, membuat keduanya itu terjatuh bergulingan, mulut mereka pun mengeluarkan darah segar pertanda mengalami luka dalam. Ki Asmaradanu terpental lima enam depa berikut tanah yang diinjaknya dari sudut bibirnya tampak lelehan garis merah., Si Pemabuk dari selatan pun terpental hampir sepuluh depa namun ia tak mengalami sesuatu hal apapun, sebab ia melepaskan tenaga dalamnya sambil melompat kebelakang mengikuti arah dorongannya.
684
"Kau tak apa?" seru Si Pemabuk dari selatan dan langsung mendekat kepada Ki Asmaradanu. "emch...." Wajah Ki Asmaradanu pucat pias, kemudian menggelenggelengkan kepala. sementara itu, Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung sudah bangkit berdiri dan secepat kilat kembali Memasang kuda-kuda. "Kalian memang tidak bernama kosong." puji Iblis Pemakan Jantung "Terimakasih atas pujianmu," sahut Si Pemabuk dari selatan sambil menengak tuaknya. Disisi lain, Ki Jalak dan Nyi Renjani juga sedang bertarung sengit melawan Sepasang Tasbih Iblis. Tampak Salah satu dari sepasang iblis yang memiliki tubuh sedikit pendek melompat ke muka sambil dorongkan kedua tangannya yang dikepal ke arah dada Nyi Renjani. Inilah serangan tangan kosong andalan dari Sepasang Tasbih iblis yang terkenal akan keganasannya ‗Pandita menghembuskan Nafas‘ itulah nama dari jurus itu.
Belum lagi dua kepalan itu mengenai sasarannya, angin pukulannya sudah membuat pakaian dan rambut Nyi Renjani berkibar-kibar dan dadanya seperti ditekan, Melihat kehebatan serangan lawan, Nyi Renjani tak mau berlaku gegabah. Cepat dia melompat ke samping dan dari arah ini bermaksud lancarkan satu tusukan pedang.
685
Namun serangan itu mempunyai tipu yang tak dapat diduga. Karena begitu dielakkan tiba-tiba dengan kecepatan luar biasa membalik. melihat itu, Ki Jalak keluarkan siulan nyaring sambil melepaskan pukulan sederhana Tubuhnya mengapung sampai dua tombak dan dari atas Lima jari tangannya menyambar ke arah kepala Salah satu Sepasang Tasbih yang bernama asli Ki Darmo yang dalam itu menyerang ketat Nyi Renjani, . Salah satu Sepasang tasbih Iblis yang bernama asli Ki Darma geram sekali melihat lawan mengeroyok. sehingga membuat saudara kembarnya Darmo membatalkan serangan segera ia merendahkan kuda-kuda kedua kakinya. Tubuhnya kini merunduk dan serentak dengan itu tangan kirinya memukul ke muka. ―Bukkk!‖ Ki Jalak yang masih belum dapat memantapkan kuda-kuda terpukul telak dipunggungnya. Tubuhnya tergetar dan punggungnya itu berdenyut sakit. untung saja ia dapat merasakan sambaran anginnya hingga ia masih dapat melindungi punggungnya dengan tenaga dalam. Cepat-cepat dia jungkir balik dan begitu berdiri di atas kedua kakinya dia segera salurkan tenaga dalam ke bagian tubuh yang kena dihantam. Ki Darma merasakan kagum juga kepada lawannya melihat lawannya dapat berdiri tanpa gontai setelah mendapat serangan bokongannya. Dalam hatinya dia membatin, "Keparat ini memiliki kepandaian tinggi. Tidak mengecewakan dia dimasukan kedalam daftar datuk delapan penjuru..." Maka tanpa menunggu lebih lama Darma berkata kepada kembarannya,
686
―adik cepat kita buat barisan dan lekas kita bunuh mreka!‖ yang dijawab dengan anggukan kepala. ―Bicara memang mudah, tapi untuk apa bila kenyataannya hanya mimpi belaka!‖ Cibir Nyi Renjani. Sepasang Tasbih Iblis tidak hiraukan ucapan itu, setelah keduanya mencapai kesepakatan jurus, kemudian mereka langsung menyerang. mereka kerahkan seluruh kepandaiannya, sehingga yang kelihatan hanya bayangan jubah coklatnya berkelebat kian kemari. Demikian hebatnya serbuan Sepasang Tasbih Iblis hingga Nyi Renjani dan Ki Jalak merasa seolah-olah musuhnya berubah menjadi puluhan. Tubuhnya disambar angin serangan dari berbagai penjuru dan sesaat kemudian satu pukulan menyerempet bahu Ki Jalak hingga Ki Jalak meringis kesakitan. Nyi Renjani yang melihat lawan menggunakan jurus yang hebat segera ia merapal ajian Selaksa Dewa pedang mengamuk. detik itu pula tubuh Nyi Renjani merunduk dan memutar pedangnya dengan ganas sehingga membuat batang pedangnya lenyap dari pemandangan dan yang ada kini hanya bayangan putih keperakan menyambar kian kemari.
Ki Jalakpun enggan dijadikan bulan-bulanan dari tiga belah pihak, segera ia berjongkok menghindari putaran dahsyat pedang Nyi Renjani dan merapal ajian Karatala. Telapak tangannya yang kemerahan kini berubah menjadi putih keperakan dengan sekali sentakan Ki Jalak menggedor tanah hingga bumi berguncang, dan kejadian itu bersamaan pula dengan ledakan dahsyat dari Pasangan Ki Asmaradanu dan Iblis Pemakan Jantung.
687
Seketika itu juga pertarungan mereka berhenti sesaat dan kemudian saling libat kembali. Setelah menggempur lima belas jurus imbang, sepasang tasbih iblis mulai gelisah. Jubah coklatnya telah basah oleh keringat . Tiba-tiba. Buk! Ki Jalak yang masih merapal ajian Karatala segera menyodokan telapaknya di dada Ki Darma. Ki Darma mengeluh dan pegangi dadanya yang kena disodok telapak tangan lawan, belum lagi dengan hawa panas yang membakar dari jurus itu, Belum lagi hilang rasa sakitnya dia harus pula menerima sebuah sabetan dahsyat berwarna putih keperakan. namun kilatan Keperakan itu berhenti ditengah jalan dan membalik membabat sebuah sinar hitam yang berkiblat menyambar. ―Tranggg!‖ Dentum dua logam berdentang berbarengan dengan percikan lelatu api. Bagaimana bisa seperti itu? beginilah rincian jalan ceritanya.
Ketika Nyi Renjani melihat kesempatan dia segera hendak menyusuli serangannnya dengan sebuah kiblatan pedang, namun ia harus membatalkannya ketika sebuah kilatan hittam menyerang dirinya. Nyi Renjani memang tak menganggap serangan itu secara serampangan, apalagi berbuat serampangan..
688
Dia melompat mundur. Memandang ke depan dilihatnya lawan memegang sebuah tasbih kayu oak yang memancarkan sinar hitam. ―Serangan bagus!‖ Sindir Nyi Renjani dan menempatkan pedangnya didepan wajah, sementara Tangan kirinya membentuk cakaran, itulah pembukaan ‗jurus Pedang Pembunuh Naga‘ Merah Wajah Sepasang Tasbih Iblis, Tanpa banyak bicara melayani kata-kata Nyi Renjani tadi Ki Darmo segera menitahkan Ki Darma untuk menggunakan senjata andalannya. lalu langsung saja mereka menyerbu dengan menyabatkan tasbih. Sinar hitam yang keluar dari tasbi ini menderu menelikung aneh disertai hawa dingin dan panas menggidikkan. Nyi Renjani dan Ki Jalak cepat berkelit menghindarkan serangan lawan. Namun tiba-tiba dengan kecepatan luar biasa senjata itu membalik silang dan kembali menabur sinar hitam. Demikian terjadi berulang kali. Kalau saja Ki Jalak dan Nyi Renjani tidak memiliki kegesitan yang ditunjang oleh ilmu meringankan tubuh yang tinggi niscaya sudah beberapa kali mereka kena dihantam tasbih mustika, paling tidak terserempet sinarnya yang mengandung hawa dingin atau yang hawa panas.
Nyi Renjani tidak begitu gugup, sebab semasa mudanya ia pernah bertarung dengan seekor ular raksasa berusia ribuan tahun, dengan kegesitan dan pengalaman itulah ia dengan mudah berkelit bahkan balas menyerang Sepasang Tasbih Iblis. sedangkan Ki Jalak memiliki ilmu Peringan tubuh yang dominan
689
daripada ilmu silatnya, sehingga ia juga memiliki kegesitan yang sangat luar biasa. Serangan gabungan Sepasang Tasbih Iblis datang bertubi-tubi dan saling menyusul. hawa panas dan hawa dingin menggebu-gebu dalam kelebatan sinar hitam. mempersempit ruang gerak Nyi Renjani dan Ki Jalak. Sepasang Tasbih Iblis tertawa latah ketika dalam satu kesempatan melihat kedudukan lawan dianggapnya lemah. Maka mereka tidak membuang kesempatan dan langsung menerjang. Tasbih di tangan kanan Ki Darma nya menabur sinar hitam berhawa panas, membabat dari samping kiri. sementara Ki Darmo membabat dari samping kanan, seakan hendak menggunting tubuh Ki Jalak dan Nyi Renjani. Ki Jalak tertawa gembira melihat jebakannya berhasil segera ia membuka serangan lagi, Telapak tangan yang keperakan kena ajian Karatala menghadap ke depan dan jari-jarinya menekuk membentuk cakar. Sambil kerahkan tenaga dalamnya kijalak hendak merengut tasbih ditangan kedua orang itu. Akan tetapi sebelum hal itu terjadi mendadak terdengar suara menderu. Cahaya putih keperakan berkelebat, menyeruak diantara cakaran telapak tangan dan ujung kedua tasbi Tasbih. seketika itu juga kedua tasbih itu putus hancur bertaburan dengan mengeluarkan suara bergemerincing!
690
Sepasang Tasbih Iblis berseru kaget ia melompat mundur. namun dia masih kurang cepat. Cakaran Tangan Ki Jalak yang belum kesampaian malah membeset perut keduanya. ―Crasssshhh‖ ―Argggghh....Brukkk!‖ Keduanya mendelik seakan tak rela nyawanya amblas begitu saja, dari perut mereka keluarlah darah segar beserta isinya, usus usus mereka tampak berebutan keluar sampai akhirnya mereka ambruk tak bernyawa. Ki Jalak dan Nyi Renjani berpandangan, kemudian berpaling edarkan pandangan, dilihatnya Kakek Arak seribu kati juga sedang mengangkat Gucinya dari Si Pelajar Iblis yang sudah ambruk tak bernyawa dengan kepala retak, Darah segar dari mulut Kakek Arak seribu kati masih mengucur peerlahan. sepertinya ia juga sedang terluka dalam. Dilihatnya Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari Selatan juga sedang mencapai Puncaknya. Tampak Seluruh tubuh Ki Asmaradanu terangkat berkibar-kibar diatas tanah kerucutnya, rambutnya berdiri keatas bagai landak. tangannya terkepal erat, kemudian ia menengadah dan berteriak kencang. ―Heaaaaaaaaaaaaa‖ Suara itu melengking dahsyat, tanah bergetar, bahkan sebagian terangkat dan membentuk tiang yang runcing, melayang-layang disekitar tubuh Ki Asmaradanu.
691
Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung tercekat, namun ia tak gentar, segera merekapun merapal jurus andalan masing-masing. Jika Iblis Pemusnah Raga mengerahkan Ajian Matiraga maka Iblis Pemakan Jantung mengerahkan Ajian Palarjantung. Bagaimana dengan Sipemabuk dari selatan? Ia juga rupanya mengerahkan ajian Mendhemkepayang. matanya terbalik hingga menjadi putih, tubuhnya gontai seakan mau jatuh, Gucinya ditengak dengan tuak yang berlumeran. Dalam satu teriakan yang bersatu, keempatnya kembali mengadu tenaga dalam. ―Hiiiiiaaaaa........!‖ Blaaarrrr...! Srekk...Srekkk,.... Cessss! Arhggghh Bruk..Brukkk,,,hep...heppp Debu mengepul tinggi mengudara, rumput-rumput dihalaman itu hancur berantakan, tanah berbongkah, bongkahan...beberapa bangunan disana ada beberapa yang ambrol. sementara Para Anggota Nawa Awatara yang lain ikut bergelimpangan terhempas angin akibat bentrokan itu.
Sementara itu tubuh Iblis Pemusnah Raga dan Iblis Pemakan Jantung terlempar dan berdebum ditanah dengan keadaan tak bernyawa lagi, di tubuh mereka tampak tanah-tanah keras menancap, darah menggenang disekeliling tubuh mereka. berbeda halnya dengan Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari
692
selatan meski mereka terlempar sejauh duapuluh tombakan mereka tidak mengalami kematian meski mereka terluka parah, setelah keadaan mulai tenang, tampak Ki Asmaradanu dan Si Pemabuk dari selatan bersemadi dengan disamping mereka berdiri Kakek Arak seribu Kati, Nyi Renjani dan Ki Jalak. Rupanya jiwa keduanya terselamatkan oleh Kakek Arak seribu Kati dan ki jalak yang tadi menangkap tubuh mereka yang terlempar. Mendadak.... Plok...Plokkkk...Plokk..... Seseorang menepuk tangannnya beberapa kali, Ki Jalak dan yang lain berpaling, dilihatnya seseorang yang memberikan tepuk tangan itu Plok...Plokkkk...Plokk..... Seseorang menepuk tangannnya beberapa kali, Ki Jalak dan yang lain berpaling, dilihatnya seseorang yang memberikan tepuk tangan itu. ternyata adalah seorang pemuda berusia sekitar duapuluh sembilan tahunan, wajahnya cakap dengan tahi lalat di atas alis sebelah kiri, hidungnya mancung, bibirnya tipis seperti perempuan. rambutnya sebatas pundak memakai baju merah darah, didada kirinya terdapat rajahan piramida berantai dengan bertulisan angka sembilan.
Dengan tenang ia berjalan santai diiringi Empat Pengawal Laki-laki dan Empat Pengawal Perempuan. dan berkata :
693
―Hebat....hebatt,..... sungguh hebat, kalian datang menghancurkan istanaku, juga membunuh Anggotaku! sungguh besar nyali kalian‖ Ki Jalak dan Nyi Renjani berubah parasnya menjadi bengis, ―Maharaja Sembilan Dewa!‖ ―Hahaha...oh kalian, hebat juga si Rubah Aram Widiawan sehingga mampu meloloskan kalian sekalian menegembalikan tenaga kalian yang telah musnah.‖ ―Kau benar-benar laknat Danabrata, Ayahmu saja Adi Bramanta kau bunuh begitu saja!‖ Si Pemabuk dari selatan yang entah kapan siuman dari semadinya menyela sebelum jawaban Ki Jalak dan Nyi Renjani diluncurkan. ia berkata dengan pilu berbareng geram. ―Uwak Bramawisata, sudah sekian lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Uwak?‖ Alih Maharaja Sembilan Dewa. Para Hadirin yang ada disana terkejut mendengar percakapan itu. dari percakapan itu mereka akhirnya mendapat beberapa keterangan, yaitu: Sipemabuk dari Selatan aslinya bernama Bramawisata (Suka berpergian) dan memiliki adik bernama Bramanta (Pengembara), dari adiknya itu lahirlah anak yang diberinama Danabrata. dan Danabrata adalah Sang Maharaja Sembilan Dewa.
―Buruk-buruk sekali, sejak kau cemarkan nama keluarga! sungguh menggenaskan sekali nasib adikku yang mengawini
694
Putri keturunan Iblis! dan akhirnya harus melahirkan Anak Iblis yang paling Keji didunia ini‖ Keluh Ki Bramawisata alias Sipemabuk dari selatan. ―Uwak! Sekali lagi kau bilang mendiang ibu putri iblis maka aku takan sungkan untuk membunuhmu juga!‖ Keruh wajah Maharaja Sembilan Dewa. ―Hahaha.... Justru akulah yang akan melumatkan dulu ragamu atas penebusan nyawa setiap insan yang kau bunuh itu Danabrata! sekalian menunaikan tugas ayahmu yang tak kesampaian‖ garang ucapan Ki Bramawisata. ―Danabrata terima ini, ini adalah pukulan penyesalan ayahmu! Hiaaa......‖ Si Pemabuk Dari selatan meloncat menerjang Maharaja Sembilan Dewa. ―Pukulan Dewa Aditya! kalian mundurlah ini urusan keluarga.‖ ucap Maharaja sembilan dewa kepada pengawalnya yang sudah siap menahan Sipemabuk Dari Selatan. lalu menimpali. ―Baik jika itu keinginanmu Uwak! tak ada pilihan akan aku sambut Pukulan Dewa Aditya mu itu dengan telapak Dewa Chandra!‖ ―Blaaarrr!‖ Pukulan dan Telapak beradu diudara, Maharaja Sembilan dewa tergetar, sementara Si Pemabuk dari Selatan terjajar mundur. namun semua itu tak menyurutkan semangatnya yang membara, kembali ia menyerang Maharaja Sembilan Dewa.
695
Bagaimana kronologisnya tentang Riwayat Maharaja Sembilan Dewa dan Sipemabuk dari selatan itu? Kita buka lembaran yang telah terlewat, +++ Dalam dunia persilatan terkenallah dua saudara yang telah mengarungi dunia. dia merupakan Anak dari Si Penjelajah Jagad brahmacari. adapun anak itu bernama Brahmawisata dan Brahmanta. kedua anak itu hidup dalam lingkungan yang aneh, yakni sejak kecil mereka tidak memiliki tempat yang tetap, kegiatan mereka sehari-harinya adalah belajar sastra, Silat dan berjalan. berjalan bukan sekedar berjalan melainkan menjelajahi setiap pelosok negri ini. Menginjak usia dewasa, Ayah mereka telah berpisah untuk selamanya, mulailah mereka berpisah dan menentukan jalan mereka sendiri. tahun demi tahun telah berlalu akhirnya kedua saudara itu telah dipertemukan oleh tuhan. Brahmanta yang merupakan seorang adik dari Brahmawisata telah menikah, berbeda halnya dengan Brahmanta yang lebih suka menyendiri.
Istri Brahmanta merupakan seorang yang cantik molek dan pintar dalam hal silat maupun sastra, sebanding dengan Brahmanta yang juga merupakan seorang pemuda yang tampan. kehidupan mereka berlangsung dengan sederhana dan bahagia. apalagi ketika mereka dikarunai seorang anak yang tampan, dan kebetulan ketika anak itu lahir berkunjunglah Brahmawisata ketempat itu, tentu saja Kedua pasangan iu menyambut gembira malah meminta sebuah nama untuk
696
anaknya itu. akhirnya terpilihlah nama Danabrata yang berarti ―Dewa kekayaan‖, pada saat malamnya Brahmanta diminta untuk menemui Brahmawisata digunung belakang rumahnya. meski tak mengerti, Brahmanta akhirnya menuruti kemauan kakak semata wayangnya itu. Setelah ia berkelebat mendaki gunung, dilihatnya Kakanya itu sedang bersila dengan tenangnya diatas rumput bukit. ―Kakang Brahmawisata!‖ Sapa Brahmanta lembut. Brahma Wisata berpaling, ia gupaikan tangan kanannya untuk duduk dimukanya. ―Ada apa kakang?‖ tanya Brahmanta spontan langsung ke inti. ―Adik, ada sesuatu yang ingin kakang bicarakan mengenai anakmu itu‖ ―Oh, Apakah kakang hendak mengambilnya murid?‖ tanya Brahmanta. ―Bukan‖ Brahmawisata menggeleng. ―Lalu ada apakah kakang?‖
Bukan mendapat jawaban, Brahmawisata tampak malah melamun, Brahmanta kebingungan. namun ia paham ada
697
sesuatu yang cukup serius dan tidak mengenakan yang akan terjadi. ―Kakang, Katakanlah... apapun yang akan terjadi aku tidak akan membencimu, apakah kakang sedang ada masalah.‖ ―Bukan adi Brahmanta,. sudah aku katakan ini mengenai anakmu berarti itu menyangkut dirimu sendiri.‖ ―Aku tak mengerti kakang, oh ya, satu lagi.... mengapa kakang bisa datang tepat pada saat anakku lahir?‖. ―akh adiku, sebenarnya aku kemari karena aku mendapatkan mimpi yang aneh. aku telah dijumpai oleh seorang kakek yang bernama Avatara Batara Yuda! dalam mimpi itu, aku diberitahukan bahwa anakmu pada suatu saat yang mendatang akan menjadi seorang yang akan mencemarkan keluarga, bahkan menjadi musuh dunia persilatan. wahai adiku, dia juga memberitahukan bahwa istrimu adalah putri seorang pendendam, pendendam akan ketentraman dunia persilatan, biang keladi pada masa Pangeran Empat Dewa!‖ ―Apa!‖ Brahmanta tersentak kaget, namun Brahmawisata kembali menenangkannya.
―Adikku, jangan dimasukan kedalam hati, mungkin itu adalah sebuah bunga tidur belaka, didiklah anakmu itu dengan kebaikan! bila itu benar bahwa istrimu putri orang itu, maka selama ia bersikap dlam kebaikan maafkanlah dan terima apa adanya!‖
698
―Terimakasih kakang!‖ Brahmanta memeluk Brahmawisata. ―Namun, aku merasa sedikit khawatir adik, siang malam aku kemari untuk menemuimu, sebab mimpi itu selelu datang tiap malam, baik aku sedang bersemadi maupun sedang tidur, bukankah ini aneh?‖ Brahmanta tertegun, memang ia melihat kantung mata kakang nya itu sedikit membengkak, mungkin kakangnya itu tidak bisa tidur saking khawatirnya. ―Memang Aneh kakang!‘ ―Lupakanlah adik, lekaslah engkau kembali pada anak istrimu!‖ meski ragu, Brahmanta menurut juga dan berkata. ―Baik kakang!‖ Brahmanta segera berkelebat balik, sementara Brahmawisata menghela nafas dalam. Malam itu berlangsung seperti biasanya, keesokan harinya Brahmawisata pun berpamitan hendak pergi, tentu saja sedih tak terkira hati Brahmanta. Setelah pembicaraan itu, sikap Brahmanta agak sedikit murung, namun semakin beranjak dewasa, Sikap Danabrata sangatlah lembut, sehingga Brahmanta melupakan pembicaraan tadi, malah mengajarkan segenap ilmu kepandaiannnya itu. hingga pada suatu malam.
Malam itu langit begitu kelam, sinar bulan tertutupi awan yang bergulung kelabu, angin berhembus dingin membekukan tulang,
699
namun tidak bagi dua sosok yang sedang berlatih diatas puncak bukit di samping sebuah poondok kecil milik Brahmanta. tak jauh dari kedua orang yang sedang berlatih itu, sepasang mata tampak mengintip dengan geram, mengapa? ternyata yang berlatih itu adalah Danubrata dan istri Brahmanta yang bernama Darani. lalu apa yang harus dibuat geram? Ternyata yang sedang dilatih oleh ibu dan anak itu merupakan sebuah ilmu silat sesat, ganas kejih dan tak berperikemanusiaan. Brahmanta benar-benar geram melihat semuanya itu, diam-diam bayangan ucapan kakaknya mengiang-ngiang ditelinganya. Seperanakan nasi kemudian kedua ibu dan anak itu berhenti berlatih, terdengar Darani berkata‖ Anakku kau hebat sekali, ilmu Sembilan Dewa Iblis hampir penuh kau kuasai, kau ingat dengan tugas yang kau emban?‖ ―Tentu ibu, Dendam seribu karat dari buyut kita sampai sekarang, aku harus menjadi penguasa dunia persilatan dan membantai segenap orang yang telah berani membuat kita harus sembunyi‖ Danabrata berkata dengan seram. mendengar itu, Brahmanta merinding, tak dapat disangkanya bahwa istrinya telah meracuni anaknya hingga sedemikian rupa. ―Ibu, mengapa aku harus bersikap baik kepada ayah? apakah ibu mencintainya?‖ tanya Danabrata, Brahmanta segera pasang kupingnya untuk menyadap pembicaraan itu.
700
―Hihi.... dasar, kau tahu anakku... dengan bersikap baik pada ayahmu maka kau akan mendapatkan segenap ilmunya itu, ibu sama sekali tak mencintai ayahmu, ibu hanyalah menginginkan benihnya untuk melanjutkan dendam kesumat kita, kau tahu.! ayahmu adalah seorang lelaki dambaan setiap wanita, bukankah itu akan menurun kepadamu? ibu lebih suka melakukan itu denganmu!‖ Darani berkata genit. Brahmanta gemetar dan merinding akan cobaan untuknya itu. sebelum Brahmanta meninggalkan tempat itu terdengrlah rintihan wanita khas orang yang sedang berahi, jelas saja bahwa istrinya sedang melakukan hal yang tak semestinya, lebih gilanya itu dilakukan dengan anaknya sendiri. Keesokan harinya Brahmanta mengamuk hingga terjadi perkelahian sengit, Darani terluka parah bahkan tidak lama kemudian meninggalkan raganya, melihat itu, Danubrata membokong Brahmanta hingga brahmantapun ikut terluka parah, namun brahmanta berusaha untuk melarikan diri hingga bertemu dengan Brahmawisata dan menceritakan segalanya. Dari sejak itulah Jiwa Brahmawisata terguncang dahsyat, untuk melupakan setiap patah kata adiknya ia berlari kedalam minuman hingga ia dikenal dengan Sipemabuk dari selatan, ++++ Belasan jurus telah berlangsung, hingga pada suatu kesempatan. "Jaga Serangan...!" seru Si Pemabuk dari Selatan sambil menenggak tuak dari guci tanah liatnya. Kemudian, dengan gerakan mulut yang aneh, disemburkannya tuak itu....
Wusss!
701
―Sembur Dewa!‖ Ucap Maharaja Sembilan dewa sambil mengelak serangan dari tuak yang menyembur dari mulut Si Pemabuk Dari Selatan,. Tuak itu terus melesat cepat dan mengenai bangunan dibelakan Maharaja Sembilan Dewa.Cuss.... Terdengar tembok bangunan itu mendesis, usut punya usut ternyata tembok itu telah berlobang kena semburan itu. Semakin lama, Pertarungan semakin bertambah seru, dengan berani kembali Si Pemabuk dari Selatan merangsek ke arah lawan yang dalam waktu itu sedang berjumpalitan diudara. dengan kecepatan penuh,Si Pemabuk dari Selatan kembali meneguk tuaknya dari guci. dan menyemburkannya membuat Maharaja Sembilan Dewa Lama-kelamaan, Maharaja Sembilan Dewa menjadi marah. Kemudian dengan penuh amarah yang meledak-ledak di dada, Maharaja Sembilan Dewa menyerang Sipemabuk dari selatan dengan jurus yang tak bisa dijabarkan dengan tulisan saking cepatnya, waktu itu, Maharaja Sembilan Dewa sedang berada sepuluh tombak dari Sipemabuk dari Selatan, namun Sipemabuk dari selatan belum juga mengkedipkan mata, Maharaja Sembilan Dewa telah berada sejengkal di depan Sipemabuk dari Selatan. Mimpipun ia tak menyangka akan diserang begitu cepat dan setiba-tiba itu. Sipemabuk dari selatan tidak mandah digebuk begitu saja, Guci tuaknya bergerak cepat, menangkis tinju yang berada satu inchi didepan hidungnya.
702
―Bukkkk!‖ Secara bersamaan tinju itu mengenai pelipis Si Pemabuk dari selatan, dan gucinya juga mengepruk tangan Maharaja Sembilan Dewa. Si Pemabuk dari selatan terhuyung-huyung namun ia tidak mengalami cedera sebab wajahnya sudah ia lindungi dengan tenaga dalam, sementara Maharaja Sembilan Dewa memusatkan tenaga dalamnya di kepalan. sehingga beberapa bagian tangannya itu tidak terlindung tenaga dalam. melihat itu Si Pemabuk dari selatan semakin bersemangat. Serangan dengan guci tuaknya kian gencar. Namun, Maharaja sembilan dewa bukanlah lawan yang empuk, dengan sigap ia mengembangkan jurus sembilan dewa Iblisnya menyerang leher dari Si Pemabuk dari selatan. Dengan cepat Si Pemabuk dari selatan yang diserangnya melenting dengan tubuh bersalto untuk mengelakkan serangan itu hingga luput. Namun belum juga kakinya sempat menginjak tanah, Kembali Maharaja Sembilan dewa susulkan sebuah serangan. Si Pemabuk dari selatan segera hendak melakukan gerakan menghindar, namun tendangan Maharaja Sembilan Dewa lebih cepat dari gerakannya. Buggg! "Ugh....!"
Tubuh Si Pemabuk dari selatan terhuyung ke belakang dengan mata melotot berusaha menahan rasa sakit akibat tendangan
703
pada lambungnya itu. Tangannya mendekap bagian tubuh yang terasa sakit hingga tubuhnya membungkuk. Pada saat itu, Maharaja yang sudah gelap mata hujamkan sebuah pukulan Sembilan Dewa Iblis dengan ajian Chandra Geni. Melihat itu, Anggota Nawa Awatara, Ki jalak dan kawan-kawannya yang pada waktu itu menonton pertarungan merasa tercekat, Semua mematung, tapi tidak dengan ki jalak,dengan segenap kemampuan yang dimilikinya ia kerahkan Ajian Karatala hingga puncaknya dan menyambut pukulan Maharaja Sembilan Iblis, "Aaa...!" Pendekar Burung Jalak alias Ki Jalak itu memekik dengan mata melotot. Tangannya mendekap wajahnya yang terasa panas, ―Brukkkk!‖ Tubuh Ki Jalak jatuh berdebam di halaman itu dalam keadaan tubuh hangus. Si Pemabuk dari selatan terlonggong haru atas pengorbanan Ki Jalak, matanya bercucuran, ―Adi maafkan kakangmu yang tak bisa melakukan harapanmu‖, Si Pemabuk dari selatan tampak berkemik-kemik dan menempelkan kedua tangannya hendak memberikan sembah. Pucat wajah Maharaja Sembilan Dewa, ia jejakan kakinya hendak melarikan diri,sambil berpekik. ―Dewa Berkorban Jiwa Tenang‖. Terlambat sedikit....
704
Tubuh Si Pemabuk dari selatan yang pada waktu itu memberikan sembah tiba-tiba menggelembung seperti balon dan meledak.... Blaaarrrrrr! Ledakan hawa murni berbarengan dengan muncratan daging dan darah berhamburan kemana-mana, ― Gurrruuuuuuuuuuuu!‖ Pekik seseorang menggelegar mengalahkan suara ledakan itu membuat semua orang harus mengerahkan tenaga dalam untuk melindungi telinganya, bahkan yang menggeletak pingsan atau mati juga ada. Siapakah yang terpekik itu? Tampaklah Seorang Pemuda tampan pakaiannya berwarna biru langit serasi dengan jubahnya. rambutnya di kuncir kuda diikat oleh kain berwarna biru, diatas ikatannya menyembul sebuah gagang berukiran harimau, Dilehernya tersampir sebuah kain berwarna coklat menambah ketampanan wajahnya. sementara disampingnya juga berdiri ketiga Gadis cantik mengenakan pakaian yang sama yakni berwarna biru laut sebatas dada. menunjukan dada mereka yang sekal. Badan mereka terlihat elok dalam busana ketat seperti itu. Pinggang mereka tampak ramping karena mengenakan celana ketat warna biru laut pula. Pakaian mereka itu dirangkap pakaian jubah warna biru langit yang tak terkancingkan bagian depannya. jubah itu terbuat dari bahan sutera menampakan sikap mewah mereka, leher mereka yang jenjang itu dibelitkan sebuah kain selendang tipis berwarna putih.
705
Kemudian menyusul pula beberapa pemuda-pemudi yang lain. ―Guru!. Aram mengeluh dan segera melompat disamping mayat Ki Jalak, Mata Aram nanar, namun ketenangannya demikian mengagumkan, bahkan Maharaja Sembilan iblis juga mengakui hal tersebut. ―Selamat datang kembali Pendekar Seribu diri Aram widiawan Si Rubah cilik‖ Seru Maharaja Sembilan Dewa sambil mengangkat tangan kanannya. dan serempak angota Nawa awatara yang semenjak tadi berdiam diri mencabut senjatanya. Aram kerutkan dahinya, sepertinya ia merasakan gelagat yang tidak beres, namun seperti biasa, wajahnya tetap tenang seperti air dalam. ―Hentikanlah Angkara Murkamu ini Maharaja Sembilan Dewa!‖ Aram berkata tegas. ―Hentikan? hahahaha..... haruskah aku menghentikan angkaraku yang sedang mencapai puncaknya ini! heh‖ Maharaja Sembilan Dewa terbahak-bahak seolah itu adalah ucapan yang sangat lucu. ―Hem, Apakah Buyutmu itu belum cukup untuk dijadikan sebagai pelajaran? apakah Murid buyutku Avatara Batara Yuda, Pangeran Empat Dewa belum kau perhitungkan?‖
Maharaja Sembilan Dewa membesi, kini ia baru mengetahui bahwa Pangeran Empat Dewa merupakan Murid dari Avatara
706
Batara Yuda yang juga merupakan buyut dari orang yang selalu menjadi duri dalam setiap tindakannya. ―Benarkah ucapanmu itu?‖ Tanya Maharaja Sembilan Dewa menegaskan. ―Haruskah aku menakutimu? jikalau pada masa itu Murid buyutku itu tidak tergoda rayuan wanita barangkali sekarang kau tak akan ada didunia ini. weleh weleh‖ Aram tersenyum mengejek. ―Kalian semua harus mati!‖ Teriak Maharaja Sembilan Dewa murka. ―gampang sekali jika kau ingin kami mati, tapi, kau harus menebusnya dengan seluruh anggotamu termasuk kau ketuanya hahahaha‖ Aram tergelak-gelak mengucurkan air mata, mungkin saking sedihnya akan kematian orang-orang terdekatnya sampai terbawa kepada tawanya. ―Kau Terlalu menghina Aram!‖ Aram tersenyum saja sambil mengangkat tangannya. serempak saja Ketiga kekasihnya juga Ksatria Satwa, Ki Asmaradanu, Nyi Renjani dan Kakek Arak seribu Kati mendekati Aram. Setelah dekat tampak Ki Asmaradanu tampak berbisik-bisik ditelinga Aram, untuk sekejap wajah Aram berubah tegang, namun akhirnya kembali seperti semula.
―Kalian.... pemuda pemudi yang pada waktu itu memakai pakaian serba coklat...! bukankah kalian sudah mati‖ Teriak
707
Maharaja Sembilan dewa membuat anak buahnya yang lain menjadi keder. ―Haha.... Kau memang pintar Maharaja Sembilan Dewa, tapi kau masih kalah siasat denganku, ketahuilah bahwa aku sudah mengetahui perkumpulan ini sejak dahulu, maka jauh-jauh aku sudah menyusun siasat, termasuk memasukan beberapa anggotaku kedalam perkumpulanmu. aku juga tahu bahwa Perkumpulan Panji Telapak Perak adalah kelinci percobaanmu. namun keinginan sering sekali tak sesuai dengan harapan, hingga aku harus menggunakan siasat kedua sebab kau melibatkan juga kerajaan. lebih daritiga tahun aku mengumpulkan tenaga penghancur, sementara kau sibuk dengan mainan yang ku persembahkan untukmu kau tetaplah sama Maharaja Sembilan Dewa, kau adalah manusia biasa. hanya bila Ibumu juga kau setubuhi, ayahmu kau bunuh. aku belum mampu melakukan apa yang kau lakukan itu, haha!‖ Untuk kali ini, Maharaja Sembilan Dewa tidak mampu lagi memendam kemarahannya, bagaikan singa lapar ia menggeram dahsyat. ―Gerrrmmm!‖
―Hahaha... mengapa kalian malah memilih Ketua yang suka membunuhi anak buahnya seperti itu? ― Aram mengejek memanasi Anggota Nawa Awatara yang dalam pada itu sedang mati-matian menahan tenaga dalam yang menyerang gendang telinga mereka. sementara Rombongan Aram pada waktu itu tenang-tenang saja, Mengapa begitu?
708
Setelah semua anggota berkumpul akhirnya Aram dan kawan-kawan berangkat menuju Markas Nawa Awatara, diperjalanan Aram bertemu dengan berbagai macam lapisan masyarakat, baik itu dari kalangan persilatan yang menyembunyikan diri, maupun masyarakat biasa yang telah diberikan ilmu oleh Adipati Rajalela demi memenuhi siasat penghancuran Nawa Awatara. Mereka berdiskusi, hingga pada suatu hari Aram memutuskan untuk segera menyebrngi lautan demi ke pulau borneo tersebut. sebelum berangkat Aram memberikan titah agar semua orang yang akan terlibat menutup gendang telinganya dengan tanah liat, untuk berkomunikasi Aram mengajarkan beberapa isyarat dan teknik membaca gerakan bibir. Pada saat sore hari akhirnya Aram tiba di desa Talaga Angkeran, desa terdekat dari Desa Mujung Sungkur. seperti biasa, Dengan memencarkan diri Aram dan kawan-kawan menghabisi Anggota Nawa Awatara yang berkeliaran, itulah sebabnya mereka datang terlambat dalam pertarungan para datuk itu. Begitulah sebabnya mengapa rombongan Aram dalam baik-baik saja meski teriakan itu mengandung tenaga penghancur yang dahsyat. Maharaja Sembilan Dewa berteriak dengan lantangnya. ―Jangan salahkan bila aku akan membantai kalian. Pasukan pemanah.... !‖ namun perintah itu tak ada respon, hening seperti tiada terjadi apa-apa.
709
―Pasukan Pemanah,.... Pasukan Bumi...! Pasukan Bisa! Pasukan Gadis Iblis!‖ Hening, semua tiada Respon. Maharaja Sembilan Dewa benar-benar kaget, ia benar-benar tak mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi, padahal semua hal itu telah dipersiapkan dengan matang. karena persiapan itu jugalah ia datang terlambat ketempat itu menyebabkan beberapa datuk yang menjadi andalannya mati. tok..tok, suara langkah kaki orang berjalan dalam lorong, tak lama kemudian keluarlah seorang pemuda berwajah pucat berseragam Nawa Awatara, ditangannya terjinjing sebuah Pedang panjang berlumuran darah. ―Ragid.! kemanakah saja kau, mana anak buahmu, mengapa kau tak menuruti perintahku!‖ teriak Maharaja Sembilan Dewa marah. ―Maafkan aku Maharaja Sembilan Dewa, sejak dahulu aku selalu mengelabuimu, namaku Eka Purnama Komandan Golongan Bendera dari Bendera Awan Langit Eka Purnama‖ Teriak Pemuda itu sambil melepaskan topengnya, wajahnya tidak terlalu tampan, namun kini terlihat lebih baik daripada tadi. ―Kau...!‖ Maharaja Sembilan Dewa tercekik, ia benar-benar tak menyangka bahwa perkumpulannya dapat dimasuki lawan. ia baru saja meragukan ucapan Aram, namun kali ini ia harus mempercayainya jua.
710
Belum ia memberikan hukuman kepada Eka Purnama, Salah satu pengawal Pribadinya juga meninggalkannya sambil mendekati rombongan Aram, ―Rival, Terimakasih kau sudah melaksanakan tugasmu dengan baik.‖ Aram berkata antusias, saking kagetnya, Maharaja Sembilan Dewa berdiri menjublak. ―Brusss!‖ dari dalam tanah keluar seorang Pemuda berwajah oval berpakaian Anggota Nawa Awatara. Pemuda itu segera berbalik dan memberi hormat kepada Aram, lalu berkata. ―Ketua, Hamba sudah selesai‖ ―Bagus, Ikbal silahkan menuju tempatmu‖ ―Hamba Juga sudah menyelesaikan tugas hamba Ketua,‖ Seorang Pemuda lainnya yang tak lain adalah Jagat balik tersenyum diambang pintu. disampingnya juga berdiri Pratama. ―Hihi, lihatlah wajah Maharaja Sembilan Dewa begitu lucu‖ Sebuah suara merdu melantun. ternyata suara itu berasal dari berpakaian seronok warna Merah. ―Mawar‖ desis pengawal Pribadi lain Maharaja Sembilan Dewa. ―Benar, Aku Mawar Duta Langit Bendera Awan Langit‖ Timpal Nyi Mawar. ―Engh... sampai kapan kau berdiam disana, Kenanga!‖
711
―Akh, Sampai Maharaja Sembilan Dewa membuka bajunya hihi....‖ Jawab seorang Gadis cantik berpakaian orange, bajunya sudah berlumuran dengan darah, sepertinya ia sudah membantai manusia. ―Maaf Aku terlambat, namun aku juga sudah menyelesaikan tugasku!‖ Seseorang berkata diatas genting, wajahnya tidak begitu jelas sebab terhalang oleh gelapnya pajar. namun dengan cahaya obor masih bisa dilihat bahwa pemuda itu sedang membawa buntalan besar. ―Kau mau pindah kemana Sagara!‖ ejek seseorang dibalik pohon, selang sesaat akhirnya sosok itu menampakan diri, ternyata dia adalah seorang pemuda berambut pitak dengan baju Nawa Awataranya. ―Buana Dewa, kau mau racun tikus?‖ ―Hahaha... Silahkan kau makan sendiri.‖ Jawab seseorang yang dekat pohon. ―Ketua, menyenangkan sekali... ternyata kekayaan mereka lebih dari yang kita duga sebelumnya.‖ Dibelakang rombongan Aram tampak seorang Pemuda kering kerontang cengengesan.
―Terimakasih atas kerjamu Dewa Ares.‖ Aram tersenyum bahagia, Maharaja Sembilan Dewa menjublak, sepertinya ia sedang shock melihat anak buah kesayangannya malah memihak lawan.... kini ia sadar bahwa sebenarnya kegemilangan yang ia peroleh hanyalah sebuah alat untuk
712
menghancurkan dirinya, sungguh ia merasa menyesal, sejak masa kegemilangannya itu ia tidak pernah melatih ilmunya, ataupun mengurusi organisasinya, yang ia lakukan hanyalah bersenang—senang, ia tidak sadar bahwa lawan berubah menjadi cacing pita dan tikus yang menggerogoti dirinya, bahkan wanita yang paling ia gemari untuk ia ajak tidur adalah seorang musuh. Sementara Anggota Lainnya menjadi down, semangatnya turun secara mendadak, kematian menunggu mereka,. ―Akh, Kemanakah Tanjung Putri?‖ tanya Aram keheranan, suara itu jernih namun menggaung-gaung. Sepuluh orang yang tadi menunjukan wajah aslinya menunduk sedih. ―Beliau telah meninggal ketua, Beliau mati dalam perjuangan kita, Beliau mati karena ingin menunjukan bahwa semua anggota Nawa Awatara tidak ada yang memiliki wajah dua‖ Eka Purnama menjelaskan sambil berkaca-kaca. ―Semoga tuhan menerima dia disisinya.‖ Ucap Aram menunduk. Maharaja Sembilan Dewa mendengus dingin, segera ia menyela. ―Aku Akui, Kau memang lawanku yang paling mengerikan Aram....‖ Aku Maharaja Sembilan dewa jujur.
713
―Terimakasih atas pujianmu Maharaja Sembilan dewa, tapi kau tetap akan mati diujung tanganku‖ ―Satu hal yang perlu kau ingat, aku masih memiliki dua kartu As untuk menghancurkanmu..... Penasihatku Keluarlah‖ ―Tuk.tuk!‖ Suara langkah kaki bergema, maka keluarlah Seorang Lelaki Paruh baya berbaju Putih, wajahnya sangar, matanya hitam mencorong. ―Maharaja Sembilan dewa‖ Ucap Lelaki itu menyapa Maharaja Sembilan dewa. Maharaja Sembilan dewa kerutkan alis, ―Apa maksudmu memanggilku Maharaja Sembilan dewa Darupada.‖ ―Hahahaha.......!‖ Lelaki itu tertawa latah, lalu menimpali ― Kau terlalu bodoh Maharaja Sembilan dewa. Aku Si Pengabar Langit merasa kasihan untukmu‖ Lelaki itu segera memegang rambutnya lalu ditarik, maka munculah seraut wajah berparas cakap. Di atas alis kanannya ada tanda codet menggaris sampai atas alis kiri seperti bekas barang tajam. memang itulah ciri khas Si Pengabar Langit. Maharaja Sembilan Dewa menghela nafas panjang, sudah jatuh ketimpa tangga. hatinya benar-benar goyah, ―Apakah kartu As mu yang ke-dua Maharaja Sembilan Dewa‖ Rombongan Aram tertawa terbahak-bahak.
714
―Kau tahu, berapa jiwa Anggota Nawa Awatara ini? dan apa yang terjadi bila aku mati.‖ ―Anggota yang mana? anggota yang berkeliaran atau anakmu yang dikandung sembilan istri?‖ Aram tertawa latah. Mata Maharaja Sembilan dewa melotot, Diam-diam ia merasakan gelagat buruk, gelagat yang tidak menguntungkannya, namun ia dam saja, diam menanti, namun dalam relung hatinya ia menyesal mengapa orang kepercayaannya harus tahu bahwa ia telah membuahi anak untuk menjaga bila terjadi sesuatu. ―Hihi... Maaf Maharaja, kesembilan istrimu sedang beristirahat dialam baka‖ Cempaka tertawa dingin. Ucapan itu laksana guntur disiang bolong bagi Maharaja Sembilan dewa. ingin ia bertindak, namun musuh sedang berada dalam posisi terbaiknya, adalah hal yang mustahil bagi dirinya untuk menekan lawan. ―Kalian Kejih sekali, membunuhi orang yang sedang Hamil‖ ―Maaf, Kesembilan istrimu itu terlalu naif hingga mereka keguguran dahulu sebelum mati.‖ Kasturika tersenyum dingin. Mendadak...
Wussss,,,.... Jleggg! Seorang Pemuda berbaju warna toska, berkuncir ekor kuda dengan ikat kepala biru laut bermata sipit, wajahnya tampan hidungnya mancung, menilik wajahnya
715
sepertinya ia bukan penduduk pribumi. dia tak lain adalah Thian Liong adanya. ―Ketua, Seluruh armada sudah bergerak. sepertinya ini hari adalah hari terakhir bagi Nawa Awatara‖ Wajah tampan Thian Liong tersirat semburat matahari yang mulai menampakan wujudnya, Dengan sinar itu rupanya membuat wajah itu begitu seram. Kemanakah saja Thian Liong selama ini? dan apa yang dimaksud dengan Armada? Beberapa purnama kebelakang, entah ada apa, Aram segera menitah Thian Liong untuk menghadapi keruangannya, kini keduanya duduk berhadapan. ―Kak, Kau mau membantuku?‖ Aram membuka suara. ―Membantu Apa Aram?‖ ―Menyadarkan segenap kerajaan, kerajaan yang ada di tanah Seribu pulau*‖ (*Sweta Dwipa/Nusantara) ―Maksudnya?‖ ―Aku ingin Kak Liong pergi keseluruh Kerajaan di Seribu pulau ini untuuk menghancurkan Anggota Nawa Awatara dalam waktu yang serempak.‖ ―Em...Boleh, tapi apakah kau tak salah memilih orang?‖
716
―TIDAK..!, aku tahu... selain engkau dan Hong Moay tak bakalan ada yang sanggup,!‖ Thian Liong tersenyum ia paham arti kata ‗sanggup‘ itu, ia tahu maksudnya adalah mampu pergi kesuatu tempat dalam waktu sekejap. ―Baiklah, Aku sanggupi itu! sekarangpun aku akan pergi‖ ―Kak....!‖ Raib sudah raga Thian Liong, Aram tersenyum penuh makna atas ulahnya itu. Thian Liong yang pada waktu itu sedang bicara rupanya sedang mengerahkan ilmunya ―Perjalanan Sejati‖ sehingga ketika selesai bicara tubuhnya sudah melesat meninggalkan tempat itu. Dengan ketekunan dan Perjuangan penuh, Thian Liong pergi keberbagai Kerajaan besar diseluruh Nusantara. ia membujuk, merayu dan lainnya untuk mencapai kesepakatan itu, setelah semuanya selesai tidak kerasa itu sudah berjalan beberapa bulan. dan hingga dalam perjalanannya ia mendengar bahwa Aram sedang menuju markan Nawa Awatara di borneo. Baru saja Thian Liong selesai berkata Mendadak......
―Begitupula dengan Pasukan semut‖ Seseorang berkata lantang dibelakang Thian Liong. dia merupakan seorang lelaki paruh baya berusia empat puluh delapan tahunan, berbaju hitam
717
seperti orang yang berduka cita, ya dia adalah Adipati Rajalela sang Raja ditanah sunda ini. ―Ayahanda‖ Rismi Laraspati berseru lantang. ―Kau.dan..Kau.. bukankah aku sudah menusuk tubuh kalian!‖ Salah satu Pengawal Maharaja Sembilan Dewa tergagap gemetar. ―Haha... Maaf aku sudah mengatur semuanya! Aku Rehan Pendamping Ketua menghaturkan hormat kepada Maharaja Sembilan Dewa‖ Dibelakang Rehan tampak Ki guntur, ki makmur, Nyai asri, Siwa, Samudra. Brahma, Raja,Tangan kilat Ki Kodir. juga berjalan santai. tangan mereka berlumuran darah seakan mereka sudah menjagal orang. Bagaimana kisahnya hingga Rehan dapat menyelamatkan Nyawa adipati Rajalela bersama keluarga? +++ Malam ini bulan tidak bercahaya penuh, hanya sebuah garis melengkung saja menghiasi malam in. Langit cerah tanpa sedikit pun awan menggantung. Bintang-bintang gemerlapan, menambah keindahan angkasa raya. Namun sepertinya keindahan malam ini tidak dinikmati Oleh sekeluarga Kerajaan. Hanya binatang-binatang malam saja yang mereguk keindahan malam.
718
Didalam Keraton itu, tepatnya dikamar raja nampaklah lima orang sosok manusia sedang bersitegang, sepertinya mereka sedang menghadapi masalah yang sedang gawat. ―Rehan, Brajangpati, Apa maksud ucapan kalian itu?‖ Seorang Lelaki Paruh baya berpakaian mewah khas seorang raja berkata. ―Maafkan hamba yang mulia, tapi saat ini waktu sudah semakin mepet, tak ada waktu lagi untuk menjelaskan. hamba mohon agar Yang mulia, Permaisuri dan tuan putri meninggalkan keraton ini‖ ―Setapakpun aku tak akan meninggalkan kamarku bila kalian tidak menjelaskan alasan kalian mengajakku pergi‖ ―Yang Mulia...‖ belum sempat Rehan menyelesaikan kat-katanya, tiba-tiba dari luar terdengar jeritan ngeri. ―Sekarang yang mulia mengerti mengapa aku mengajak yang mulia pergi!‖ Rehan mulai tak sabar. ―Ayahanda‖ ―Suamiku‖, Istri dan Anak Adipati Rajalela merengek. ―Baiklah, kita pergi sekarang! ayo kita masuk kedalam jalan rahasia‖ Akhirnya adipati Rajalela membuka tutup ranjangnya, segera saja semuanya masuk kedalam ruangan itu. Kecuali Rehan.
719
―Lekas masuk Rehan!‖ Adipati Rajalela mengajak. ―Pergilah dahulu, hamba masih ada urusan. kita berjumpa dibukit belakang‖ ―Hati-hati anakku‖ Brajangpati menasihati sambil mengajak Adipati Rajalela segera melarikan diri. Rehan tersenyum, dengan kecepatan penuh ia keluar dari ruangan, dilihatnya salah seorang yang berperawakan sama dengan Adipati Rajalela. segera ia menotok Prajurit itu dari jarak jauh., dengan sigap ia melemparkan tubuh orang itu kedalam kamar sementara Rehan berlari menyusuri keraton itu, segera ia gunakan ilmu sirep sehingga orang yang ada diruangan itu tertidur. Rehan segera pilih dua dayang yang berperawakan sama dengan Tuan Putri dan Permaisurinya. lalu kembali kekamar Raja. tanpa permisi Rehan mencari pakaian ketiganya. meski dengan sedikit merah malu, rehan mengganti pakaian ketiga orang itu, dengan kepandainnya dalam menyamar segera Rehan rubah ketiga orang itu menjadi orang yang sama persis dengan Adipati Rajalela, Istrinya dan Rismi Laraspati. Sebelum ketahuan, segera ia keluar dari kamar itu.............. ++++
Maharaja Sembilan Dewa benar-benar telah mencapai puncaknya, dengan kemarahan meluap segera ia memberi komando.
720
―Serang mereka.... Bunuh!‖ ―Hiiaa...heaa ― Trang..tring...trung...Jrep argahhh‖ dalam keremangan pagi itu terjadilah sebuah pertarungan dahsyat, Anggota Nawa Awatara mengamuk laksana ribuan tawon, dari berbagai penjuru mereka merloncatan tanpa menghiraukan jiwanya, Ksatria Satwa tak ketinggalan, merekapun ikut menerjang... menghadapi Pengawal Pribadi Maharaja Sembilan Dewa. Para petinggi Bendera Awan Langit ikut berpesta darah. Para Komandan bendera juga tak mau ketinggalan, apalagi Ketiga kekasih Aram yang sedari tadi berdiam diri, bahkan Thian Hong Li tak sungkan segera menggunakan Keris Perasannya, ―Goaaarrrr!‖ Pagi itu benar-benar luar biasa, entah berapa jiwa yang telah melayang, entah berapa liter darah yang tertumpah, bagaikan dua kubu prajurit yang sedang berperang, mereka saling teriak, saling semangat... dentuman dua buah tenaga sakti beradu saling berdentum, namun tampaknya pertarungan dua kubu itu enggan dihentikan. ‗‘Bunuh yang melawan‘‘ Perintah Aram kepada rombongannya yang telah terlibat pertarungan dengan lawan.
Serangan Rombongan Aram meningkatkan serangannya. Puluhan Anggota Nawa Awatara yang berada dekat dengan mereka berguguran dalam sekejap. Namun Anggota Nawa
721
Awatara terlalu banyak, jika ada diantara mereka yang terbunuh maka yang lain menjadi semakin marah dan meningkatkan serbuan mereka. Puluhan pukulan, sabetan, cakaran diluncurkan kepada Anggota Nawa Awatara dan puluhan Anggota Nawa Awatara menjerit kemudian tumbang kehilangan nyawa. Pasukan Nawa Awatara merasa keder juga saat melihat dari sekeliling benteng markas mereka berloncatan puluhan bahkan ratusan manusia menyerbu mereka. ‗Bunuh Mereka, jangan biarkan mereka mengalahkan kita!‘ Seru Maharaja Sembilan dewa menyemangati. mendapat semangat dari ketua mereka Anggota Nawa Awatara kembali menyerbu. Anggota dari kedua belah pihak terus berguguran. Rombongan Aram semakin mendesak. namun Jumlah Anggota Nawa Awatara sangat banyak dan tak terhitung. ‗‗Terpaksa,!‘‘ Seru Aram sambil melompat menerjang hendak menghadapi Maharaja Sembilan Dewa, siapapun yang menghalangi dirinya bisa dipastikan bakal mati. ‗‗Apa kau Mempunyai nyali untk melawanku!‖ Seru Aram kepada Maharaja sembilan Dewa. sambil terus sibuk membunuh orang yang ada disekelilingnya,.
Maharaja Sembilan dewa memandang pertempuran disekelilingnya. sudah begitu banyak Anggotanya yang sudah mati menggenaskan. hatinya mulai ragu. Apakah mungkin kemenangan akan berpihak pada dirinya? Ia berpaling dan
722
memandang kepada musuh utamanya, ia juga melihat dengan mudahnya Anggota dirinya dihabisi begitu saja. ‗‗Mereka belum sepadan melawannya. Pasukanku tidak siap bertempur, apalagi tanpa ada persiapan sama sekali,‘ bisik hati kecilnya. ―Menyingkirlah kalian darisana, kalian tak sebanding melawannya!‖ Pekik Maharaja sembilan Dewa. Kini Aram dan Maharaja sembilan Dewa berpandangan, keduanya sudah siap untuk bertempur untuk menentukan siapakah yang berhak melihat hari esok. Sementara itu, Ratusan Rombongan Aram yang baru datang berteriak keras dan mempergencar serangan demi menguasai medan perang itu. Hati mereka bergelora untuk mengembalikan kesejahteraan mereka yang terebut. Anggota Nawa Awatara mulai kehilangan harapan. Mereka sudah kehabisan tenaga dan itu berarti mereka bakal kehilangan nyawa. Sehingga dapat dikatakan mustahil bagi mereka untuk dapat merebut kemenangan. jangankan untuk kemenangan, untuk menyelamatkan nyawa mereka juga tidak mampu. Mendadak... ―Heeaaa...heaaaa!‖
Suara mengerikan terdengar nyaring dan beberapa orang menghentikan pertarungan sebab tidak kuat menahan ledakan
723
suara itu. mereka juga berpaling kearah suara itu. dengan hati takjub Merka melihat dua kekuatan yang luar biasa sedang beradu. Mereka Adalah Aram dan Maharaja sembilan Dewa,. ―Sepertinya persiapanmu kurang matang Maharaja sembilan Dewa!‖ Aram mengejek sambil tertawa sinis. ―Ya, Aku telah melakukan hal yang sama dengan pendahuluku, tergelapkan oleh kejayaan‖ Jujur sekali ucapan Maharaja sembilan Dewa. ―Aku suka akan kejujuranmu Maharaja sembilan Dewa‖ Aram mangut-mangut. ―Terimakasih atas pujianmu itu, tapi maaf... aku akan mengambil nyawamu itu!‖ halus sekali ucapan Maharaja sembilan Dewa, namun Aram juga sudah merasakan energi negatif lawan, Hawa pembunuhan menyeruak kemana-mana., ―Haha.... Tapi, mungkin saja aku yang akan melakukan itu!‖ Aram segera mengerahkan Tenaga dalamnya, Hawa Kematian kini saling beradu, menyebabkan orang yang ada disekelilingnya segera menyingkir.
Maharaja Sembilan Dewa pasang kuda-kuda, dia membentak keras, tubuhnya yang kekar menerjang kemuka dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, sementara telapak tangan kirinya dibabat keatas dada Aram yang pada waktu itu juga sudah bersipa.
724
Serangan yang dilancarkan Maharaja Sembilan Dewa ini betul-betul hebat sekali kekuatannya, berbareng dengan ayunan tangan itu, gelombang angin dingin yang maha dahsyat disertai dengan angin tajam dan mencicit ibarat amukan ombak besar ditengah samudra segera meluncur kedepan, kekuatannya betul-betul mengerikan hati. Aram tak rela bila tubuhnya dihajar lawan begitu saja, tubuh bagian atasnya segera menubruk kedepan dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. dia miringkan badannya kesamping menghindari serangan lawan, lalu memutar pergelangan tangannya untuk membalas serang. Tapi pada saat yang bersamaan, tangan kanannya telah menyodok datang ke tubuhnya, Aram sama sekali tak gugup menghadapi serangan itu, Buru-buru dia menghimpun kembali tenaga dalamnya, lalu tubuhnya melambung ke udara dan melayang ke samping kiri untuk menghindarkan diri. Maharaja Sembilan Dewa mendengus dingin, tentu saja ia tidak memberi kesempatan lawannya untuk menghindarkan diri. Gagal dengan serangannya yang pertama tubuh yang sedang menerjang kedepan itu sama sekali tidak berhenti, sambil berputar tangan kirinya dengan membawa tenaga pukulan yang kuat segera diayunkan ke depan, menyusul kemudian tangan kanannya diayunkan pula kedepan melepaskan serangan lain.
Angin yang tersibak sangatlah dahsyat dari serangan lurus segera dirubah menjadi suatu sapuan yang datang dari samping, bahkan setelah mengalami penambahan tenaga ditengah jalan
725
daya kekuatannya menjadi berlipat ganda lebih dasyat daripada serangan yang pertama tadi. "Serangan yang hebat" Puji Aram yang dalam waktu itu sedang menyilangkan kedua telapak tangannya didepan dada. Telapak tangan kanaknya yang semula disilangkan didepan dada itu, mendadak dibalik kemudian mendorong ke muka dengan suatu gerakan yang cepat sekali bagaikan sambaran kilat. "Sreeet.." segulung desingan angin tajam memekikkan telinga, meluncur kedepan dengan dahsyatnya. ―Duaaararrrrshh!‖ Dua buah tenaga sakti pukulan kosong beradu diudara, Aram terdorong mundur satu tindak, begitu pula dengan Maharaja Sembilan Dewa. Sementara itu ditempat lain, Angkara yang sedari tadi melawan Salah seorang Pengawal Maharja Sembilan Dewa segera mencabut pedangnya dan menyerang Pengawal itu. Tapi Pengawal itu juga tidak lemah, ia segera mencabut pedangnya Dan segera membuka jurus, ketika pedang itu digetarkan segera munculah ratusan bayangan pedang. Bayangan itu cukup membuat Angkara tidak bisa bergerak maju tanpa tertebas oleh pedang pengawal itu yang telah berubah menjadi ratusan buah.
―Pedang Seribu bayangan‖ Seru Pengawal itu maka ratusan pedang itu pun mengepung Angkara dengan rapat. Angkara
726
yang menggunakan Jurus jurus Kenjutsu yang ia pelajari semasa berada di negri perantauan masih dapat menjaga tubuhnya dari sayatan pedang itu. Lama kelamaan, Angkara sadar jika terus seperti maka keadaannya akan semakin terpojok, segera ia merapal ajian telan bumi. dengan menagalirkan ajian itu kebatang pedang maka pedang itu segera ditancapkan kedalam tanah. tanpa ampun tanah itu pun merekah dan menelan Pengawal itu juga beberapa pasukan Bendera awan langit dan Nawa awatara yang sedang bertarung dan dekat dengan area itu, Mereka yang kurang cepat bergerak sudah dapat dipastikan tewas karena terjatuh kedalam tanah yang diberi ajian itu, Setelah lawannya masuk kedalam tanah segera Angkara kembalikan tanah itu keposisi semula. ―Ayo kawan-kawan, kita perjuangkan keadilan. hapus angkara murka‖ Teriak Angkara memerintahkan pasukan Bendera Awan Langit yang tengah menyerang dan bertarung. Pertempuran besar di Markas Nawa Awatara terus berlanjut, Mayat dari kedua belah pihak terus berjatuhan, Hari sudah terang, hawa Panas dari matahari seakan tidak pernah mereka hiraukan, yang mereka pedulikan adalah MEMBUNUH, atau DIBUNUH. Pertarungan antara Melati dengan Seorang Perempuan berwajah menor dan baju kedodoran berwarna jingga juga tampak begitu sengit.
727
"Apa segitu saja kemampuanmu heh?" Ejek Perempuan berbaju kedodoran itu. dia merupakan ketua cabang Nawa Awatara yang kebetulan sedang berkunjung kemarkas pusat. Mawar berduri, itulah julukannya. Melati tersenyum dan menjawab: ―Haaha.... Tentu saja tidak....‖ Belum selesai ia berkata Pedang yang panjang dan besar sudah dibabat kearah dada lawan. Mawar berduri tidak berkelit maupun menghindar, tangan kanan dengan disaluri tenaga tenaga dalam mencengkeram kearah pedang tersebut. Melati terkejut lawan berani mencengkram pedangnya, meski pedang itu hasil rampasan, melati tidak kelihatan tidak nyaman dengan pedangnya itu. Atas didikan guru-guru pertamanya dilembah Dewa-Dewi, Tiga datuk dunia Persilatan juga Aram sudah tentu kepandaiannya ini luar biasa dahsyatnya. Baru saja ujung Pedang tadi mendekati tangan Mawar Berduri. Melati sudah menggetarkan pedang itu dengan tenaga dalamnya, desiran tajam menerjang leher ditubuh Mawar berduri. Mawar berduri benar-benar terkejut. tangannya ditarik, sementara sang badan berkelit selangkah kesamping. Agaknya melati tidak rela bila lawan melarikan diri. "Coba hadapi yang ini..." serunya keras.
Pedangya diputar sedemikian rupa, Dari balik Putaran pedang tadi secara tiba2 meleset keluar serentetan cahaya keperak-perakan langsung mengancam empat buah jalan darah
728
sekaligus, Mawar berduri merasa urusan semakin berada diluar dugaan, sekali lagi ia mundur kebelakang. Baru saja ia berhasil berkelit dari sambaran Cahaya keperakan yang meluncur keluar dari balik Putaran pedang dan siap turun tangan lagi, tiba2.... "Mati" bentak melati mantap dengan disenyumi ejekan. Pedang yang tadi diputar kini berubah menjadi bayangan yang entah berapa lagi jumlahnya, dengan diringi desiran tajam Pedang itu mengarah tiga kematian manusia yang paling fatal,. Perempuan berbaju kedodoran alias Mawar berduri merasa dibuat sangat terperanjat lagi, ia tidak sempat untuk berkelit lagi. diiringi bentakan keras lima jari dikepalkan sementara jari tangan lain dipentangkan lebar-lebar. Melati yang sudah melihat jurus tadi diperlihatkan kembali digunakan untuk menghadapi serangannya tentu sudah merasa siap, Ia salurkan tenaga dalamnya kedalam batang pedang, pedang itu diputarkan dipergelangan tangan, dan tiba-tiba gagang pedang itu disentil. ―Sretttt,.... Kelelawar menguntit nyawa!‖ Teriak melati lantang. ―Jrusss...Arggghhh!‖
Mawar Berduri menjerit tertahan, tubuhnya mundur tiga langkah kebelakang. lalu ambruk tanpa nyawa lagi, Melati tarik nafas panjang, kemudian ikut bergabung dengan yang klain membunuhi yang tersisa.
729
Sementara itu, Thian Hong Li merupakan satu-satunya orang yang tidak menggunakan senjata atau tangan kosong, ia memporak-porandakan Anggota Nawa awatara sambil duduk diseekor ular besar berupa hawa keemasan. ―Gerrrrr‖ Kepala Ular itu digerakan sedemikian rupa menerjang orang-orang yang ada disampingnya, ekornya juga menyabet kesana kemari meremukan tubuh siapapun yang terkena kibasan ekor itu. Pedang, Golok dan senjata lainnya selalu menghujam ke-tubuh Ular itu, namun seperti tanduk diadukan dengan telur, pedang itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pedang itu. ―Cah ayu, Turunlah kemari,... akan ku tunjukan kau sebuah liang kematian yang layak untukmu. aku Si Durjana dari pantai selatan ingin sekali merasakan nikmatnya belaian halusmu itu. ―Baiklah....!‖ Sahut Thian Hong Li genit, suaranya berhenti, tinju melati sudah seinchi di pipi Si Durjana dari pantai selatan. ―Bukk...ArggghHH‖ ―hihi... bagaimana? enak?‖ tanya Thian Hong Li cekikikan, tubuhnya memang turun dan berhadapan dengan Si Durjana dari pantai selatan, namun Ular Naga Penjelmaan dari Keris Perasaan tidak menghilang, Ular naga itu masih terus saja membantai anggota Nawa Awatara yang tiada habisnya itu.
730
Membagi kekuatan dan perhatian menjadi dua adalah hal yang sangat tidak lumrah, kemampuan itu hanya dapat dilakukan oleh beberapa orang yang sudah mencapai tarap tinggi. berkat Kitab pemberian Ki Cakravala gurunya, Thian Hong Li dapat melakukan hal itu dengan mudahnya. ―Perempuan Sundal..! hebat juga kau!‖ Bentak Si Durjana dari pantai selatan garang. dimaki Perempuan sundal, wajah cantik Thian Hong Li berubah membesi. Tangannya terkepal kencang, wajahnya menatap lekat pada wajah Si Durjana dari pantai selatan. diperhatikn seperti itu Si Durjana dari pantai selatan merasa kikuk juga, entah bagaimana tatapan lawan itu begitu melekat dalam benaknya. ―Makan ini.!‖ Bagai kitiran, tubuh Thian Hong Li berputar kencang dan dahsyat, Gulungan angin topan berputar,putar awan yang tadi sudah kelabu memuntahkan juga dedaknya, ―Jelegaarrrrrr!‘‘ Melihat itu, Si Durjana dari pantai selatan yang merupakan seorang Pelaksana hukuman Nawa Awatara merasa terkejut sekalian ngeri, tak disangkanya lawan gadisnya itu merupakan seorang Pesilat tangguh, Usianya yang masih muda rupanya tidak menjadikan sebuah penghalang.
Segera ia merapal ajian Wurukung, tangannya berubah menjadi hijau tua, sebelum ia merapal secara sempurna, sebauah gulungan Angin kelabu menyergapnya, gulungan angin itu
731
bbergulung-gulung seperti rambut yang dikepang, namun ujungnya meruncing sangat tajam. ―Wiiirrrrrrsssss‖ Srak..srakkk! Brettt‖ ―Arggghhh‖ ―Blaarrrr‖ Tubuh Si Durjana dari pantai selatan meledak berkeping-keping, Thian Hong Li tersenyum bangga, hanya dalam satu jurus permainan dan satu jurus inti ia dapat membunuh seorang Pelaksana Hukuman, segera ia meloncat keatas pungung ular naganya yang sedang mengamuk dahsyat. Ksatria Satwa yang lain juga para petinggi Bendera Awan Langit juga tidak kalah sengit pertarungannya, bahkan Sipengabar langit bajunya telah basah kuyup dengan darah. Matahari telah pergi kebarat, bahkan sudah menghilang dari pandangan meninggalkan kegelapan yang menyapa bumi, entah sebab apa, awan kini tampak bergumpal-gumpal kelabu diperaduannya menutupi sang putri malam. Denting pedang, teriakan semangat, jeritan kematian, keluhan dan beradunya dua buah tenaga sakti seakan menjadi sebuah irama musik baru yang menemani malam itu, tak kerasa pertarungan sudah berlangsung selama satu hari satu malam, dan beranjak kemalam kedua,
732
Aram yang dalam pada itu bertarung dengan Maharaja sembilan Dewa tampak sudah tak berbaju lagi, begitupula dengan Maharaja sembilan dewa, dari sudut bibir mereka tampak darah kering menggurat manis. dari pelupuk mata mereka tampak menggelayut manja karena keletihan. Semakin letih tubuh mereka bukannya semakin lemah pertarungan mereka, justru semakin mereka letih adu tenaga dalam mereka semakin sengit, jarak empat puluh tombak dari sekeliling mereka tampak tak ada seorangpun yang berdiri memiliki nyawa. Bukan hanya manusia, Rumput, bangunan dan tanah juga telah hancur berkeping-keping menjadikan sebuah kubangan besar. ―heh..heh! Apa segitu saja kemampuanmu Aram?‖ Maharaja Sembilan Dewa mencibir. mulutnya menyeringai menahan letih. ―Haha...tentu saja tidak, mengapa? kau sudah letih‖ Ejek Aram sambil terus tertawa dingin. ―Jika kau punya kemampuan, lekas tunjukan padaku‖ Maharaja sembilan Dewa berteriak sambil melompat menerjang menggunakan jurus andalannya, jurus sembilan dewa Iblis. Aram tersenyum manis, semanis dengan ucapannya yang masih merasa sungkan terhadap Maharaja Sembilan Dewa.
―Baik, Ku berikan kau sebuah penghormatan‖ berbareng dengan itu, kaki kanannya berjinjit dan kepalan tangan kanan ditempelkan pada telapak tangan kiri, seperti layaknya suatu
733
penghormatan pembukaan, kemudian ia memutar balikan tangan kanan yang telah dibuka pada jari-jarinya, dengan kecepatan bagaikan kilat, ia melakukan gerakan putaran tangkisan pada tangan kiri menangkis serangan aneh dari Maharaja Sembilan Dewa, lalu ia mengayunkan silang pada tangan kanan untuk menutup dan tangan lainnya melakukan suatu tusukan tajam dengan ujung jarinya yang bersinar keperakan. ―Creppp‘‘ Tak mau ambil risiko, Maharaja Sembilan dewa menghindari serangan itu bukan menangkis. dan kembali bergebrak dengan tangan yang berubah kemerah-merahan. ―Blaaarrrrr....‖ bangunan di belakngnya hancur berantakan, padahal waktu itu, Aram dan Maharaja Sembilan Dewa sedang bertarung sengit, Maharaja Sembilan Dewa pun paham bahwa dibelakang dirinya tak ada seorangpun yang sedang bertarung, dengan sudut mata tajamnya Maharaja Sembilan Dewa coba melirik apa yang sedang terjadi, keringat dingin mengucur dari telinganya, ―Jurus siluman Apa tadi?‖ Pekik maharajha Sembilan Dewa menjauhi arena pertarungan.
―Tak ada jurus siluman, jurus itu merupakan jurus gabungan dari Jurus Halilintar Perobek bumi, jurus Silat Rubah, jurus Tornado Arwah, Totokan Si Kelabang biru, Ninjutsu, Genjutsu, Sihir penyesat Sukma dan Aura Kematian. Adapun jurus itu aku
734
namakan dengan jurus ksatria langit dan barusan jurus yang kugunakan jurus pertama yaitu ksatria memberi sembah. mungkin kau terlalu bodoh untuk memahami konsep kecepatan, padahal jurus itu aku siapkan untukmu‖ Aram mengatakan jurus itu seolah Maharaja Sembilan Dewa adalah muridnya. Maharaja Sembilan Dewa tentu saja paham maksud ucapan itu, wajahnya merah membara menahan marah. ―Kau terlalu menghina, Terima ini ‘Dewa tersesat dijalan Iblis‘ ‘‘ Tangan kiri dikebutkan kedada Aram, sementara tangan kanan ditarik kedepan dada sambil bersiap memukulkannya, Aram tertawa dingin, segera ia menekuk silang pada kaki dengan suatu putaran tangkisan atas yang dilakukan oleh tangan kanan, sementara tangan lainnnya melakukan suatu pukulan yang sangat keras, ― Blaaarrrr‖ Dua buah pukulan beradu, dengan terhuyung-huyung keduanya mundur empat tindak, tanah disekitarnya berubah menjadi kering kerontang seolah telah mengalami musim kemarau, padahal waktu itu hujan turun dengan rintik.
Aram yang sudah berada dalam posisi kuda-kuda segera mendorongkan kedua telapak tangannya dengan kuat mendorong angin seakan angin itu memiliki bobot ribuan kati. entah bagaimana kejadiannya, kedua tangannya itu masih mendorong angin namun entah juga darimana datangnya, aram memiliki dua tangan lagi yang mengayun simpan menyamping
735
pada tangan kanan yang diayunkan kedalam dan tangan lainnya yang terkepal untuk disilangkan didepan dada, perlahan kedua tangan yang mendorong angin telah hilang, sambil menyelinapkan tubuh kedepan maka disini tangan kiri melakukan suatu totokan yang cepat pada daerah yang lemah ditubuh lawan dalam jarak jauh. Sejak awal, Maharaja sembilan Dewa sudah siaga, apalagi melihat pembawaan jurus Aram yang serba aneh, maka siang-siang ia segera menghindari setiap serangan tangan yang mengarah pada dirinya, tindakan Maharaja sembilan dewa memang tepat, Seandainya ia bersikeras menahan serangan itu, barangkali tubuhnya sudah dipenuhi dengan lubang dan terkoyak-koyak dengan angin dahsyat yang laksana tornado itu.. ―cus...cuss...cuss Duarr....!‖ ―Wuuurrssshhhh... Blaarrr....Crekk...crekkk‖ Gulungan angin tornado bergulung gulung dari tempat dimana kedua telapak tangan Aram mendorong angin, berat namun cepat, itulah salah satu rahasia dari jurus itu. diam namun bergerak, gerakannya kosong seperti tak berisi, namun memiliki sumber, sumber kekuatan tenaga dalam dari alam yang diolah ditangan tanpa memasuki tiantan. sesuai dengan ajaran penyatuan dari kitab Satu bukan dua atau seribu bagian dua penyatuan Hawa dan bentuk. ―kau takut? Aram tertawa berkakakan.
736
―Cis... seandainyayang bukan kau gunakan ilmu siluman itu barangkali sekarang kau ada dialam baka‖ Aram hanya tertawa kosong saja mendengar ucapan Maharaja Sembilan dewa itu, ―Haha... Aku tahu maksud ucapan mu itu, aku tidak akan kena hasutan busukmu, sebaiknya kau katakan saja kau takut‖ Aram mengejek sambil memajukan kaki kanan disamping kaki lainnya, sambil sedikit menekuk rendah pada kuda-kuda dengan kedua tangan yang menekuk, lalu mengayunkan kaki kanan kebelakang sambil mengangsurkan kedua tangan kedepan untuk mengimbangi kaki kanannya yang terangkat tersebut, dengan cepat ia mengayunkannya dengan gerakan yang cepat laksana kilat untuk berjongkok (jari-jari kakinya berjinjit) dengan kedua tangan diturunkan sedemikian rupa, dan sebagai kelanjutannya, adalah meloncat mengudara setinggi empat sampai lima tombak dengan kedua tangan terangkat tingi-tinggi. kemudian ia mengangkat kaki kanannya berupa tendangan keatas, tangan kirinya diturunkan kebawah. ketika sudah hampir sampai dengan Maharaja Sembilan Dewa, Kaki itu diturunkan dengan diiringi desingan angin tajm menggiriskan kulit. Melihat lawan mulai menyerang, Maharaja Sembilan Dewa merasa dirinya selalu direndahkan, ia kerahkan tenaga dalamnya kedua bagian, tangan dan kaki. itulah jurus yang dinamakan dengan Seteru Iblis bumi dengan dewa langit. jurus itu merupakan jurus pertahanan terbaik daripada rangkaian ‗jurus Sembilan Dewa iblis‘
737
―Wusssttt‖ Blaaarrrrrr...‖ Dengan gagah berani, Maharaja Sembilan Dewa menangkis serangan itu, Tanah merekah terkena adu tenaga dalam itu, tubuh maharaja Sembilan Dewa amblas kebumi sebatas lutut, sementara Aram berada diatas tubuh Maharaja Sembilan dewa dengan bertumbu pada kakinya itu. Bukannya berhenti setelah bentrokan itu, justru duel sesungguhnya sedang berada setelah bentrokan, dari kaki Aram munculah angin berhawa panas dan dingin berseliweran, membuktikan bahwa tendangan itu bukan hanya tendangan biasa saja, hawa kematian dan hawa magis bertebaran disekeliling tempat itu. mata Aram mencorong tajam luar biasa, begitu halnya dengan maharaja sembilan dewa. ―Heaaaaa‖ ―Heaaaaa‖ Wungg Debu mengepul tinggi bak ribuan kuda yang sedang berpacu dipadang pasir, lengkingan dahsyat keluar dari mulut keduanya, benar-bearb suatu pertarungan terdahsyat sepanjang sejarah. Aram berusaha untuk memasukan maharaja Sembilan Dewa kedalam tanah, sementara maharaja sembilan dewa ingin melemparkan Aram kelangit.
Mereka terus berkutat seperti itu, entah akan berlangsuing sampai kapan.
738
Dekat gelanggang pada waktu itu, Rismi Laraspati juga tampak sedang berkutat seru. tampak lawannya yang merupakan seorang lelaki paruh baya menggulung tubuhnya. ia berputar dengan dahsyat dan meluncur ke arah depan. Dua tangan terentang arah kiri dan kanan. Rismi Laraspati tak mau kalah garang segera ia meloncat tinggi, dengan kaki menendang ke arah tengkuk lawan. Lawannya juga tak mau dirinya dipecundangi oleh wanita, dengan memakai kekuatan pelanting tubuhnya melayang ke atas. Sama tinggi, dan menggempur Rismi Laraspati diudara, Lelaki setengah baya itu menekuk tangannya. Siku kanan dan kiri menghantam ke arah dada Rismi Laraspati. ―Ughh‖ Terdengar keluhan yang cukup yang keras. Rismi Laraspati segera mundur mangatur langkah selanjutnya. namun mana mungkin lawannya membiarkan, terlihat Kedua tangannya berputar di atas kepala. Satu bergerak ke depan dengan berputar, satu lagi menarik ke belakang dengan berputar. Rismi Laraspati berteriak nyaring sambil maju bergulung. Kedua tangannya terjulur dengan jari-jari yang berkembang. Siap segera ia jungkir balik bagai penari yang kesetanan. Selendangnya yang sudah sobek di beberapa ujung. Rambutnya terurai lepas, kedua tangan dan kaki mencakar ke sana-kemari. Dilihat selintasan justru Rismi Laraspati seperti gadis yang lemagh yang sedang meminta perlindungan. dan lawannya juga tertipu karenanya, sehingga kini pertarungan kembali imbang,.
739
Pertarungan kedua belah pihak terus berlangsung seru, merangsek menggulung membacok, menyabet, memukul adalah sebuah bumbu dalam pertarungan itu,sementara langit telah berubah menjadi kebiru-biruan, yah, waktyu sudah kembali pajar, tapi, dua kubu masih enggan untuk berhenti begitu saja. Pertarungan Aram dan Magharaja Sembilan Dewa adalah yang terhebat, dentuman adu tenaga mereka laksana jutaan tambur perang yang dipukul bersamaa, hawa panas mereka seperti neraka, hawa dingin mereka seperti initi salju dari kutub. angin tajam menggiriskan saling mencicit, bumi porak poranda, hampir enam kentongan lebih Aram dan Maharaja terus berkutat mengadu tenaga dalam hingga akhirnya, ―Mati Kau Aram....!‖ tiba-tiba Maharaja berteriak. ―Heh‖ Aram terkejut sebab ia merasakan gelagat yang tidak beres, memang tujuannya hendak mendorong tubuh Maharaja Sembilan dewa kedalam bumi, namun entah bagaimana bumi yang dipijak Maharaja Sembilan dewa berubah menjadi seperti jel. Maharaja Sembilan Dewa terkekeh-kekeh, ―Jemparing Dewa Bumi‖
Kini Posisi mereka bak sebuah gendewa yang sedang di tarik dan Aram sebagai busurnya, tubuh Maharaja mendorong Aram hingga tubuhnya terlempar kelangit, entah berapa ratus tombak Aram melayang terbang, dirinya sungguh kaget tak terkira melihat jurus aneh dari Mahraja Sembilan Dewa itu. semakin
740
tinggi ia merasakan bahwa oksigen yang dihirupnya semakin tipis. Maharaja sembilan dewa tertawa terkekeh-kekeh, ia bangga melihat tubuh Aram tertelan oleh awan, siapakah yang akan hidup bila jatuh dari ketinggian seperti itu? maka sembilan puluh persen ia yakin Aram bakal mati, tapi ia tak pernah menyangka dan membayangkan bahwa Aram memiliki darah yang berbeda pada umumnya. Aram yang sedang terbang tinggi merasakan suhu yang berubah dingin dan panas menyengat tubuhnya, ia sadar bila terus demikian kematianlah yang menunggunya. ia segera kumpulkan segenap emosi dalam tubuhnya, terdengar kretekan tulang dan.. ―Bretttt‖ Sebuah sayap lebar mengembang dari dalam tubuhnya, rambutnya yang hitam berubah menjadi perak. mata rajawalinya mencorong tajam. ―Kiaakkkkkk‖ Suara mengguntur laksana ribuan rajawali berpekik. Tubuh Aram jatuh kebumi dengan bantuan saypnya yang di kuncupkann. perlahan tubuhnya berubah menjadi kemerahan terkena gesekan udara. ―Wungggg‖
741
Pertarungan berhenti dan menatap langit, dan mereka melihat sebuah meteor berwarna merah menyala jatuh kebumi menuju dimana Maharaja Sembilan Dewa berada. Jarak duapuluh tombak dari bumi, Aram menarik kedua tangannya secara perlahan seakan menarik angin, dengan suatu gerak putar pada pergelangan tangan, maka tangan kanan melakukan suatu tangakapan, dan tangan lainnya, melakukan suatu tebasan yang tajam dengan tenaga yang tersalur secara sempurna, selarik sinar kilat bersamaan dengan suatu gema menggelegar laksana guntur keluar dari tangan yang menebas itu menerobos udara pagi yang kerasa dingin itu. ―Jelegar,..... Kretek....kreteekkk‖ Maharaja terpental sepuluh tombak akibat ledakan itu, mulutnya berdarah, wajahnya menyeringai menahan sakit. sementara tidak jauh dari situ, Aram berdiri membuka kakinya dan menaikan kedua tangannya dalam keadaan jari-jari menunjuk keatas, lalu perlahan menurunkan kedua tangannnya kedepan dada dengan jari-jari masih menghadap ketas, lalu mengepalkan jari-jari tangan untk diletakan disisi pinggang masing-masing dan menurunkan kebawah dengan jari jari yang terbuka kembali. perlahan tubuhnya kembali menjadi seperti semula. ia memang tidak terlalu suka dengan tubuh setengah gaib dan hewannya, sebab bila sudah berubah seperti itu, pikiran dan pemikirannya ia tak sanggup mkendalikan lagi.
―Hahaha..... siapakah yang mati sekarang heh..‖ Aram tersenyum mengejek.
742
―Ciss. kau memang siluman‖ Maharaja Sembilan Dewa bangun dengan tertatih-tatih. Wusss...! KEDUANYA kembali saling terjang............. Hawa panas dan dingin menyeruak tajam, Aram bersiap melaksanakan tendangan ringan kebawah yang ditujukan kepada lutut lawan, dan itu dikaburkan dengan suatu gerakan serangan pada kedua tangan yang membuat lawan tidak menyangka terhadap serangan bawah ini, seperti seorang yang bertarung dilangit namun tiba-tiba menyerang dipusat bawah dengan merobek bumi. Maharaja benar-benar terus-terusan memakan pil pahit. meski Aram berada diatas angin, wajahnya malah terlihat sendu. ia yakin mendiang Gurunya Si Pemabuk dari Selatan meski menguasai jurus ini tidak ia gunakan, sebab bila ia gunakan dan tak mempan menghadapi Maharaja Sembilan dewa. maka Maharaja Sembilan Dewa akan meraih keuntungan sebab pernah melihat jurus itu. Hatinya pilu benar, namun serangan Aram tak pernah berhenti. seakan air yang mengalir dari tempat tinggi ketempat rendah dan dari tempat rendah ketempat yang lebih tinggi lagi. ―Kurrr..Kurrr!‖ Suara aneh terdengar, Maharaja dan Aram hentikan pertarungan sesaat.
743
―Hahaha....Binasalah kalian Wahai Nawa Awatara‖ Aram terlihat kembali bersemangat. bukan hanya Aram, orang-orang Bendera Awan Langit juga kembali menjadi lebih bersemangat. mereka tahu bala bantuan telah tiba. ―Maaf kami terlambat, Angin Berhembus badai tiba‖ Sapa seorang lelaki paruh baya berbaju prajurit sambil berteriak. Laksana jangkrik atau serangga saja, dengan tiba-tiba Anggota Bendera Awan Langit berloncatan keluar arena, berbarengan dengan itu dari sekeliling lapangan bermunculan beberapa ratus prajurit pentang panah. ―Bidikkkk‖ ―Lepasss‖ Wurrr.... Ratusan anak panah berhamburan menerjang Anggota Nawa Awatara, denting senjata menangkis panah dan jeritan bersatu padu... anak panah ters dilepaskan. Dan ―Serbuuu!‖ Pekik Komandan prajurit itu,
Laksana air bah yang jebol dari tanggul dari sekeliling bentemng itu berloncatan Para prajurit bersenjata tombak, golok, trisula, pedang dan bermacam senjata lainnya. bukan hanya prajurit, para penduduk yang diberi wadah kekuatan oleh adipati Rajalela juga tampak mengamuk dahsyat. meski mereka berpakaian pengemis, juga pedagang dan bersenjata seadanya namun
744
mereka adalah orang yang dibekali dengan tiga ajian, begitu mereka terbunuh, mereka kembali bangkit sebab mereka mengamalkan ajian pancasona. Hawa panas dari ajian Saepi Geni terus berhamburan, selain itu mereka juga dapat bergerak selincah angin berkat ajian Saepiangin. tenttu saja Anggota Nawa Awatara merasa kelimpungan, benar mereka dapat menguasai jurus-jurus beladiri namun membunuh orang-orang yang dapat hidup kembali merupakan suatu kesulitan yang lain. Maharaja Sembilan Dewa mengeluh dalam hati, tak sedikitpun ia menyangka bahwa para pedagang dan pengemis jalanan dijadikan senjata oleh Aram dan pasukannya. ―Kau paham? bila kau menjadikan penduduk atau orang awam sebagai musuhmu maka itulah akhir dari sejarahmu! ketahuilah bahwa mereka merupakkan senjata yang terhebat bila kau tahu cara menggunakannya.‖ ―Cerewet!, jangan anggap aku muridmu. terima ini !‖ Maharaja merasa marah dan menerjang tubuh Aram. Tapi, Aram hanya tertawa manis saja Lalu ia menaikan kaki kirinya dan kemudian diturunkan lagi dengan mantap disusul pula dengan dinaikannya kaki kanan dan tangan kiri diayunkan mengarah samping kiri dengan jari-jari menunjukan kekiri ―Heaaaaa....‖
745
Aram berteriak mengguntur, Maharaja Sembilan Dewa terperanjat, tapi bukan hanya dia, seluruh anggotanyapun ikut terperanjat. sebab telinga luar dan telinga batinnya seperti digedor jutaan gong, dengan mengerahkan segenap kemampuannya mereka akhirnya dapat meredam suara itu meski tak sepenuhnya. tapi beberapa anggota Nawa Awatara lainnya bahkan ada yang langsung kelojotan mati, Seperti tak ada sesuatu kejadian apapun Pasukan Bala Bantuan itu menjagali setiap orang yang masih hidup diantara mereka. mengapa begitu? seperti dijelaskan diawal, Aram telah menyuruh mereka menutupi telinga dengan tanah liat. meski mereka dapat mendengar suara itu, tapi tidak berakibat fatal. Para Anggota Bendera Awan Langit tampak sedang bersemadi diatas benteng, memulihkan kekuatan. tapi diantara mereka juga ada yang sedang memperhatikan pertarungan Aram dan Maharaja Sembilan Dewa. salah satunya adalah Yumi. ia melihat Aram yang melangkahkan kaki kanan disertai ayunan tangan kiri kebelakang dan tangan lainnya kearah depan. gerakan itu benar-benar terpadu dan mantap.
Sebagai kelanjutan daripada gerakan sikap terdahulu, maka pandangan Aram dialihkan kearah kiri dengan tangan kiri yang telapaknya digerakan kearah samping bawah dan tangan lainnya yaitu tangan kanan didekatkan kedepan pusar sambil menarik nafas cukup panjang. penarikan nafas tersebut adalah suatu cara pemantapan cadangan untuk suatu gerakan yang panjang serta juga menambah potensi daripada suatu serangan. dengan secepat kilat ia mengayunkan tubuhnya dengan menyanggahkan kedua tangan pada tanah sambil menyapukan
746
kaki kanan pada sasaran. dan mengalihkan dalam suatu putaran tubuh kekanan dengan sanggahan dua tangan dan berganti kaki kiri yang melakukan sapuan... Berkali-kali Maharaja Sembilan Dewa dibuat berjumpalitan diudara menghindari serangan. tapi Aram tak berhenti begitu saja, ia melanjutkan dengan gerak maju pada kaki kanan sambil mengayunkan serangan memutar dari bawah keatas pada tangan kanan, dan tangan lainnya ditarik memutar keatas. dijabarkan memang panjang, namun kenyataannya serangan itu cepat dan dahsyat, serangan ini seperti bumi yang merekah saja yang dapat merusak serta menjatuhkan lawan yang dihadapinya, juga seperti seorang manusia yang sedang merobek-robek bumi dengan dahsyat. Kali ini Maharaja Sembilan dewa harus dibuat kelimpungan, tubuhnya doyong kanan, doyong kiri, depan belakang, atas dan bawah. ―Brengsek‖ Maki Maharaja Sembilan Dewa. segera ia meloncat mengudara. disana ia merapal ajian yang bernama Ajian Dewa Iblis, ajian pamungkas yang ia miliki. sepertinya ia sudah bertekad mati bersama. seluruh tubuh maharaja sembilan dewa kini mula-mula berwarna putih kemerahan dan perlahan berubah menjadi merah menyala dan terakhir menjadi biru api.
dari jarak sepuluh tombakpun Aram dapat merasakan panasnya api itu. tapi ia tak gentar, sejak semula bertarung ia gunakan selalu tenaga dalam Panca menjadi tunggal. namun kali ini ia tukar menjadi Tunggal menjadi kosong.
747
Tubuh maharaja turun kebumi, begitu kakinya injak bumi, suara desisan api membakar tanah terdengar menggiriskan, dengan perlahan ia dekati Aram. tapi mana mungkin Aram akan membiarkannya saja, segera ia menurunkan kaki kanan dan menggeser maju cepat pada kaki lainnya untuk mengiringi dengan suatu tamparan serta bacokan dengan tangan lainnya, ―Jelegaaarr.....‖ Seperti biasa, bukan sesuatu yang ada dihadapnnya yang menggelegar, namun sebuah kilat putih menyambar tajam setombak didepannya, dan petir itu menyambar tubuh Maharaja Sembilan Dewa, bila orang lain barangkali ia bakal mati dengan keadaan gosong, namun Maharaja Sembilan dewa tetaplah Maharaja Sembilan dewa. meski ia tak menyangka akan serangan itu, namun tubuhnya yang terlindungi ajian Dewa Iblis tidaklah mengalami keadaan apapun. ―Haha... ternyata jurus bututmu itu sama sekali tak berguna untukku‖ Kini Giliran Maharaja Sembilan dewa yang mengejek Aram.
Meski hatinya mencelos, Aram sama sekali tak mau menyerah, tubuhnya sudah dipenuhi dengan peluh ditambah dekat dengan dekatnya tubuh Maharaja Sembilan dewa. dengan di saksikan matahari yang bersinar terik dan tepat berada dikepala. Aram menendang kesamping dilanjutkan dengan menurunkannya dengan perhitungan membalik kearah kiri belakang yang berarti harus membalikannya sedemikian rupa, dan berganti dengan mengangkat kaki kanan tinggi-tinggi. dan kedua tangan adalah
748
untuk bersama-sama ditarik kebagian tengah seakan menutupkan sayap, ―Bukkkkkkkk.....Bak..bik..bukkk‖ Beberapa kali Aram menendang memukul, mencakar dan berbagai macam cara telah ia lakukan, namun Maharaja Sembilan dewa tetap tidak mengalami luka apapun. meski tidak mengalami luka, tapi tetap saja tubuhnya terdorong sana sini akibat serangan itu. Pertarungan terus berlanjut, entah berapa ratus dan jurus telah dikeluarkan Aram, namun pertarungan tetaplah imbang, matahari telah menghilang diufuk barat sana. para penonton telah berharap-harap cemas akan keadaan itu, mereka sadar bahwa mereka belum sanggup bila menyamakan kemampuan dengan kedua petarung itu. Sementara itu, Anggota Nawa Awatara yang berada disana telah habis terbantai menyisakan dua puluh orang yang tampaknya merupakan orang-orang pilihan. tapi tenaga mereka terkuras habis, dan disertai dengan jeritan kematian berbareng dengan kokok ayam mereka mati dengan tubuh tyerkoyak-koyak. Mengapakah Anggota Nawa Awatara sama sekali tidak ada bala bantuan? padahal mereka terpencar keseluruh penjuru negri.
Jauh di pelosok negri, ternyata para penduduk mulai bergerak bersama dengan para Prajurit, pertarungan demi p-ertarungan mereka lakukan, tak jarang mereka harus mati, namun kembali
749
bangkit. laksana semut mereka mengeroyok bahkan mencincang habis. sebagai wujud pelampiasan dendam. diantara mereka ada yang bergerak sembunyi-sembunyi, terpola bahkan ada pula yang terang-terangan. siasat mereka gunakan sebagai alat transportasi. Siasat mereka bermacam-macam, dan salah satunya adalah yang dilakukan oleh Para Penduduk dari Selat Jampana. disebuah pasar tampak berbagai macam rupa manusia berseliweran. hari itu terdengar bisik-bisik dari sudut pasar. mereka adalah dua orang lelaki berusia lima puluh tujuh tahunan dan empat puluh lima, mereka berdiam diri disana seperti orang mengemis, sesuai dengan baju mereka yang penuh tambalan. ―Kakang Prana, menurutmu apakah sekarang waktu yang tepat?‖ ―Belum, lihatlah... Masih sedikit sekali kampret-kampret itu, aku kira menjelang lohor mereka bakal kemari.‖ ―Kakang, Aku dengar diam-diam para Murid Lima Perguruan telah disebar dan menyatu dengan kita, hanya saja kita tidak mengetahui siapa dan yang mana‖ ―Aku juga mendengar hal itu, tuan kita Si Pujangga Silat benar-benar hebat dalam mengatur siasatnya, aku merasa heran, bagaimana mungkin seorang dapat mengendalikan jutaan manusia. dan anehnya aku merasa takluk kepadanya‖
750
―Pujangga Silat? bukankah yang berada dibelakang kita adalah Si Pendekart Seribu Diri, Aram Widiawan?‖ ―Kau ketinggalan jaman Sugeng, Di Negri tetangga, Negri Malaya dan kemboja, dia lebih dikenal dengan nama Pujangga Silat. nama itu mereka ambil dari sandi darah yang menjadi tanda ulahnya, karena tidak ada yang mengetahui nama dan gelarnya akhirnya mereka menamainya sebagai Pujangga Silat. Mereka mengetahui Pendekar Seribu diri adalah baru-baru ini saja‖ ―oh,... kakang, aku juga mendengar bahwa dia merupakan keturunan guru dari Pangeran Empat Dewa!‖ ―Apa?‖ Lelaki yang bernama Prana terlonjak kaget, akhirnya ia menimpali. ―Pantas, sungguh pantas, padahal.......‖ ―Padahal apa kakang?‖ ―Padahal dahulu yang selalu menjaga keamanan adalah Sang Pangeran Langit dan Bumi‖ ―Pangeran Langit dan bumi?‖ ―Benar, ketika terjadi badai beberapa tahun belakangan aku pikir itu adalah kelahiran dari Pangeran Langit dan bumi. tapi, ternyata bukan. ternyata itu hanyalah pertanda kekacauan dimulai‖
751
―siapakah Pangeran Langit dan bumi itu Kakang? ―haha.. mengenai itu aku tidak tahu menahu, seumur hidup aku belum pernah melihatnya, aku hanya tahu dari obrolan orangtua ketika aku masih kecil.‖: ―hah, Aku pikir kakang tahu.‖ ―Sudahlah adik, ngomong-ngomong aku merasa lapar juga‖ ―Hadeh, aku pikir hal penting seperti apa, kirain hanya lapar. sama aku jutga lapar kang‖ ―Hehe....Lihat, Kampret-kampret itu mulai berdatanagan, bagaimana dengan ilmu pancasonamu adik‖ ―Lumayan, setidaknya aku bisa menjaga diri‖ Begitulah, bisik-bisik itu terus terdengar, namun diantara keangkuhan para Anggota Nawa Awatara adakah yang mendengar itu? tidak tak ada satupun yang memperhatikan. yang mereka perhatikan hanyalah bagaimana supaya mereka bisa tertawa tanpa melihat apa yang dirasakan oleh orang lain. tak jauh dari tempat itu terdapatlah hutan yang cukup dimana hutan itu merupakan jembatan penghubung antara Markas pusat Nawa Awatara dengan pasar itu.
Di salah satu pohon dihutan itu terdapat dua orang pemuda dan pemudi berpakaian jembel, salah satu dari mereka tampak
752
sedang pentang busur panah, ternyata yang ditujunya adalah seekor burung dara yang sedang terbang. ―Wusstt!‖ ―Creppp‖ ―Blukkk‖ tanpa ampun lagi, burung itu jatuh berdebum ditanah kering, dengan sigap si pemudi itu meloncat sambil berkata riang ―Tembakan yang jitu, kakang soma!‖ ―Emh, hihihi, Lihat ini kakang‖ Sipemudi itu menunjukan gulungan surat yng ia ambil di kaki burung dara itu. ―Sudahlah Antari, cepat buka dan kita berikan kepada Nyi Sawitri, bukankah gurumu sudah mewanti-wanti dirimu‖ Wajah Pemudi yang ternyata bernama Antari itu cemberut mendengar ucapan sipemuda, setengah mendongkol ia menjawab. ―Boleh dong aku bahagia, lagipula tak setiap saat aku bisa seperti ini, kakang Pandu apa gurumu Ki Madya ikut kemari?‖ ―Tidak, guru bersama Dewa Daun sedang berada ditempat lain‖ ―Oh, kakang Pandu Mari‖
―Mari,‖ keduanyapun berkelebat cepat menuju arah barat, disana mereka bertemyu dengan beberapa orang berpakaian jembel sedang bersiap siaga.
753
―Pandu, Antari mengapa kalian kemari? bukankah aku sudah memerintahkan kalian untuk berjaga diarah timur?‖ seorang wanita paruh baya berwajah cumang cemong berkata keheranan. ―Maaf Nyi Sawitri, kami menemukan ini dikaki burung dara‖ Pandu menunjuk kertas ditangan Antari. Antari leletkan lidah melihat gurunya melotot kepadanya. dengan ragu-ragu ia serahkan kertas itu, Nyi Sawitri kerutkan kening dengan hati-hati kertas itu dibukanya. ―Kepada seluruh Anggota Nawa Awatara harap menghadap kemarkas, markas sedang berada dalam bahaya, harap siaga Tertanda: Julis Nawa Awatara Ladian Haramana‖ ―Bagus. kalian sudah berjasa besar. sekarang silahkan kalian kembali ketempat‖ ―Katanya berjasa, tapi malah diusir‖ Antari menggerutu sambil menggaet tangan pandu dan melesat kembali kearah mereka datang. Nyi Sawitri gelengkan kepala melihat tingkah muridnya itu, memang lah ia terlalu memanjakan anak itu hingga menjadi seperti itu.
Waktu terus berguklir, tak terasa waktu telah bergulir, matahari telah berada diatas kepala. dan diantara panasnya terik matahari itu, terdengar letupan kembang api berwarna biru. ledakan itu
754
berbareng dengan menyerbunya sepasukan yang entah berpapa jumlahnya, namun hutan itu ternyata sudah terisi dengan ratusan manusia. berbagai macam senjata tampak berkilapan diantara cahaya matahari. Anggota Nawa Awatara yang berada dimarkas cabang itu terkejut tak terkira, mereka melawan, namun appalah artinya perlawanan tanpa persiapan, sabetan senjata tajam selalu diiringi teriakan menyayat hati juga muncratan darah merah. Tanah berubah warna, tapi tak ada yang perduli. yang mereka pedulikan adalah kebebasan dan kebahagiaan generasi mendatang tak perduli nyawa mereka melayang diantara sabetan senjata tajam. Para Penduduk yang mengamalkan Pancasona tampak selalu bangkit meski tubuh mereka telah ambrol. mimpipun Para Anggota Nawa Awatara takan menyangka bila orang yang mereka remehkan adalah oorang yang akan membunuh mereka. ―Apakah kau pimpinan dari begundal ini?‖ tanya seorang lelaki berpakaian hitam bergambar Nawa Awatara, telinganya tampak lebih menggantung karena ditempeli anting yang bulat dan besar. ―Benar, namaku Sawitri, ketua teratai putih, dan siapakah Kisanak?‖
755
Wajah Lelaki itu memerah, ia tak menyangka bahwa orang yang ada doihadapannya merupakan ketua dari salah satu lima perguruan besar. ―Bagaimana dengan Para Anggota Nawa Awatara yang menjaga perguruan kalian?‖ ―haha..... sudah lama mereka mati. terbantai dengan mengerikan dan saatnya kalian lah yang akan mengalaminya‖ ―Apa? mustahil, mengapa tak ada nsedikitpun kabar yang ku dengar? ―itu salah kalian sendiri, menjadikan orang awam sebagai korban. ketika para orang awam itu kami tutup dan kalian pun akan kehilangan telinga., sudah lama kalian tertinggal informasi. termasuk ini‖ Nyi Sawitri mlemparkan sebuah kertas. dengan diliputi seribu pertanyaan orang itu membuka kertas itu, maka pucatlah wajahnya. ―Brengsek‖ begitu bentakannya sirna, tubuhnya yang kekar langsung melesat ke udara dan ketika pergelangan tangannya memutar, secara berturut-turut dia melancarkan tiga buah serangan dan sembilan buah totokan.
Sebetulnya serangan ini berjumlah enam jurus. Kecepatannya bagai cahaya kilat. Meskipun dia melancarkan serangannya satu per satu, namun begitu cepatnya sehingga tampak dikerahkan dalam waktu yang bersamaan dan seakan ada empat telapak tangan yang sedang mengincar diri Nyi Sawitri.
756
Hati Nyi Sawitri tercekat melihat keadaan ini. Dia merasa mengenal jurus itu. setelah berpikir sebentar akhirnya ia berteriak juga. ―Jurus Tapak sembilan totokan‖ Dengan gugup dia mundur beberapa langkah. tapi pengalamannya bicara, pergelangan tangannya bergerak, sekaligus dia melancarkan dua belas pukulan. Tampak bayangan telapak tangan yang banyak seperti bungat teratyai yang sedang mekar. Suara gemuruh angin yang ditimbulkannya berderu-deru. Seluruh ruangan itu sampai dipenuhi terpaan angin dari telapak tangannya. ―Dukk..dukkk...Blaarr‖ Keduanya mundur kebelakang. Tiba-tiba Nyi Sawitri mengeluarkan suara siulan yang panjang, tubuhnya memutar dan menerjang ke arah lelaki itu. Tampak bayangan tangan dalam jumlah yang banyak seperti teratai yang sedang kuncup. Jurus serangan yang tidak alang kepalang cepatnya! Pada dasarnya lelaki itu memang sudah bersiap melancarkan serangan. Melihat Nyi Sawitri mendahului menyerang, mulutnya segera mengeluarkan suara bentakan: ―Ayo kita lihat, siapakah yang akan mati duluan‖
lengannya yang berubah menjadi kuning keemasan itu dibenturkan dengan keras untuk menangkis serangan tangan
757
Nyi Sawitri. Dan dalam waktu yang bersamaan, pergelangan tangannya memutar, dan disodokan dengan kuat dan cepat. Nyi Sawitri baru merasakan adanya suara yang bergema di udara, hebatnya bukan main. Dia segera tahu bahwa yang meluncur datang merupakan serangan yang dahsyat dan berbahaya, dia bermaksud menghindar namun tidak keburu lagi. Hati Nyi Sawitri tercekat, bulu kuduknya merinding seketika. Tanpa dapat mempertahankan diri lagi, dia mengeluarkan suara bentakan dan tubuhnya pun melesat ke atas. Gerakan yang hebat. Caranya mencelat ke atas tadi sebetulnya merupakan kesalahan bagi kaum persilatan, tetapi karena telah melatih tenaga kapas di Markas Bendera Awan Langit, dengan kepala di bawah dan kaki di atas, laksana seekor elang yang menukik, dia menerjang ke bawah. Terdengar suara jeritan memenuhi seluruh Arena. Segera terlihat lelaki yang menjadi lawannya terhantam mundur dua langkah. Orang itu memuntahkan darah segar dan rubuh bermandikan darah. Nyi Sawitri tidak berhenti begitu saja, Diiringi suara jeritan yang menyayat hati, orang kedua pun tumbang, mati. Cahaya pedang bayangan golok melayang ke sana ke mari memenuhi Arena. Deruan angin yang timbul dari pukulan dan tinju menyesakkan di setiap sudut. Yang dapat terlihat saat itu hanya bayangan tubuh manusia yang berkelebat, tanpa dapat dibedakan mana kawan dan mana lawan.
758
Dengan merayapnya waktu, pertarungan semakin lama semakin sengit! Blamm! Segera ada seseorang yang memuntahkan darah segar dan terkapar di atas tanah. Hawa kematian yang memenuhi arena pertarungan, semakin lama semakin menebal. hingga akhirnya menipis dan semakin menipis. Sunyi... Senyap.... Tak ada dentingan pedang, hanya helaan nafas yang memburu dan mayat yang bertumpuk ditempat itu. bagaimana keadaan di pasar? Setelah tanda dibunyikan tiba-tiba laksana air bah yang menerjang, laksana ombak yang mengulung sekeliling Anggota Nawa Awatara berloncatan penduduk yang menyerang, kondisi ini tentu saja membuat mereka panik, apalagi jumlah mereka tidak sepertiga para penduduk, bukan hanya para orang dewasa, ternyata ada juga sepasukan anak kecil yang menerjang. dan yang memimpin ternyata adalah Bayuputra. Keadaan yang membahayakan semakin merapat pada Para Anggota Nawa Awatara. Tiba-tiba mereka menjadi sadar. Apabila mereka masih tidak mencari jalan untuk menerobos keluar, setiap saat pasti akan timbul bencana yang mungkin membuat nyawa mereka melayang.
759
Tiba-tiba, Bayuputra bersiul dengan tanpa berpikir panjang lagi dia menikam ke depan. Jurus serangannya ini tidak mempunyai nama. Dia hanya melancarkannya tanpa memperdulikan keselamatan nyawanya sendiri. Salah seorang Anggota Nawa Awatara Tiba-tiba merasa cahaya dingin menyilaukan mata dan menekannya dari atas. Hatinya terkesiap. Baru saja dia bermaksud menggeserkan tubuhnya menghindar, tapi sudah kasip, pisau ditangan bayuputra telah menancap di lehernya. Bayuputra putar pegelangan tangannya, pisaunya terjatuh ketanah dan kembali melancarkan sepasang pukulan yang mengandung tenaga dahsyat! Meskipun Anggota Nawa Awatara mempunyai kepandaian yang tinggi, tetap saja sulit baginya untuk menyelamatkan dirinya. Hatinya menjadi panik. Dengan gugup dia menghindar kesamping. Justru pada saat yang sedetik itu, tanpa dapat dipertahankan lagi mulutnya mengeluarkan suara keluhan. Terasa pinggang sebelah kiri bawah agak dingin dan darahpun merembes keluar. Tusukan pedang ini hebat sekali. Darah mengalir dari pinggang sebelah kiri bawah Anggota Nawa Awatara tersebut. ternyata salah seorang anak kecil bawaan bayuputra menusukan pedangnya di pinggang lelaki itu. Bayuputra tersenyum, Telapak tangan kiri segera di sodokan, secara gencar melancarkan beberapa serangan. lagi.
Terlihat bahwa Para Anggota Nawa awatara berusaha menerobos keluar dari kepungan lawan. dan tampak jelas bahwa pihak lawannya juga tak kalah garang. Apalagi mereka
760
tidak memakai peraturan lagi mengeroyoknya. Bagaimana mereka bisa mendapat kesempatan untuk kabur, mengatur nafasnya saja sudah sulit, sedangkan deruan pukulan, tinju dan berbagai macam senjata mengepungnya dengan ketat. Dalam waktu yang singkat, mereka sudah menjadi kalang kabut. Nafas mereka tersengal-sengal. dan pada saat matahari berada di ufuk barat akhirnya pertarungan telah berhenti, menyisakan mayat-mayat yang berserakan. Itulah yang menjadi salah satu penyebab mengapa para Anggota Nawa Awatara sama sekali tak ada batuan. dan pertarunagn antara Aram dan Maharaja sembilan dewa juga terlihat semakin tegang, darah dari mulut mereka jatuh menggaris. tubbuh kekar Aram yang dipenuhi luka tampak menggiriskan dalam saat itu. Entah sampai kapan akan berhenti, entahlah.... ARAM jejakan kakinya hingga ia berada diudara, dan bagai gasing berkecepatan kilat tubuhnya berputar dahsyat. itulah jurus bumi berhenti berputar. Maharaja Sembilan Dewa tertawa latah. segera iapun memutarkan tubuhnya dan dengan dahsyatnya dua buah pusingan dahsyat manusia yang berseliweran dengan tenaga dalam dan angin. Beradu....beradu diudara.
―Blaaarrrrrr‖
761
―Jdarrrrr‖ Ledakan dahsyat bak nuklir yang meledak terdengar, para Bala bantuan dan Anggota Bendera Awan langit bahkan terpaksa harus berloncatan menghindari setiap serangan angin nyasar yang ada. radius lima puluh tombak dari tempat itu hancur berantakan. Perut Aram tampak robek sampai dada, darah bercucuran. mulutnya menyeringai kesakitan, namun bukan Aram bila harus mati begitu saja. segera ia kerahkan salah satu jurus dari Jurus tunggal jagad yakni ‗obat penghalau murka jagad‘. Dengan memanfaatkan sari angin yang terhembus, dan bumi yang dipijak kemudian dirubah menjadi hawa maka jadilah sebuah obat dari hawa tenaga dalam. sekejap saja luka itu menutup meninggalkan luka menggaris. Keadaan Maharaja Sembilan Dewa juga tidak menguntungkan. di dadanya terdapat sebuah cap telapak tangan berwarna hitam. mulutnya menyemburkan darah segar, tapi Maharaja Sembilan Dewa juga enggan boila harus mati begitu saja, maka ditelanlah sebuah obat kecil dari sakunya, kemudian ia menghela nafas dalam untuk menyembuhkan lukanya itu. ‗‗pukulan tunggal perobek jagad‘‘
Aram berteriak mengguntur, dan menerjang dahsyat ke Maharaja Sembilan Dewa. waktu itu Maharaja Sembilan Dewa sedang menyembuhkan luka dalamnya, mimpipun lawannya
762
akan menerjang dirinya,. ―Tak ada pilihan, aku haru gunakan itu‖ gumam Maharaja Sembilan Dewa. ―Arwah iblis jasad Dewa‖ ―Belegar...belegarrr...!‖ Adu tenaga dalam kali ini dua kali lebih dahsyat dari tadi. tapi mereka tidak berhenti seperti tadi. Aram sabetkan tangannya yang menggelegar dan mencicit seperti jutaan pedang sedang disabetkan. itulah ‗‗pedang tunggal melintang jagad‘‘ yang dihadapi oleh Maharaja Sembilan Dewa dengan jurus yang berjenis sama maka terjadilah. ―Trangggggg‖ Lelatu api bermuncratan seperti dua logam diaduka, padahal itu adalah tangan. Aram segera bentuk tangannya menyerupai posisi totokan, jarinya kini berubah menjadi perak dan berteriak mengguntur, ―totokan tunggal paku jagad‖, ―Totokan Jasad dewa iblis‖ ―Bukkkkkk....bukkkkkkk‖
―Hoekk...hoekkk‖
763
Keduanya muncratkan darah segar lagi. brukkk keduanya jatuh ketanah, Aram merasa dunia menjadi gelap, perlahan memburam, tapi ia melihat sebuah batu meluncur kearah kepalanya, dan jika dibiarkan maka nyawanya akan lenyap. memanglah tubuhnya sudah tak bisa digerakan, tapi batinnya tidak, segera ia menarik kujang bergagang harimau di ikat rambutnya dan dilemparkan. ―Gerrrrrrrrrmmmm‖ ―Grauuk,,,, grauuk,... kres,.,.kres...‖ Batu itu ditelan oleh Seekor harimau besar penjelmaan kujang Kekuatan Sejati. bukan itu saja, Harimau itu segera menerkam tubuh Maharraja Sembilan Dewa. dikoyak dan di makan serat dicakarnya tubuh itu. Maharaja Sembilan Dewa yang terpingsan setelah melemparkan batu yang ia aliri dengan segenap tenaga dalamnya tentu tidak tahu bahwa ia takan pernah melihat dunia lagi. mimpipun ia takan menyangka bahwa ia akan mati ditangan seekor harimau yang merupakan penjelmaan dari Kujang yang bernama Kekuatan Sejati. Aram juga terpingsan. dan ia tak sadarkan diri lagi. dunia yang kelam berubah secerah mentari pagi di antara apitan gunung yang menjulang tinggi +++++
―Pendekar Seribu Diri, Aram Widiawan sang pujangga Silat‖
764
Hanya nama itu yang kini menjadikan sebuah buah bibir setiap insan manusia, khususnya di daerah Nusantara(Sweta Dwipa). nama itu bagaikan sesosok manusia penjelmaan dewa. namanya begitu harum didalam hati mereka, perjuangannya takan pernah mereka lupakan hingga mereka mati nanti. Senyuman dan tawa bahagia kini berdengungan dimana-mana, dari ujung barat sampai ujung timur, dari ujung selatan hingga ujung utara. diberbagai daerah malah terlihat membangun sebuah monumen diatas tebing yang menjulang, dimana ditebing itu tertulis sebuah tulisan ―AKU MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH‖. selain itu juga terdapat sebuah gambar lukisan yang menggambarkan bahwa Aram sedang bertarung dengan Maharaja Sembilan Dewa. dibawahnya tertulis. ―Seribu kebaikan takan pernah hilang, Seribu diri dalam satu adalah kekuatan yang terhebat, singkap kebatilan dan rogoh keadilan.‖ dibawahnya terdapat beberapa manusia yang sedang melakukan panjat doa, berbagai macam sesajen tampak berjejeran rapi. senyuman dan tangisan bahagia dijadikan tema dalam upacara itu. Jauh dari tempat itu disebuah pulau yang bernama Anglep juga berjejer puluhan mayat. tangisan duka dan bahagia terlihat di wajah mereka. mereka beduka atas pengorbanan sahabat-sahabatnya yang telah mendahului pulang kepada yang maha kuasa. mereka bahagia sebab mereka sudah melewati sebuah rintangan yang terhebat dalam perjuangan mereka,
765
Sementara itu, para petinggi Bendera Awan Langit, Ksatria Satwa juga berdiri dengan tertunduk lesu, Si Sinting dari Utara, Nyi Renjani, Kakek Arak seribu kati tampak mengelilingi Aram yang terbaring Lemah. disampingnya Melati, Thian Hong Li dan Rismi Laraspati menangis sesenggukan. sudah tiga hari ia pingsan dan belum siuman-siuman. Tampak juga Thian Liong sibuk menghibur ketiganya. ―Hong Moay, jangan engkau terlalu sedih, nanti anak dalam kandunganmu terkena apa-apa. percayalah bahwa dia akan baik-baik saja, Melati jangan terlalu sedih, nanti kau akan jatuh sakit, Rismi aku mohon kau juga jangan terus menangis, nanti wajahmu sembab dan bila dia siuman ia akan sedih melihat keadaanmu.‖ ―Ukghhh!!‖ Aram melenguh. perlahan matanya terbuka, dan pertama kali yang dilihatnya adalah langit yang biru. ditutupkan kembali matanya itu berusaha untuk mengumpulkan ingatan. mendengar lenguhan Aram, serempak ketiga gadis itu hentikan tangis. Dan semua mata tertuju pada sosok yang berbaring itu. Aram buka matanya dan berusaha untuk duduk, dengan sigap Thian Liong membantunya. ―Terimakasi...h‖ ucap Aram tersendat.
Thian Liong tersenyum lembut. ―Jangan terlalu banyak bergerak tubuhmu....‖
766
―Aku mengerti, sebelum aku pingsan tak sadarkan diripun aku sudah mengerti bahwa tenaga dalamku sudah hilang‖ Aram memotong dengan tegas. ―Anaku, Bagaimanakah keadaanmu‖ Ki Asmaradanu menatap Aram. ―Baik, baik sekali...., akh ayah bisakah ayah memanggil Kakang Sobar kemari, agar perasaanku semakin baik‖ Pinta Aram. ―Baik... ia berada disampingmu!‖ Kata Ki Asmaradanu lembut. ―Kakang‖ ―ya, Adikku.‖ ―Dapatkah, aku meminta bantuanmu sekali lagi‖ ―Tentu... tentu saja aku akan melaksanakan perintahmu adkikku‖ ―Kakang, kembalilah Pimpin Bendera Awan langit, itupun untuk anggota yang masih ingin bergerak dalam organisasi. juga. persilahkan kepada orang-orang yang hendak menyembunyikan diri ataupun melepaskan diri dari keanggotaan daripada mnjadi duri. aku bersama ketiga calon istriku akan pergi kesebuah tempat terpencil dan tinggal bersama mereka. sampaikan salam hormatku kepada yang lain. apakah kakang masih bisa melaksanakan permintaanku?‖
‖Aram, apakah keputusanmu sudah bulat!‖ mata Sipengabar Langit berkaca-kaca.
767
―tentu.. kakang. bagaimana?‖ ―Aku...aku ingin ikut bersamamu.‖ ―Tidak. kakang aku hanya akan tinggal bersama Ayah, dan ketiga istriku. bagaimanapun aku ingin merasakan kebahagiaan, dan menjadi orang biasa tanpa ada pembunuhan lagi. aku ingin mencuci tangan kakang. jangan sampaikan kepergianku kepada mereka sebelum aku meninggalkan tempat ini.‖ ―Ayah‖ Aram menggumam lagi. ―Ya, Anakku...‖ ―Bawa aku keruanganku‖ ―baik-baik anakku‖ Segera saja Ki Asmaradanu memanggul tubuhnya diiringi ketiga calon istri Aram. sebelum meninggalkan tempat itu, Aram meminta untuk mengucap beberapa patah kata kepada Petinggi Organisasi dan Ksatria Satwa. ―Saudaraku sekalian, mungkin kalian sudah mendengar keputusanku... terimakasih atas pengertian dan bantuan kalian, semoga kita bisa berjumpa dilain titisan... hiduplah bersama kebahagian yang akan menyertai kalian. gunakan kepandaian kalian untuk kebaikan. katakanlah sepatah kata sebelum aku meninggalkan tempat ini.‖
―Kami ikut bersamamu‖ Angkara mewakili yang lain.
768
―Tidak, silahkan kalian pilih jalan kalian sendiri, aku pergi selamat tinggal sahabat-sahabatku, saudaraku yang paling aku cintai dan sayangi‖ aram berkata tegar dan memalingkan wajahnya yang berkaca-kaca. ―Selamat Tinggal ketua yang paling kami banggakan‖ Angkara menjawab tegas meski matanya berkaca-kaca. bahkan Ksatria Satwa dan Para Petinggi lain juga sesegukan menangis. ―Kakang, Supek, Hong Ji mohon pamit. maafkan Hong ji bila Hong Ji ada salah.‖ ―Selamat Jalan Anakku!‖ Kakek Arak Seribu Kati mengiringi Thian Hong Li yang berjalan menjauh dan semakin menjauh. Beberapa tahun telah berlalu, disebuah hutan yang jarang terjamah manusia. Kadang kala ada pemburu atau pencari kayu yang melihat sekeluarga kecil manusia bermunculan disekitar yang terpencil itu dan jauh dari keramaian manusia, bahkan mereka sering sekali membantu mereka, namun siapapun takan menyangka bahwa mereka adalah Keluarga para Pendekar yang menggetarkan jagad. Setahu mereka mereka adalah para penduduk biasa dan merupakan orang awam, sebab keluarga itu memiliki ladang dan berbagai macam alat pertanian dan pemburuan.
Siapakah mereka? keluarga yang sering munculkan diri itu bukan lain adalah Ki Asmaradanu, Aram, ketiga istrinya dan beberapa orang putra putrinya, semenjak hidup mereka
769
mengasingkan diri ditempat tersebut, mereka dapat melewatkan sisa hidupnya dengan gembira dan penuh kedamian. Disebuah tempat lain, terdapat sebuah perkampungan yang damai akan ketenangan, ditempat itu terdapat berbagai keluarga yang menempatinya. mereka antara lain keluarga, Luyu Manggala, Murka Semesta, Amuk Samudera, Kasturika, Cempaka, Huru-Hara. Sementara itu, Angkara, Ryusuke, Yumi dan Jelita Indria kembali ketanah Jepun dan hidup tenang disana. Thian Liong dan Kakek Arak seribu Kati kembali kenegaranya. Sipengabar Langit kembali memimpin Anggotanya yang tersisa. Para Pertinggi Organisasi memencarkan diri dan hidup sesuai keinginan masing-masing. dan beberapa Anggota pergi mengelana. Adakah Kebahagiaan itu terus berlanjut? entahlah.... semoga demikian.... (TAMAT)

AliAfif.Blogspot.Com - AliAfif.Blogspot.Com -

Postingan terkait:

Ditulis Oleh : ali afif ~ Ali Afif Hora Keren

Tulisan Pendekar Seribu Diri Tamat ini diposting oleh ali afif pada hari Selasa, 08 Mei 2018. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca Tulisan ini di Blog Ali Afif, Bukan Blogger terbaik Indonesia ataupun Legenda Blogger Tegal, Blogger keren ya Bukan. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

:: support to buwel ! ::

Loading...
Comments
0 Comments